Surat Untuk Ayah dari Anak Gadismu

Hai ayah, apa yang terjadi padamu hari ini? Aku melihatmu sangat lelah sekali, goresan di dahimu makin bertambah, jelas sekali ku lihat. Ayah, kapan ada waktu? Agar bisa aku cerita kan semua lelahku padamu, ceritakan tentang kejamnya dunia dan cerita kan pahit nya hidup.

Advertisement

Ingat kah dulu sewaktu ayah melatihku berjalan? Tentang genggaman pertama jari jemari lentik nan kecil milikku? Tentang telinga yang pertama kali mendengar adzan darimu? Mungkin aku lupa rasa bahagia kala itu, tapi ku yakin engkau tak akan lupa. Ayah, ingatkah waktu aku menangis karena dimarahi ibu, engkau datang lalu memelukku? Rengkuhan dekap pelukmu mampu meredakan tangis ku? Aku anak gadismu ayah, yang pernah kau belai lembut rambutku, disisirkan nya rambut ku dan diberikannya parfum pakaianku ketika aku belum mengerti apa itu sisir dan apa itu parfum .

Waktu pertama kali menginjakkan kaki di bangku sekolah.

Ayah, tahukah engkau betapa bahagia nya aku mengenakan tas baru pemberianmu? Mengenakan sepatu bagus darimu? Lalu kau antar aku sampai masuk kelas. Aku baru mengerti sekarang, ternyata banyak sekali harapan yang engkau gantungkan sejak pertama kali aku mengenal 'sekolah'.

Advertisement

Ayah, maaf kan aku yang selalu bertanya ini itu padamu, mencoba mencari tahu hal baru tanpa aku pahami keadaanmu saat itu, lelah kah kamu? Lapar kah kamu? Terima kasih ayah, dengan kesabaran yang kau berikan dalam melatihku berhitung, melatihku membaca, dan melatihku menulis hingga kini aku bisa menyelesaikan sekolah ku.

Ayah, kini aku sudah dewasa.

Advertisement

Aku sudah tidak bisa lagi minta jemput ayah, sudah tidak bisa lagi tidur bersama ayah, sudah tidak bisa lagi bermain congklak dengan ayah, sudah tidak mungkin rasanya aku meminta ayah untuk menyisirkan rambut ku lagi. Tahukah ayah, bahwa aku merindukanmu? Ayah, jika kehidupan ini tak adil untukmu, membuatmu sakit, dan membuatmu lelah. Tolong ceritakan padaku, agar bisa aku pikul semuanya bersamamu.

"Meski mulut ini terlalu gengsi bilang sayang padamu, namun jauh didalam lubuk hati, tindakan dan sikap yang mengatakan semuanya, bahwa aku sayang ayah"

Apapun pekerjaanmu, aku bangga ayah.

Kini anak gadismu sudah dewasa dan sudah mulai merasakan bekerja, betapa sulitnya mencari uang, betapa pahitnya hidup ini. Lalu bagaimana denganmu ayah? Yang sekian tahun hidupmu hanya untuk bekerja bahkan panas matahari bukan alasanmu, hujan badai bukan rintanganmu? Semoga lelahmu bisa terbayar dengan amal pahala dariNya.

Ingat kah ayah? Sehabis pulang kerja, ayah selalu membawakan makanan kesukaan ku, lalu demi aku, engkau memilih untuk tidak mengambil jatahmu. Ingat kah engkau ayah? Saat anak gadismu dulu menangis sehabis pulang bermain? Dan engkau membela ku dengan memarahi teman-teman yang membuat aku menangis saat itu? Engkau gagah ayah, engkau pahlawan ku.

Dalam malam aku dengar sayup-sayup namaku kau sebut.

Ayah, apa yang engkau lakukan dengan malam yang sudah sangat larut bahkan hampir pagi? Engkau bersujud sangat lama, lalu menengadah kan tanganmu dengan airmata? Lalu kenapa ku dengar namaku ayah? Apa yang engkau katakan pada Tuhan? Ayah, jika itu adalah air mata kesedihan, tolong maaf kan aku. Jika itu air mata kebahagiaan? Tolong sampaikan pada tuhan, terima kasih karna aku memiliki ayah sepertimu.

Saat ayah mulai berubah galak, dan aku tahu kenapa.

Ayah, kenapa engkau melarang ku berjalan dengan teman pria ku? Kenapa ayah begitu selektif dengan ku? Kenapa aku seperti putri kecil anak kerajaan yang seakan terkekang? Ingat kah engkau ayah akan itu? Dan aku pun melawan dan memutuskan untuk pergi bersama teman pria ku, bermain dan bersenang-senang.

Ingat kah engkau ayah, sebuah kayu mendarat hebat di kaki dan badan ku saat engkau tahu kebohongan ku? Aku benci ayah saat itu, bahkan aku berfikir kelak aku tidak ingin memiliki pendamping hidup seperti ayah dan aku pun marah pada Tuhan kenapa ayah berubah. Tapi ternyata Tuhan menjawabnya, begitu sayangnya ayah pada ku.

Engkau tidak pernah lelah menjaga ku. Bahkan nyamuk kecil pun tidak kau biar kan melukai aku. Lalu tahukah engkau ayah, bahwa Tuhan meperlihatkan aku, bagimana engkau mencari uang? Memperlihat kan aku, ketika lelahmu berubah menjadi sakit hingga mengikis sisa-sisa semangatmu .

Ayah, aku berdosa padamu.

Kerap kali aku membohongi ayah, melukai hati ayah, dan lupa berterima kasih pada ayah. Maaf kan aku ayah. Ingatkah ayah? Ketika aku ingin ijin pergi keluar untuk malam tahun baruan bersama teman-teman ku? Ayah melarang, namun aku tetap tidak menghiraukanmu, aku pergi sampai larut malam bahkan menjelang pagi. Tidak bisa aku bayangkan bagaimana khawatirnya engkau ayah? Bagaimana sedih nya engkau ayah menerima pembalasan dari anak gadis yang engkau lindungi seperti itu? Lalu bagimana perasaan ayah ketika tahu aku membohongi ayah? Aku ijin pergi ke toko buku namun nyatanya aku pergi bersama teman lelaki ku?

Ayah jika dulu aku tidak menginginkan pendamping hidup seperti engkau namun sekarang setelah aku mengetahui semua aku hanya menginginkan sesosok laki-laki pendamping yang sepertimu, sehebat dirimu ayah. Maaf kan aku, jika pernah masuk dalam lubang hitam, terperosok dalam lumpur jahat namun engkau tidak pernah malu, engkau membangunkan ku lalu membersihkan ku setelah itu dengan doa engkau dekap aku. Betapa aku rindu dekapanmu ayah seperti saat itu dimana aku masih selalu bergantung padamu.

Saat semua orang meremehan ku, menjadi kan masa lalu ku sebagai penilaian atas diriku. Engkau datang gagah berani seperti waktu kecil dulu, membela ku dan memberi ku semangat yang tiada henti-henti nya. Engkau tak pernah lelah, menjadi penopang ku. Engkau mengajar kan ku semua hal, memberikan aku cinta. Ayah, sekian lama aku merasa jauh sekali denganmu. Jangan kan untuk medekapmu menyentuh tanganmu pun aku tidak bisa kini aku bisa medekapmu lagi, menciummu dan aku merasakan bahwa kembali kurasakan masa kecil dulu. Tidak akan ku ulangi masa itu ayah.

Sehat selalu yah, aku pun merindukan ibu, mungkin setelah ini aku akan menulis surat untuk ibu. Jaga kondisi ayah, agar aku bisa meyeleksi calon imam ku bersamamu, agar ku dengar ijab ku dengan suaramu. Agar ku bisa bersimpuh di kakimu memohon doa restu darimu. Berbagi lah bebanmu untuk ku juga, ayah.

Aku bahagia memilikimu, ingin ku katakan pada dunia bahwa aku sudah merasa sangat kaya raya jika selalu bersamamu. Terima kasih ini tidak akan cukup untuk ku ungkapkan dengan kata-kata. Hanya doa dan pengabdian ku lah yang akan mengungkapkan semua. Semoga tidak ada kata terlambat untuk menyayangimu lagi seperti dulu.

Dari anak gadis pertamamu, yang selalu menangisi dosa-dosa nya terhadapmu

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Perempuan ekstrovert berkepribadian sanguinis, yang gemar merangkai kata kala senja