Standar Rupawan Indonesia, Paras Memang Bukan Segalanya Tapi yang Pertama

Paras Memang Bukan Segalanya Tapi Yang Pertama

Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak suku, bangsa dan Bahasa. Sebagai negara yang sangat heterogen, tentu saja Indonesia memiliki banyak selera dari berbagai bidang, mulai dari selera dalam makanan, musik, berpakaian sampai dengan selera dalam melihat paras lawan jenis. Selera yang bermacam-macam ini semakin memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang sangat heterogen. Tetapi, dewasa ini dapat diperhatikan bahwasannya selera warga negara Indonesia mulai terkotak kotaki.

Advertisement

Salah satu hal yang mulai terkotak kotaki adalah selera warga Indonesia dalam melihat kerupawanan seseorang, perempuan dan laki-laki mempunyai standarnya masing-masing. Dari tahun ke tahun standar kecantikan dan ketampanan pun terus berganti. Jika dilihat dari KBBI, standar merupakan ukuran tertentu yang dipakai sebagai suatu patokan, sedangkan kecantikan adalah keelokan, bisa dari muka, wajah kemolekan. Bisa ditarik kesimpulan bahwa arti dari standar kecantikan merupakan patokan yang dijadikan untuk mengukur keelokan seseorang. Keelokan di sini diambil untuk mempermudah klasifikasi untuk wanita dan laki-laki.

Sekarang juga, jika kalian mencari di laman pencarian Google “standar kecantikan Indonesia” maka akan muncul kurus, langsing, putih, rambut lurus hitam, dan selalu menjaga penampilan, serta rutin melakukan perawatan tubuh. “Standar ketampanan Indonesia” juga menempati posisi yang hamper sama seperti “standar kecantikan Indonesia” yaitu tinggi, putih, dan badan yang berisi. Tapi perlu diingat standar ini adalah standar yang di ciptakan oleh media.

Di masyarakat pun kecantikan dan ketampanan yang sudah di bentuk oleh media menjadi momok yang menakutkan pada kehidupan anak-anak muda. Kita ambil contoh, di sekolah menengah atas banyak siswa dan siswi akan lebih tertarik untuk mendekati orang-orang yang menyanggupi standar yang ada. Kejadian ini yang membuat banyak anak muda sekarang ini menglami berbagai masalah tentang menemukan jati diri.

Advertisement

Mereka akan cenderung terus mengikuti trend, pasar dan gaya masa kini. Semua langkah yang diambil anak-anak muda untuk tetap mengikuti zaman ini bisa dikaitkan dengan fenomena FOMO (fear off missing out). FOMO (fear off missing out) membuat anak-anak ini tidak mau ketinggalan, pada dasarnya FOMO (fear off missing out) tidak hanya membahas tentang ketinggalan di dalam bidang kecantikan atau ketampanan tetapi ketinggalan dalam banyak hal, misalnya ketinggalan pendidikan, ketinggalan menikah atau ketinggalan update. Walaupun sekarang kita membahas ketinggalan dalam ranah kecantikan dan ketampanan tetapi semua hal ini menjadi berkaitan satu sama lain jika membahas tentang FOMO (fear off missing out).

FOMO (fear off missing out) membuat banyak anak-anak muda sekarang memiliki masalah pada kesehatan mental mereka masing-masing, hal ini disebabkan karena saat anak-anak muda ini tidak bisa mencapai apa yang mereka ingin kejar, saat mereka sudah tau jikalau apa yang mereka ingin kejar ini mustahil untuk dikejar, mereka cenderung akan memberontak keadaan bukannya berdamai dengan keadaan itu dan mencoba apa yang sebenarnya mereka itu bisa dan mampu lakukan. Lagi-lagi semua ini bisa muncul dari bagaimana pandangan dibentuk terutama media social sebagai pembentuk banyak pandangan bagi anak-anak muda yang memang sedang aktif menggunakan media social.

Advertisement

Sebagai contoh, bisa dilihat dari bagaimana kontes kecantikan di dunia selalu menapilkan paras yang langsing bagi para kontestan. Ini menjadi momok yang menakutkan bagi anak-anak muda yang belum mencapai kecerdasan emosi mereka, karena mereka akan langsung memiliki pikiran yang cenderung kearah negative. Walaupun memang, bukan hanya social media yang berperan aktif dalam membuat pandangan-pandangan demikian.

Opini public juga menempati ruang yang cukup memengaruhi bagaimana orang melihat kecantikan atau ketampanan. Nyatanya di tahun 1800-an bangsa Persia pernah memiliki standar kencatikannya sendiri, standar kecantikannya adalah berkumis dan berbadan gemuk. Esmat El Dwala, seorang putri yang memiliki ciri-ciri kecantikan bangsa Persia kuno ini  menjadi incaran para laki-laki di masanya. Bisa dilihat pada masa ini belum ada social media yang kita kenal sekarang, membuktikan bahwa opini public memang benar benar memiliki porsi yang lumayan besar bagi suatu pandangan atau standar yang ada sekarang.

Indonesia yang merupakan negara yang pernah dijajah suatu bangsa, mulai dari Belanda,Portugis, Jepang. bukan tidak mungkin Indonesia memiliki kecenderung mengikuti standar standar para penajajah Indonesia atau kebiasaan para penjajah ada yang terbawa sampai ke saat ini. Propaganda terbesar pada masa-masa penjajahan ini lagi dan lagi berasal dari media yaitu media iklan yang menampilkan bahwa standar kecantikan adalah kulit putih.

Dapat diambil contoh bagaimana pandangan leluhur dapat memperngaruhi pandangan masyarakat sekarang dalam melihat kecantikan. Yaitu adalah Kitab Pirasating Sujalma Miwah Katurangganing Wanita yang merupakan kitab yang digunakan untuk membaca diri sendiri atau melihat pasangan yang akan kita pilih. Adapun beberapa contoh dari isi Kitab Pirasating Sujalma Miwah Katurangganing Wanita adalah sebagai berikut:


pawèstri susilèng krami

kang kramanira jatmika

pan sami winarna kabèh

èstri irêng pamulunya

alêmês ingkang réma

kang agêng sariranipun

prayoga kinarya garwa


terjemahannya : Istri yang baik yang memiliki sopan santun sama dengan wanita cantik. Istri yang pawakannya hitam, rambutnya halus, badannya besar itu pantas untuk dinikahi


utawi kinarya sêlir

miwah kinarya parêkan

koncang lêpasan arané

yèn wontên pawèstri jênar

alit kang pasariran

ingkang lêmês remanipun

agêng ingkang dada


terjemahannya : Atau dijadikan selir dan dijadikankesayangan disebut apa adanya. jikaada istri yang berkulit kuning, kecil badannya, halus rambutnya, memiliki dada yang besar


tan kêna kinarya rabi

kinarya sêlir tan kêna

rasêksa Durga arane

asring amêjahi priya

wontên pawèstri jênar

lêmês abang remanipun

warata ing pucuk pisan


terjemahannya : Tidak boleh dinikahi dan tidak bolehdijadikan selir juga. Raksasa Durga namanya, sering melawan laki-laki. Ada perempuan yang berkulit kuning, rambut halus berwarna merah, merata sampai pucuknya


sinarahkên candraning

pawèstri

ring wanita kang susilèng krama

myang kang dursila polahe

nênggih ta candranipun

yèn wanita alit acèthi

crêma abang sarira

ijo kang pamulu

pan aran padmanagara

rema atap apanjang asêmu wilis

sêmbada ing lêlewa


terjemahannya : digambarkan penampilan wanita. perempuan yang baik tata kramanya dan yang buruk tingkah lakunya bisa digambarkan. Wanita itu kecil lembut berbadan kemerahan, wajahnya kehijauan disebut Padmanagara. Rambutnya panjang kehijauan, mumpuni dalam bekerja.

Beberapa contoh dari  Kitab Pirasating Sujalma Miwah Katurangganing Wanita membuktikan adanya pengaruh yang memang sudah ditanamkan oleh luhur, Kitab tersebut hanya sebagian dari ajaran-ajaran yang deberikan leluhur dalam melihat kencantikan dan belum menutup kemungkinan adanya kitab-kitab atau ajaran luhur yang lain yang sampai sekarang belum diketahui secara luas.

Jadi dapat dilihat bahwa setiap orang, suku, ras, bangsa dan agama sebetulnya memiliki standar kecantikan masing-masing menurut proyeksi setiap masing-masing individu. Jadi, masih mau kah kamu mengikuti standar kecantikan milik orang lain?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE