Suka Duka Bermusik

Ceritaku tentang keluarga, musik, paduan suara dan medali perak

Perkenalkan nama saya Stella Vania Sugiarto dan biasa dipanggil Stella. Saya lahir di Magelang pada tanggal 14 Februari 2004. Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Saya memiliki adik perempuan yang usianya sekitar sepuluh tahun lebih muda dari saya. Ayah saya adalah seorang wiraswasta, sedangkan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga.

Advertisement

Saya terlahir dari keluarga yang cukup senang dengan dunia musik. Ayah saya dapat memainkan beberapa alat musik, seperti gitar dan keyboard. Yang lebih hebatnya lagi, ayah saya mempelajari itu semua sendiri atau dapat dikatakan autodidak. Selain itu, semua anggota keluarga saya senang sekali bernyanyi. Kami dapat menyanyikan lagu dengan berbagai genre, baik pagi maupun sore hari, tidak hanya saat menganggur tetapi juga saat sedang beraktivitas.

Berawal dari itu, saya semakin senang dan tertarik untuk terjun langsung ke dalam aktivitas yang berbau dengan dunia musik. Dari SD sampai SMA, saya selalu mengikuti ekstrakurikuler paduan suara, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan gereja. Suatu hari, saat saya duduk di bangku SMP, saya masuk ke dalam salah satu tim paduan suara di Magelang yang pada saat itu hendak mengikuti lomba di tingkat nasional. Kami mewakili Kota Magelang dalam kompetisi itu. Tentu saja, pelatih kami telah berusaha sebaik mungkin dalam melatih kami dengan mengajarkan berbagai teknik bernyanyi yang benar. Uniknya, pelatih kami memiliki cara tersendiri dalam melatih kami, yakni dengan teknik menarik lidah menggunakan sapu tangan. Kami harus melakukan hal tersebut sambil menyanyikan lagu yang akan kami bawakan saat perlombaan berlangsung. Awalnya tampak sulit dan cukup menyiksa bagi kami, tetapi itu memberikan dampak baik bagi kualitas suara kami dalam bernyanyi. Selain itu, kami dilatih untuk dapat bernyanyi dengan posisi push up dengan bantuan kursi.

Tak lama setelah itu, hari perlombaan pun tiba. Menurut saya, ini adalah kompetisi pertama yang berhasil membuat saya gugup dan takut karena membawa nama baik Kota Magelang di tingkat nasional. Lawan kami pun tidak main-main, semua bagus karena memiliki keunikan tersendiri dalam bernyanyi. Saat perlombaan, kami membawakan dua lagu berjudul Puji Dia, Haleluya dan Cantate Domino. Puji Tuhan, setelah persiapan yang cukup menguras tenaga dan sulit untuk ditaklukkan, tim kami dapat menjuarai lomba tersebut dengan mendapatkan peringkat ketiga.

Advertisement

Selanjutnya, kami kembali mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba di tingkat internasional. Kompetisi ini dilaksanakan di Bali. Kami pun masih menggunakan cara-cara yang unik selama mempersiapkan dan mempelajari lagu-lagu baru. Pada saat menjelang lomba, saya dan teman-teman baru diberi tahu bahwa kami mengikuti kompetisi ini dengan kategori remaja. Kabar ini sontak membuat saya dan teman-teman terkejut karena mayoritas di antara kami masih tergolong usia anak-anak. Kami harus melawan tim paduan suara lain yang usianya jauh lebih tua dari kami. Akan tetapi, saya dan teman-teman merasa tertantang untuk dapat menaklukkan setiap lagunya dan memenangkan kompetisi ini.

Saat tim akan masuk ke panggung, saya merasa sangat gugup. Dengan mantap, saya melangkahkan kaki dan berusaha untuk menatap ke arah penonton. Akan tetapi, saya tidak dapat melihat apa pun di depan saya karena terangnya lampu yang menyorot panggung dan menyebabkan penonton serta juri lenyap, tak terlihat sama sekali. Hal tersebut semakin membuat saya gugup dan takut apabila saya gagal dalam menaklukkan setiap nada lagu. Terlebih, dalam kompetisi ini, lagu yang dibawakan pun menurut saya lebih sulit dibandingkan lagu yang harus dinyanyikan saat perlombaan di tingkat nasional. Total lagu yang kami pelajari berjumlah tiga, tetapi yang dinyanyikan saat perlombaan hanya dua lagu yakni Elijah Rock dan Goro-Gorone.

Advertisement

Setelah kami tampil, kami langsung mengevaluasi penampilan kami. Rupanya terdapat kesalahan yang cukup fatal saat kami tampil. Hal ini cukup membuat saya sedih karena tidak dapat menaklukkan lagu tersebut dengan baik. Padahal, saat kami berlatih, kami dapat menaklukkan lagu tersebut dengan baik. Saya dan teman-teman takut akan kalah dalam perlombaan ini dan gagal mendapatkan medali emas.

Hari pengumuman pun tiba. Kami berkumpul bersama tim paduan suara lain yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia serta negara-negara lain. Saat kategori kami sedang dibacakan, saya merasa sangat gugup hingga tidak bisa berkata apa-apa lagi. Saya fokus mendengarkan setiap nama tim disebutkan beserta dengan perolehan medali yang didapatkan. Pada akhirnya, puji Tuhan, nama tim saya disebutkan dan kami meraih medali perak tertinggi dengan skor yang cukup memuaskan. Kami sangat senang dengan hasil itu, tetapi kami juga cukup kecewa karena sedikit lagi kami akan mendapatkan medali emas yang letaknya berada tepat di atas medali perak tertinggi.

Itulah pengalaman pribadi saya berkaitan dengan dunia musik atau lebih tepatnya dalam bidang paduan suara. Sangat menyenangkan mengingat setiap momen suka duka yang harus saya hadapi selama mempersiapkan setiap kompetisi. Canda tawa menyelimuti latihan saya bersama teman-teman dan pelatih. Banyak hal yang saya dapatkan melalui pengalaman yang indah ini, salah satunya adalah bersyukur dalam segala hal. Apa pun berkat yang didapatkan, baik menang maupun kalah, baik medali emas maupun medali perak, saya harus tetap bersyukur kepada Tuhan sebab Dia sungguh baik dalam kehidupan saya. Terima kasih Tuhan untuk talenta yang luar biasa. Terima kasih untuk setiap kesempatan dan waktu yang telah Kau berikan sehingga saya dapat terus mengembangkan talenta tersebut. Tidak lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga, teman-teman, pelatih, dan semua orang yang selalu mendukung saya dalam mencari pengalaman di dunia musik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE