Menikah atau Tidak, Bukan Penentu Kebahagiaan. Please Hargai Setiap Pilihan Orang

memilih tidak menikah


Kok umur segini belum nikah sih?


Sebuah kalimat yang terkadang bikin kita sakit hati dan selalu diucapkan ibu-ibu arisan, teman, sahabat, ibu-ibu tetangga dan sekitarnya kepada para perempuan yang sudah cukup umur untuk menikah. Bahkan mereka juga kadang memperkenalkan anaknya, keponakannya, temannya dan lainnya kepada kita. Memang sih niatnya baik, tapi hal ini kadang membuat kita jadi tidak nyaman. 

Terlebih lagi, kalau kita datang sendirian pas ada acara keluarga atau kondangan, pasti selalu kita yang jadi tersangka buat ditanyain sama seluruh anggota keluarga terutama tante kita. Lebih malesnya lagi, kalau dibanding-bandingin sama orang lain. 


"Kapan nikah? Calonnya mana?" 


Ya.. sudah pasti dong kita cuma ketawa kecil, padahal dalam hati kesel setengah mampus. 

Menikah memang sudah menjadi stereotype di Indonesia. Jadi hal ini tergolong sulit untuk dihilangkan, karena sudah menjadi suatu kepercayaan dan budaya. Hal ini tentu saja menimbulkan stigma negatif di masyarakat bagi perempuan yang belum menikah tapi cukup umur. Bahkan masyarakat juga sudah memberikan label dengan berbagai sebutan seperti perawan tua, nggak laku, penyuka sesama jenis dan sebagainya. 

Di Indonesia, menikah itu dijadikan sebagai sebuah ajang perlombaan. Perlombaan ini bersifat wajib untuk diikuti oleh semua orang. Lomba menikah ini diikuti oleh para perempuan berusia 20 tahun hingga 30 tahun. 

Sistem penentuan pemenangnya tentu saja dengan cara pernikahan. Jika kalian menikah pada umur 20-an maka kalian menang. Tapi kalau belum menikah sampai umur 30-an, sudah pasti kalah. Sudah kalah, ditagih jodoh mulu pula. 


Hadeuh… padahal kehidupan perempuan bukan hanya berdasarkan ada atau tidaknya keberadaan suami. 


Walaupun kita mempunyai karier bagus, status tinggi di perusahaan, dan sudah mapan, tetap kurang di mata semua orang. Bagi mereka, kalau belum menikah ya kita dianggap belum sukses atau gagal. Lain lagi dengan yang sudah menikah, walaupun mereka belum mapan dalam segi ekonomi, mereka sudah dianggap sukses dan dibanggakan ke semua orang. Karena bagi mereka kesuksesan hanya satu yaitu memiliki pasangan hidup. 

Kalau dipikir-pikir, apa sih salahnya perempuan kalau nggak menikah? Apa urusannya sama semua orang kalo kita nggak nikah? Memangnya kita merugikan mereka semua? 

Harusnya masyarakat kita ini lebih open minded terhadap berbagai perubahan yang terjadi. Zaman sekarang itu, perempuan juga ingin menentukan pilihan hidupnya sendiri tanpa adanya paksaan dari siapapun. Bisa jadi mereka lebih memilih mengejar karir dan cita-citanya ketimbang menikah. Mungkin itu adalah salah satu cara mereka meraih kebahagiannya. 

Untuk memutuskan menikah atau tidak itu adalah hak kita. Kita layak untuk mencari kebahagiaan masing masing dengan cara yang berbeda. Karena semua yang kalian pilih, kalian tetap menjadi wanita yang hebat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang mahasiswi di Binus University jurusan Marketing Communication

Editor

Not that millennial in digital era.