Belajar dari Pesan-Pesan Menohok di Film Secret Zoo

Tak hanya karena pemain-nya yang cantik, tapi film ini juga banyak pelajaran lho!

Bicara tentang Secret Zoo, sebuah film yang entah kenapa masih membuatku terperangah hingga detik ini. Bukan hanya karena Kang So-Ra yang sangat cantik dalam film ini (mungkin bisa jadi salah satunya). Entah bagaimana menjelaskanya, tapi film ininya yang akhirnya membuatku sadar bahwa film bukan hanya sekedar hiburan. Lebih dari itu film adalah sebuah pelajaran.

Advertisement


Secret Zoo adalah sebuah pelajaran tentang bagaimana menjadi manusia.


Bagi yang tak tahu film ini, biar kuceritakan sedikit premis dan sinopsinya. Secret Zoo merupakan film Korea yang baru rilis di Indonesia tanggal 5 Februari 2020 kemarin (Di Negeri asalnya film ini sudah rilis sejak 15 Januari 2020). Ini adalah film adaptasi dari webtoon berjudul “Haechijiana” oleh Hun (diterbitkan dari 20 September 2011 hingga 27 April 2012 melalui Daum Webtoon Company).

Film ini bercerita tentang seorang jaksa sementara bernama Kang Tae-Soo (diperankan oleh Ahn Jae-Hong)  yang ditugaskan untuk menjadi seorang direktur di sebuah kebun binatang yang hampir bangkrut. Agar dapat diterima sebagai jaksa tetap, dia harus menghidupkan kembali kebun binatang tersebut. Film ini diperankan oleh Ahn Jae-Hong sebagai Kang Tae-Soo, Kang So-Ra sebagai Han So-Won, Park Young-Gyu, sebagai Director Seo, Kim Sung-Oh sebagai Kim Gun-Wook, Jeon Yeo-Bin sebagai Kim Hae-Kyung Park Hyuk-Kwon sebagai CEO Hwang, Seo Hyun-Woo sebagai Secretary Oh , dan Jang Seung-Jo sebagai Sung-Min.

Advertisement

Film ini diproduseri oleh Go Dae-Suk, yang tahun kemarin sukses dengan film Extreme Job. Sutradara dari film ini adalah Son Jae-Gon. Dengar dengar orang ini memang Sineas jagoan Korea untuk urusan komedi. Jujur saja aku bukan Korea addict. Aku hanya menonton sekitar 15-an drama Korea (terlebih yang dibintangi oleh Park Shin Ye atau Ji Chang Wook). Aku juga tak terlalu mengkuti musik musik Korea (sejujurnya hanya boy band saja yang tidak ku ikuti). Namun sejak pertama kali aku melihat trailer film ini, aku benar benar yakin harus menonton film ini secepatnya.

Studio tempatku menonton film ini terbilang sepi. Hanya ada sekitar belasan orang (kemanakah para pencinta film korea???) Dan sesuai ekspektasiku, film ini benar benar menawarkan komedi yang tak main main, bahkan tanpa terlalu banyak usaha dari para pemeran pemerannya. Kelucuan mereka terlihat sangat natural, sehingga penonton seperti rela saja untuk tertawa. Aku termasuk yang paling rela untuk tertawa. Bahkan tanpa bantuan suasana bioskop (seperti yang pernah kubaca, suasana bioskop bisa mempengaruhi tindakan seorang penonton. Seorang penonton bisa ikut tertawa jika seisi bioskop menertawakan sesuatu). Seperti yang sudah ku bilang, bioskop saat itu sangat sepi, namun komedi komedi yang keluar dari film hampir semuanya mengena dan menggelitik perut. Walau tetap ada drama dalam film ini, tapi sepertinya film ini memang sengaja dibuat agar tak terlalu mengharu biru. Jika dipersentasekan, film terdiri dari 75 persen Komedi dan 25 persen Drama.

Advertisement

Saking komedi-nya film ini, aku tak sampai waktu untuk berpikir terlalu jauh tentang film ini. Setelah nonton film ini, aku baru akhirnya berpikir, dan mengerti, pelajaran-pelajaran yang bisa diambil dari film ini.


Pesan yang sangat penting untuk kita semua yang menganggap diri kita manusia, yaitu pelajaran untuk mengerti kembali, arti menjadi manusia.


Mungkin semua orang lupa bahwa konsep dasar menjadi manusia adalah memiliki akal budi. Itulah yang membuat manusia berbeda dengan hewan atau ciptaan Tuhan lainnya. Namun menurut penulis, menjadi manusia tak cukup hanya dengan memiliki akal budi, menjadi manusia adalah selalu menggunakan akal budinya dalam segala tindakan dan perbuatannya.

Film ini memposisikan manusia menjadi hewan dalam sebuah kandang dalam kebun binatang. Sangat lucu bukan? Namun mereka akhirnya sadar, bagaimana perasaan hewan yang ada dalam kandang, menjadi tontonan orang, dituntut melakukan sesuatu yang mungkin tidak mereka inginkan. Penulis pernah mendengar Panji Pragiwaksono (dalam sebuah show stand up comedy) berbicara bahwa


“Kebun binatang itu technically speaking adalah penjara hewan”.


Setelah menonton film ini, penulis mengamini pernyataan Panji, bahwa jika kita yang ada di dalam kandang dan ditonton oleh orang, ternyata memang nggak enak. Itu pesan pertama yang bisa penulis ambil.

Pesan kedua dari film ini, sekaligus penutup dari tulisan ini adalah himbauan agar kembali menjadi manusia. Menjadi manusia bukan hanya tentang memanusiakan manusia lain, tetapi juga menghargai kehidupan semua makhluk yang ada, tumbuhan, hewan. apapun. Sedikit spoiler, area kebun binatang tersebut ceritanya akan dihancurkan untuk dibangun gedung-gedung besar. Sesuatu yang bahkan lebih buruk dari kebun binatang. Namun perjuangan semua karakter yang mencintai dan menghargai hewan, para akhirnya membuat elite berkepentingan dibalik proyek tersebut, akhirnya mengubah kebun binatang tersebut menjadi kawasan ekologi, sebuah tempat dimana hewan-hewan memiliki tempat tinggal, namun tidak dipenjara. Tempat hewan-hewan bisa melakukan apapun yang mereka mau, tanpa ditonton oleh orang-orang.

Kita memang tak mesti harus berada di kandang untuk menyadari hal ini, atau membangun sebuah kawasan ekologi untuk menunjukan bahwa kita manusia. Terima saja dulu kenyataan bahwa makhluk hidup lain di bumi, berjasa sangat besar dalam hidup kita dan yang perlu kita buat hanya memperlakukan mereka dengan sewajarnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE