Sendang Joholanang Dengan Segala Sejarah Di Dalamnya

Melihat pada kekayaan budaya dan sejarah bangsa Indonesia, tak bisa kita pungkiri bahwa banyak peninggalan-peninggalan sejarah yang beraneka ragam. Masing-masing peninggalan sejarah memiliki banyak legenda, hikayat ataupun mitos yang beredar ditengah masyarakat dari mulut ke mulut.

Berdasarkan kesaksian-kesaksian para tokoh masyarakat dan tanda-tanda fisik berupa benda mati dan benda hidup, cerita tersebut diyakini kebenarannya. Hingga kini, tentunya cerita tersebut dapat terdengar sampai ke telinga kita. Sejarah memang menjadi penting bagi sebuah bangsa termasuk bangsa Indonesia.

Para ahli menyebutkan sejarah dapat menjadi pelajaran hidup bagi masyarakatnya dalam semua aspek kehidupan. Disamping itu, sejarah juga dipercaya sebagai sarana dalam membuktikan asal-usul atau sejarah suatu bangsa, negara, suku bahkan masyarakat tertentu. Mengingat pentingnya keberadaan sejarah bagi kehidupan manusia, maka menjadi hal yang wajib apabila suatu sejarah dituliskan misalnya menjadi sebuah buku.

Niscaya pengetahuan atau wawasan sejarah yang dibukukan akan dapat diingat dan dipelajari oleh masyarakat luas hingga masa yang akan datang. Sendang yang berada di suatu Dusun di perbatasan Jawa Tengah (Klaten) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Sleman) yang bernama Sendang Joholanang. Sejak awal keberadaannya, Sendang Joholanang mempunyai hubungan erat dengan kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Joholanang dan sekitarnya. Dengan segala cerita, legenda atau mitosnya, Sendang Joholanang hingga kini masih menjadi sorotan.

Sendang Joholanang yang erat kaitannya dengan sejarah Sunan Kalijaga, masih menjadi perbincangan hangat ditengah-tengah masyarakat terutama asal-usul atau sejarah dari keberadaan sendang tersebut. Terlebih, sendang ini konon masih berkaitan dengan Keraton Yogyakarta dan upaya penyebaran Agama Islam oleh Sunan Kalijaga. Oleh karena itu, sejarah Sendang Joholanang ini menjadi sangat penting.

Sendang Joholanang terletak di Dusun Joholanang Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sendang Joholanang menempati tanah kas desa seluas 300 m2 yang terdiri dari dua Sendang. Secara lebih jelas, posisi Sendang Joholanang berada di sisi timur Dusun Joholanang dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah timur berbatasan dengan lapangan dan jalan. Jalan tersebut adalah batas Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Jawa Tengah (Desa Leses, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten).

1. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan kampung dan kolam ikan


2. Sebelah barat berbatasan dengan Masjid Al-Munawaroh Joholanang.


3. Sebelah utara berbatasan dengan tanah wakaf untuk masjid dari (Alm.) R. Prawiroyudo

Adapun jalan menuju Sendang Joholanang dapat ditempuh dari berbagai arah antara lain:

1. Dari arah timur melalui Kecamatan Manisrenggo ke arah barat sekitar 1 Km.


2. Dari arah barat melalui Kecamatan Ngemplak ke arah timur sekitar 4 Km.


3. Dari arah utara melalui Kecamatan Cangkringan ke arah tenggara sekitar  3 Km.


4. Dari arah selatan melaui sebelah barat Candi Prambanan ke utara sekitar 6 Km

Di sekitar Sendang Joholanang terdapat beberapa mata air yang sampai sekarang masih ada dan berfungsi sebagai pemandian umum masyarakat. Mata air tersebut biasa disebut Belik atau Sumber kecil-kecil dan mempunyai hubungan erat dengan Sendang Joholanang. Konon, berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, masing-masing Sumber atau Belik memiliki sejarah dan keistimewaan tersendiri. Sumber atau Belik yang berkaitan dengan Sendang Joholanang antara lain:

Sumber Tlampok dan Sumber Cuwo  yang berada sekitar 70 m di sebelah selatan Sendang Joholanang. Sumber Wuni yang berada sekitar 300 m di sebelah selatan Sendang Joholanang Sumber Joho yang berada sekitar 400 m di sebelah barat daya Sendang Joholanang. Sendang Joholanang mempunyai hubungan erat dengan penyebaran Agama Islam di Jawa pada zaman Walisongo yaitu Sunan Kalijaga.