Bangunan Stasiun Batang Lama era jalur tunggal lintas utara Jawa ini merupakan bangunan stasiun yang dahulunya dibangun oleh Semarang – Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS). Mulanya bangunan tersebut merupakan sebuah pemberhentian trem uap kecil yang kemudian dinaikkan statusnya menjadi stasiun kereta api, dibuka bersama dengan trayek Weleri – Pekalongan pada tanggal 1 Desember 1898. Seiring meningkatnya pengguna jasa, pemberhentian ini kemudian diperbesar sebagai bagian dari upgrading jalur trem SCS menjadi jalur kereta api pada tahun 1914. Stasiun Batang Lama ini dahulu memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus ditambah satu jalur badug yang bercabang di sisi barat jalur 3.
Masyarakat setempat biasa menyebut Stasiun Batang Lama ini dengan Stasiun Senggol. Karena, letaknya persis di hadapan Pasar Senggol yang kini telah dirobohkan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian akibat terdampak proyek pembangunan jalur ganda pada awal tahun 2011.
Setelah proyek jalur ganda segmen Pekalongan – Ujungnegoro selesai dibuat dan dapat beroperasi, Stasiun Batang Lama ini resmi dinonaktifkan. Karena, tidak ada cukup ruang untuk menambah jalur baru di stasiun ini. Selain itu, letak stasiun tersebut juga ada di tengah-tengah antara Jalan RE Martadinata dengan Jalan Yos Sudarso yang jaraknya kurang lebih hanya 250 – 300 meter saja. Sehingga, jika ada kereta barang yang berhenti di stasiun tersebut, maka emplasemen Stasiun Batang Lama kurang mencukupi untuk memuat satu rangkaian kereta barang yang terdiri dari 20 gerbong datar – 30 gerbong datar.
Stasiun Batang Lama ini resmi berhenti beroperasi pada pertengahan Oktober 2013 dan digantikan dengan bangunan baru, yaitu Stasiun Batang yang baru yang jaraknya kurang lebih 1,6 kilometer dari bangunan stasiun lama. Semula, nama bangunan baru stasiun tersebut adalah Stasiun Batang Baru. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kata Baru dalam bangunan stasiun tersebut dihilangkan. Sehingga, jadilah nama seperti yang dikenal oleh masyarakat sampai sekarang yaitu dengan nama Stasiun Batang yang letaknya di Desa Sambong, tepatnya di sebelah timur Jalan Sultan Agung (akses ke Pantai Sigandu), Desa Sambong, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Pada pertengahan tahun 2014, Stasiun ini sempat melayani naik turun para penumpang dengan jadwal kereta api yang berhenti adalah Kereta Api Pekalongan Ekspres relasi Pekalongan – Semarang Poncol PP. Selanjutnya juga ada Kereta Api Pemalang Ekspres relasi Pemalang – Semarang Poncol PP, yang dimana Kereta Api Pemalang Ekspres ini merupakan kereta api Pekalongan Ekspres yang diperpanjang relasinya sampai Pemalang, akibat robohnya jembatan Comal. Kereta api tersebut dijalankan dengan tujuan menarik para penumpang yang kesulitan dalam menggunakan transportasi berbasis roda karet akibat robohnya jembatan Comal. Rangkaian kereta api tersebut meminjam rangkaian dari idle Kereta Api Kamandaka yang tidak terpakai saat siang hari. Karena sepi peminat, kemudian kereta api tersebut resmi diberhentikan operasinya dan Stasiun Batang sudah sepenuhnya tidak melayani naik turun penumpang lagi.
Lambat laun, pemerintah Kabupaten Batang, H. Wihaji, selaku Bupati Batang meminta beberapa jadwal kereta api untuk berhenti di Stasiun Batang. Pada awal tahun 2019, tepatnya pada tanggal 15 Maret 2019 permintaan dari bapak Bupati tersebut disetujui oleh pihak PT. KAI. Stasiun Batang resmi beroperasi kembali setelah 4 tahun tidak beroperasi untuk menaik turunkan para penumpang.
Beberapa jadwal perjalanan kereta api yang singgah di Stasiun Batang ini, antara lain adalah : Kereta Api Kaligung dengan 4X perjalanan dalam seharinya dan Kereta Api Menoreh 2X perjalanan dalam seharinya. Ternyata, masyarakat Batang sangat meminati naik kereta api dari Stasiun Batang ini. Dalam seharinya, penumpang kereta api dari Stasiun Batang melebihi dari kapasitas yang diharapkan. Untuk rencana kedepannya, pihak PT. KAI Daop 4 Semarang akan menambah lagi jadwal perjalanan kereta api yang singgah di Stasiun Batang ini.
Pada awal tahun 2020, Stasiun Batang resmi menjadi stasiun pertama di Indonesia yang menggunakan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mengalirkan sistem kelistrikan di area stasiunnya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”