Tak Peduli Apapun Latar Belakangnya, Semua Orang Memiliki Kesempatan yang Sama

Semua orang punya kesempatan yang sama

Suatu ketika saya sedang duduk di teras sebuah Masjid dekat pasar kota. Jika kalian mengira bahwa ini adalah sebuah cerita religi, saya yakinkan bahwa kalian salah. Tidak semua yang berbau keibadahan selalu diiringi dengan sebuah kebaikan, contohnya saja Haji Muhidin. Baiklah kembali ke inti cerita. 

Advertisement

Sesuai dengan prediksi dari BMKG nasional, akan ada udara panas dan cuaca terik yang akan melanda beberapa wilayah di Indonesia, begitu pula di wilayah dimana kubah Masjid yang saya sambangi berada. Di teras yang mulai menyalurkan hawa panas, saya kembali berbincang dengan salah satu kaum Masjid. 

Tenang saja, jika kalian mengira bahwa perbincangan kami akan berujung pada sebuah kesimpulan yang menyatakan bagaimana hebatnya kerja dari sang kaum dengan upah tak seberapa, maka kalian salah. Tidak semua yang terlihat jauh di bawah sederhana selalu menderita, contohnya saja Rumah Makan Sederhana masakan padang. Tetap saja tidak terjangkau harganya. 

Kembali ke topik, kali ini di tengah perbincangan yang panas diantara kami berdua, seorang pemuda tampilan biasa berkopiah kupluk putih datang dan langsung masuk ke Masjid untuk melaksanakan ibadah. Pemuda itu seringkali saya lihat di area Masjid. Dengan sekali lihat dari beberapa tingkah laku yang ia lakukan, sepertinya ada sedikit masalah kecerdasaan yang mungkin kita tahu sindrom apa yang berkenaan. 

Advertisement

Lalu beberapa saat setelah pemuda itu lewat, sang kaum berbicara mengenai pemuda itu. Ternyata, ia sudah melanglang buana dengan kemampuannya dalam membidik target menggunakan bola hitam atau yang seringkali di sebut dengan olahraga bowling. Bahkan dikatakan ia pernah juara kedua turnamen bowling di Dubai. Bayangkan sampai ke Dubai! bukan main, meskipun memang ia hanya bermain.

Melihat orang yang seperti tadi atau mengalami masalah kesehatan seperti pemuda tersebut, khususnya dulu bagi saya adalah sebuah hal yang cukup merugikan. Mereka harus hidup di dalam lingkungan yang memang homogen. Sama dengan mereka, sekolah yang isinya memiliki kelainan seperti mereka. 

Advertisement

Tak jarang bahkan, sekolah yang mereka tempati selalu menjadi bahan candaan karena dianggap sebuah hal yang memalukan. Ketika itu saya melihatnya adalah sesuatu yang memang tak akan bisa mendatangkan sebuah kebahagiaan. Terlebih dengan tantangan dunia, mereka memangnya bisa apa.

Seiring berjalannya waktu, semakin dewasa, semakin berumur. Pemikiran dangkal aquarium nemo itu mulai menghilang. Setidaknya kita mulai memahami sesuatu yang lebih bersifat mendalam pada pemaknaan hidup.

Masalah yang mulai berdatangan dan silih berganti tidak hanya dirasakan satu orang saja, semua orang merasakannya. Hal tersebut membuka perlahan pikiran kita bahwa, ada masalah yang mungkin terlihat sepele dan tidak terlampau berat pada seseorang dan sayangnya itu semua adalah anggapan kita. 

Mungkin saja, masalah itu pula yang memang sesuai dengan individu bersangkutan dan bila kita di posisi orang itu, mungkin kita lah yang menganggap itu terlampau berat. Entah itu masalah bagi jasmani ataupun rohani. Seperti pemuda tadi, saya juga gangguan khususnya pada psikis.

Beberapa orang ada yang mengalami gangguan pada fisik. Semua punya masalahnya tersendiri. Tentu saja tidak ada yang harus merasa lebih menderita lagi. Biasanya kita begitu, berlomba menjadi orang yang paling menderita.

Satu hal yang paling saya percayai adalah semua manusia memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan sesuatu demi menggapai tujuan hidupnya. Semua manusia berhak memiliki kesempatan untuk menentukan ke arah mana ia berjuang.

Tidak peduli seberapa abnormal seseorang di mata masyarakat. Karena semua itu hanyalah sebuah stigma, sebuah anggapan umum yang terbentuk hanya karena mayoritas jauh terlihat banyak kesamaanya. 

Mengatakan bahwa di setiap kekurangan atau kelebihan, pada pemuda itu dengan kekurangan daya pikirnya ia ternyata jago membidik, bukan berarti mengesampingkan segala hal mengenai kelayakannya sebagai manusia seutuhnya. Toh semua orang juga memiliki kekurangan dan kelebihan. 

Ia tetap mengambil kesempatan dan menentukan arah ke mana ia ingin melangkah dalam hidup. Tak peduli bahwa ia dicap dalam masyarakat umum adalah seorang yang dibawah rata-rata dalam intelektualitas. Bahwa semua berhak atas kesempatannya untuk menjadi apa yang ia inginkan, tak terkecuali.

Orang-orang seperti tadi, seperti pemuda itu, tak layak untuk dikasihani dengan pandangan merendahkan. Secara pribadi saya tidak ingin menganggap apa yang terlihat mengecewakan atau kurang dari seseorang yang merupakan bawaan dari lahir adalah sebuah kekurangan ataupun hambatan. Karena orang yang lahir tak bisa memilih ia akan seperti apa nantinya. 

Semua dari Tuhan. Lalu jika saya mempertanyakan dan menganggap semua itu adalah kekurangan, maka secara tak langsung saya menganggap Tuhan telah melakukan kesalahan dalam penciptaan dengan segala ke-Maha Benar-annya

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang yang menatap langit yang sama denganmu

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE