Susahnya Nabung Bagi Pekerja yang Tak Bahagia, Gaji Sering Habis Buat Cari Hiburan Semata

susahnya nabung karyawan tak bahagia


"Bulan ini udah gajian? Jangan lupa ditabung lho."


Advertisement

Begitu kira-kira pesan yang setiap bulan dikirim oleh ibu. Tapi pada kenyataannya, apa pesan itu benar-benar aku lakukan? Seringnya nggak haha. Menabung adalah hal yang sulit dilakukan saat kita tak bahagia, iya nggak? Itu adalah opiniku tentang menabung dan hubungannya dengan kondisi emosional seseorang sih.

Daripada ditabung, aku lebih suka menghabiskan uang gajianku untuk mencari hiburan. Misalnya dengan sering nonton film, karaoke, jajan, sampai hampir setiap hari pesan makanan lewat ojek online. Aku dan teman-teman beranggapan bahwa kita berhak menghabiskan gaji yang susah payah kita dapatkan. Toh semua itu demi kebahagiaan kita juga.

Tapi kalau kita adalah pekerja yang berbahagia, apa akan tetap sama jadinya? Apa kita akan tetap se-impulsif itu dalam menghabiskan uang kalau kita benar-benar bahagia? Berangkat dari opini liar ini, aku mencari tahu lebih tentang bagaimana emosi seseorang bisa menentukan keputusan dalam menggunakan uang.

Advertisement


Pertama-tama, kenapa sih kita bisa jadi pekerja yang tak bahagia?


Nggak semua orang beruntung bisa mendapat pekerjaan yang mereka sukai dengan lingkungan kerja dan atasan yang super baik. Beberapa orang harus menghadapi kenyataan pahit yang membuat mereka akhirnya merasa tak bahagia saat bekerja. Lalu apa saja yang bisa membuat pekerja tak bahagia?

Advertisement

Menurut artikel di situs Psychology Today, alasan pekerja tak bahagia di antaranya adalah gaji rendah, kurangnya jaminan keamanan saat bekerja, kurangnya koneksi sosial selama di kantor, pekerjaan itu sendiri, bullying, serta kepemimpinan yang buruk. Dalam artikel lain yang diterbitkan situs Her Money, perasaan tak bahagia saat bekerja bisa juga muncul karena kita nggak suka sama atasan, pekerjaan kurang diapresiasi, hingga kelebihan tanggung jawab tapi nggak berani buat nolak.

Jadi kita bukan satu-satunya yang bertanggung jawab atas perasaan tak bahagia selama bekerja. Benar sih, memang kita yang paling bertanggung jawab atas diri kita, tapi perusahaan kan sebuah organisasi yang isinya nggak cuma kita sendiri. Butuh kerja sama semua orang untuk mewujudkan suasana bahagia saat bekerja. Kalau pekerja bahagia, produktivitas pun meningkat dan perusahaan jelas akan diuntungkan dengan kondisi itu.


Stres, tak bahagia, dan hubungannya dengan kondisi finansial


Jangan kira emosi kita tidak menentukan keputusan dalam menggunakan uang. Seorang Financial Planner asal Los Angeles, California bernama Shannon Ryan, CFP, menjelaskan di blog The Heavy Purse bahwa masing-masing emosi memiliki dampak tersendiri untuk kehidupan finansial kita. Termasuk stres yang kita rasakan. 

Shannon berpendapat bahwa stres akan membuat kita menghabiskan uang tanpa pikir panjang. Saat sedang stres, kita jadi terlalu lelah untuk memikirkan hal-hal lain. Misalnya, alih-alih masak sendiri di rumah, kita lebih memilih untuk menggunakan layanan makanan cepat saji yang bisa diantar ke rumah saat sedang stres. Tentu saja ini akan berdampak pada kondisi finansial kita. Seharusnya kita bisa menghemat uang kalau masak sendiri. Tapi karena sudah stres dan terlalu lelah, akhirnya uang yang tadinya bisa ditabung malah dipakai buat jajan makanan lewat layanan pesan antar.

Efek yang hampir sama juga ditimbulkan dari emosi sedih dan tak bahagia yang kita rasakan. Peneliti dari University of Harvard bernama Jennifer Lerner menemukan fakta bahwa belanja sering dijadikan "terapi" untuk mengusir kesedihan. 

Penelitian Jennifer dan tim membuktikan bahwa saat sedih dan tak bahagia, kita cenderung melepaskan hal-hal besar yang bermanfaat di masa depan dan lebih memilih hal kecil yang manfaatnya hanya bisa dirasakan sekarang. Semuanya dilakukan demi mendapat kepuasan dan kebahagiaan sementara. Padahal untuk menghemat uang dan membangun kekayaan, kita dianjurkan untuk menunda kepuasan yang sifatnya sementara.


Lalu bagaimana caranya berbahagia tanpa buang-buang uang?


Meski mungkin sulit, tapi nggak ada salahnya mulai mencoba untuk berbahagia tanpa buang-buang uang. Bagaimana caranya? Menurut artikel di situs The Simple Dollar, beberapa cara yang bisa dilakukan untuk bahagia tanpa menghabiskan uang adalah berikut ini:


  1. Mulai tentukan target jangka panjang dan jadikan itu sebagai "peringatan". Misal target kamu harus nabung adalah karena ingin pensiun lebih awal dan menghabiskan waktu dengan traveling ke berbagai negara. Jadikan ini peringatan. Sehingga setiap kali ingin menghabiskan uang, cobalah buat ingat target ini.

  2. Tanya "Kenapa" sebelum belanja. Pertanyaan "kenapa" akan membantu untuk menyadari apakah sebenarnya kita butuh barang tertentu atau cuma sekedar ingin. Dengan begitu, kita lebih bisa menimbang mana yang benar-benar harus dibeli dan memang bermanfaat.

  3. Berolahraga. Saat berolahraga, tubuh kita akan memproduksi hormon Endorfin yang berfungsi untuk menghilangkan stres. Kebanyakan olahraga juga bisa dilakukan tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Jadi stres hilang, uang pun aman.

  4. Lakukan hal-hal yang menyenangkan dan gratis. Coba lihat sekitar! Mungkin ada buku yang sudah dibeli tapi belum dibaca, gambar yang belum diselesaikan, atau apa pun. Daripada dianggurin, coba deh baca buku tadi atau selesaikan gambarnya. Siapa tahu bisa bikin kita bahagia. Kalau nggak, coba jalan-jalan di taman atau kumpul bareng teman. Itu bisa jadi alternatif untuk berbahagia tanpa mengeluarkan banyak biaya. Jadi cita-cita kalian untuk nabung bisa segera terwujud.

Aku tahu bahagia tanpa menghabiskan banyak uang itu mungkin sangat sulit diwujudkan. Karena menurutku, uang adalah salah satu alat yang bisa memberikan kebahagiaan. Kita bisa membeli apa pun dengan uang dan akhirnya muncul rasa bahagia. Tapi kebanyakan rasa bahagia yang dihasilkan dari uang hanya bertahan sementara, iya nggak sih?


Daripada dihambur-hamburkan, yuk pelan-pelan uangnya mulai ditabung atau diinvestasikan (nasihat buat diri sendiri juga).


Kalau kalian nggak bisa nabung karena merasa harus membahagiakan diri setelah berjuang di lingkungan kerja yang toxic, hmmm gimana ya, mungkin ambil cuti dulu dan rehat sebentar. Siapa tahu bisa kembali bahagia dan tak perlu menghabiskan uang untuk hura-hura mencari hiburan. Kalau cara itu ternyata masih nggak efektif, mungkin bisa menimbang-nimbang keputusan untuk resign. Ini jalan keluar terakhir sih kalau benar-benar sudah tidak tahan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

treat people with kindness

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE