6 Tahun Merajut Kasih Kandas di Tengah Jalan Hanya Karena Satu Alasan

Cerita ini terjadi 7 tahun silam. Saat aku mulai memasuki kelas 10 SMA di salah satu sekolah daerah Jakarta.

Advertisement

Sejak awal masuk sekolah aku memang kurang suka dengan satu laki-laki dingin ini. Nggak tahu kenapa hawanya kesal kalau lihat gayanya. Apalagi muka judesnya, resenya, angkuhnya, jailnya, pokoknya nggak suka sama sekali. Akibat benci berlebihanku yang menonjol, jadi banyak yang meledekku dengan cowok itu.

Awalnya sih kesel, risih, bete juga tapi mau dikata apa. Nggak mungkin aku memarahi satu persatu orang-orang yang iseng, kan? Nanti malah dibilang baper, pemarah, atau apalah, jadi aku lebih memilih untuk diam. Tapi kacaunya makin lama semakin berlebihan.

Sewaktu momen di pagi hari, aku turun dari bis tepat di depan sekolah. Tiba-tiba ada yang memanggil namaku, saat aku tengok ada dia persis di hadapanku. Seketika dia langsung menunduk, bukan hanya dia saja, tapi banyak anak sekolah lain yang berlalu-lalang. Sambil waspada aku melanjutkan langkahku masuk ke dalam sekolah. Sampai di kelas aku kepikiran, kira-kira yang manggil itu siapa ya?

Advertisement

Selang hari berikutnya nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba cowok rese itu menghubungi aku malam-malam. Aku nggak tahu dia dapat nomor aku dari mana, dia menyapa ku lewat SMS. Di percakapan panjang dia juga jujur kalo ternyata benar dia yang manggil aku tempo hari pas turun dari bis. Sedikit kaget dia berani mengakui itu, aku pun mulai senyum-senyum sendiri mendengarnya.

Dari situlah dia mulai mendekatiku, sering SMS, telepon dan ngajak jalan. Lama kelamaan benci itu berubah, berubah menjadi rasa ingin mengenalnya lebih jauh. Kalau dipikir-pikir memang aneh ya yang tadinya benci bisa jadi suka. Yang tadinya jauh bisa jadi dekat.

Advertisement

Kadang kalau lagi sendiri suka melamun "kok bisa ya? kenapa harus dia? padahal dulu benci sama dia. Kenapa sekarang bisa sedekat ini, ya?" Hmm. Benar yang dibilang pepatah, takdir itu misteri. Kita nggka akan pernah tahu dengan siapa hati kita bersemi. Kita juga nggak akan tahu di mana hati kita akan berlabuh.

Tak terasa bulan dengan cepat berganti 2 kali dan membawaku lebih dekat dengannya. Aku pun mulai kagum dengan dia yang ternyata indah. Sangat berbeda, tidak seperti yang aku kira. Di bulan ke 3 kita resmi berpacaran. Seketika satu sekolah menjadi heboh tak karuan. Untungnya kita berdua tipe orang yang masa bodo, jadi nggak mau ambil pusing sama omongan orang-orang.

Selama resmi jadian, dia menunjukan banget sisi baik yang belum pernah aku lihat. Sangat perhatian, suka membawakan makanan ke rumah, membawakan makanan ke sekolah, makan di kelas berdua, anter jemput aku, jalan kesana kemari, dan lain-lain.


Waktu terus berjalan tanpa henti. Berbeda dengan hubungan kita yang sempat putus selama 3x. Meski begitu kita tetap bertahan dengan segala ujian meski kadang harus bertengkar dan menangis sesegukan.


Seusai lulus SMA kita sama-sama mencari kampus, aku ingin di Jakarta sedangkan dia di luar kota. Aku dan dia berbeda pilihan, aku ingin di sana dan dia pilih di sananya lagi, tapi entah kenapa dia berubah pikiran. Tepat pada waktunya, sebelum pendaftaran ditutup dia mendaftarkan di kampus yang sama denganku. Kita semakin lekat tak berjarak karena setiap hari selalu bersama hanya rumah saja yang berbeda, hehe.

Bukan hanya di kampus tapi luasnya Indonesia juga menjadi saksi kebersamaan kita. Aku dan dia sama-sama suka trip, biasanya setiap tahun rutin keluar kota untuk sekedar liburan dan melepas penat. 6 tahun bersama bagai langit dan bumi yang saling melengkapi dan saling membutuhkan, hampir semua yang ada padanya aku hatam dan buruk baiknya pun aku hafal.

Ujian menerpa hubungan kita di tahuh keenam. Tadinya tentram jadi sering bertengkar, hati merasa jauh meski mata selalu bertemu, sekecil apapun masalah pasti menjadi besar. Mungkin masalah itu terjadi karena pertanyaanku yang membuat dia kesal. Padahal aku hanya meminta kepastian padanya, bukan menuntutnya untuk segera menikahiku. Sampai kapan aku harus menunggu? Aku nggak minta buru-buru untuk dinikahi, tapi setidaknya aku butuh planning untuk kedepannya.


6 tahun bukan waktu yang sebentar, kan? Buat apa pacaran selama itu kalau nyatanya nggak ada niat untuk menikah. Itulah alasan kenapa kita jadi sering berdebat. Aku memang tidak tahu apa yang terjadi padanya, apa alasannya. Dia hanya bilang ada yang mengganjal dan itu membuatku penasaran.


Keadaan semakin memanas, akhirnya dia memberanikan diri untuk jujur. Bahwa ternyata alasan dia menunda pernikahan waktu itu adalah orangtuanya. Ya, orangtuanya tidak merestui jika aku dan dia harus melangkahi kakak perempuannya. Sedangkan kakaknya belum mempunyai pasangan dan masih fokus untuk kuliah.

Mendengar itu aku sangat marah. Selama 6 tahun dia sembunyikan hal ini. Aku selalu datang ke rumahnya, aku berusaha mendekatkan diri dengan keluarganya, semua itu tak berharga di mata orangtuanya. Dengan rasa kecewaku, aku memutuskan untuk break agar dia berpikir lebih jauh mau dibawa ke mana hubungan kita.

Bukan memberi solusi yang baik, break itu justru membuat kita merasa nyaman dengan kesendirian satu sama lain. Kamu asik dengan duniamu aku pun asik dengan duniaku. Hingga kita semakin jauh dan saling melepaskan. Belum sebulan kita resmi berpisah, kamu sudah lebih dulu menemukan yang baru. Kamu membawanya di depan mataku secara sengaja.

Mata ini tak sanggup mengeluarkan air matanya saking perih dan hancurnya hatiku, padahal aku masih mengaharapkanmu. Tapi sudahlah, saat itu juga kamu benar-benar memalukan! Bukan cuma itu, ternyata banyak lagi kebohongan yang kamu tutupi selama ini dan aku terlambat untuk tahu itu semua. Meski begitu, kehilanganmu bukan hal yang mudah. Aku harus mengikhlaskanmu sekuat tenaga. Seakan hatiku sakit parah dan sulit disembuhkan.

Bagaimanapun juga kamu adalah laki-laki terbaik yang mamahku percaya. Di sisi lain kamu orang yang paling mengerti aku tanpa harus aku jelaskan. Kamu juga yang selalu ada dimanapun dan kapanpun. Semuanya berkesan apalagi saat travelling bersama, setiap momen denganmu adalah kenangan. Tapi aku punya cara sendiri untuk melupakan semuanya agar hati aku nggak begitu hancur.

Ya, mungkin cara aku dinilai salah sama beberapa orang atau bahkan kamu sendiri. Tapi aku nggak perduli, karena aku yakin aku pasti berhasil tanpa harus menyakiti diri sendiri. Dan ternyata benar, selang berapa lama aku pun mampu berbahagia lagi, setelah membuka hati dengan dia, teman lamaku. Tapi kenapa di tengah hubunganku dengan yang baru, kamu kembali datang dengan membawa rasa penyesalanmu?

Hatiku hampir tergoyah, tapi tidak dengan keyakinanku. Saat di mana kamu memutuskan kita selesai, saat itu juga aku menganggapmu sudah mati di hatiku. Kamu terlambat! Aku sudah bahagia dengannya, dia yang bukan hanya menyayangiku apa adanya, tapi dia yang mampu memberiku kepastian. Aku dan dia memang baru dekat, tapi keseriusannya sangat terasa.


Jangan merasa bahwa kamu tidak baik sehingga aku memilihnya, tapi berubahlah menjadi lebih baik untuk dirimu sendiri.


Banyak sekali kebaikanmu dan tak bisa aku sebutkan. Wanita yang pantas denganmu adalah ia yang terbaik. Terimakasih untuk sedih yang kamu sisihkan, akan aku jadikan suatu pelajaran. Kini aku lebih memahami apa itu kasih sayang yang benar. Aku berharap kamu menemukan wanita baik, yang bisa menunggumu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Need kritik dan saran ?

CLOSE