Senin: Jangan Dibenci, Sambutlah Kedatangannya!

Jadikanlah Senin-mu lebih berarti!

Apa yang ada di dalam pikiran anda ketika membuka mata di pagi Senin? Tentunya, mayoritas kita akan langsung memusatkan perhatian pada perkara yang belum usai di Minggu sebelumnya. Ups, kita tidak akan membahas mereka yang berkeluh-kesah di saat Senin datang, atau yang mempersoalkan mengapa jarak antara Senin ke Minggu, tidak sama dengan jarak Minggu ke Senin? Karena jelas, kelompok dengan ciri khas demikian sudah berada di lubang gelap kehidupan dan hanya akan membuang-buang waktu saja untuk membahasnya.

Ini terkait dengan apa yang akan kita selesaikan dan apa yang akan kita kejar di hari dan minggu yang baru. Bagi para pelaku usaha, trader, analis, ataupun pemegang kebijakan. Senin pagi adalah masa untuk memperhatikan situasi pasar dunia yang senantiasa bergerak secara dinamis yang sesekali bengis dan sadis. Pergerakan angka di lantai bursa saham dunia, rilis data ekonomi seperti GDP, CPI, hingga situasi mencekam perang dagang antara dua raksasa dunia, USA-CHINA adalah perkara yang ditunggu-tunggu. Bahkan, ada yang rela bangun lebih awal hanya untuk mantengin kapan pasar dibuka, biasanya jam 4 pagi.

Begitulah semua romantika hidup bagi mereka yang benar-benar serius dalam hidup. Tidak penting bagi mereka sudah berapa kali kesempatan akan menjerat hati calon pendamping hidup yang terlewatkan, atau tidak peduli lagi sudah berapa banyak hati yang menyakiti, maupun yang tersakiti karena pola kehidupan yang dilalui. Jika hendak berpuisi, bersajak ria, hingga menguntai syair yang membuai batin, bagi mereka itu hanyalah perkara tanpa makna. Hidup bergerak dengan sangat dinamis, Segalanya dirasa cenderung bias, jauh daripada keluhuran angka, sehingga tidak mungkin hidup dengan perkara-perkara yang tidak terukur.

Sungguh-pun begitu, mereka lupa dengan satu hal penting. Yakni, tentang hakikat kehidupan yang sejatinya ada dan tiada melelui perkara-perkara yang tak terukur. Dan bahkan, pemuja angka dari kaum klasik, pengikut Adam Smith, harus hancur dan jatuh ke Lubang Resesi yang amat mendalam di tahun 1930, sehingga kemiskinan merajalela. Selain dari pada itu, Robert Soros, sang spekulan ulung. Dengan sarangkaian angka spekulatifnya, telah membuat Asia Tenggara jatuh pada Lubang krisis di tahun 1997. Dan itu semua karena apa? Karena terlalu menjunjung tinggi keberadaan angka, hingga lupa akan hakikat dan kemudian jatuh pada lubang yang nista.

Senin mestilah diawali dengan keseimbangan. Antara logika, dialektika, dan rasa hendaklah bangun dan berjalan bersama. Karena kehidupan bermula dengan rangkaian-rangkaian prinsip, dan romantisme filosofi kehidupan yang cukup komplek. Jika hanya mengutamakan satu hal saja, dan itu berkelanjutan. Maka Senin-mu tak ubahnya sebuah Lubang gelap yang semakin diperlebar. Sungguh, situasi yang demikian, lebih nista daripada kaum pengeluh yang setiap kedatangan Senin selalu mengeluhkan kedatangannya dan sibuk mempersoalkan jarak antara Senin ke Minggu, yang tidak sama dengan jarak Minggu ke Senin?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini