Tantangan dan Hambatan yang dirasakan Oleh Siswa Berkebutuhan Khusus Sama seperti Siswa pada Umumnya Selama Pembelajaran Jarak Jauh

Pembelajaran jarak jauh di Indonesia dilaksanakan pada sebagian besar sekolah dan perguruan tinggi sejak Maret 2020. Dalam jangka waktu yang cukup terbilang panjang, berbagai tantangan dan hambatan masih terus dihadapi oleh para peserta didik maupun pengajar. Pada kenyataannya, sistem pembelajaran tersebut turut dirasakan oleh siswa berkebutuhan khusus. Tantangan dan hambatan yang dirasakan oleh siswa berkebutuhan khusus selama pembelajaran jarak jauh dapat menjadi semakin sulit dibandingkan saat pembelajaran di sekolah.

Advertisement

Saya dan salah satu teman, sempat mewawancarai salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) di daerah Tangerang Selatan. Sekolah tersebut menyelenggarakan sistem pembelajaran jarak jauh sejak awal pandemi Covid-19 berlangsung. Informasi yang didapat menarik perhatian kami untuk membahas bagaimana siswa berkebutuhan khusus melaksanakan pembelajaran jarak jauh.

Sekolah luar biasa yang kami wawancarai memiliki sistem pembelajaran dan kurikulum khusus sehingga mungkin terdapat perbedaan dengan SLB lainnya. Berdasarkan informasi dari salah satu guru, materi pembelajaran yang diberikan sekolah lebih berfokus pada pengembangan kemampuan dasar sehari-hari. Kemampuan tersebut antara lain adalah toilet training, makan dan minum secara mandiri, serta keterampilan sesuai dengan minat masing-masing siswa. Tidak hanya itu, pembelajaran turut diberikan berdasarkan pertimbangan usia dan kemampuan setiap siswa. Oleh sebab itu, sekolah ini menerapkan sistem Individualist Educational Program (IEP) sehingga para siswa memiliki capaian pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Mayoritas siswa yang ada di SLB ini adalah siswa berkebutuhan khusus jenis autis. Sang guru yang kami wawancarai mengatakan bahwa terdapat sekitar 60-70% siswa autis di sekolah tersebut. Kami mendapat informasi yang lebih dalam mengenai karakteristik siswa autis. Siswa autis kurang memiliki kemampuan yang baik dalam berinteraksi sosial, serta cenderung memiliki jadwal yang tetap dan rutin. Karakteristik siswa autis ini membuat kami bertanya-tanya bagaimana proses pembelajaran jarak jauh yang berlangsung. Sebagaimana pembelajaran jarak jauh memberikan perubahan yang besar pada sistem pembelajaran.

Advertisement

Selama pembelajaran jarak jauh berlangsung, tentu semua siswa mengalami kesulitan untuk belajar. Akan tetapi, hal ini merupakan sebuah rintangan yang lebih berat lagi bagi siswa autis. Berdasarkan temuan yang kami dapati, seorang siswa autis mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajaran jika jadwal pembelajaran tersebut tidak teratur atau tertata dengan rapi. Hal ini dikarenakan anak dengan autisme memiliki kecenderungan untuk melakukan sebuah kebiasaan yang berulang-ulang. Jika ia dihadapkan pada sesuatu yang ia tidak biasa lakukan, maka ia akan menjadi panik.

Menurut informasi dari guru yang kami wawancarai, sekolah sangat menyadari bahwa orang tua siswa memegang peran yang paling besar sebagai pengganti guru di rumah. Meski begitu, sekolah tetap berupaya memberikan bantuan bagi orang tua siswa autis selama pembelajaran jarak jauh. Upaya yang diberikan antara lain adalah memberikan saran ketika siswa sedang tidak ingin belajar atau mengikuti kelas, membantu memberikan pemahaman kepada siswa tentang apa yang sedang terjadi, serta memberikan tugas yang kreatif sehingga tidak membuat siswa bosan.

Advertisement

Selain itu, kami mendapati bahwa ketika siswa autis melakukan pembelajaran jarak jauh yang terkadang dilakukan tanpa bantuan orang tua, siswa autis ini akan menjadi sedih dan bingung mengapa orang tuanya tidak membantunya. Pasalnya, selama pandemi berlangsung banyak pula orang tua yang tetap harus bekerja meskipun dari rumah sehingga tidak dapat memberikan bantuan secara penuh kepada anaknya.

Meskipun dengan kesulitan yang ada, siswa autis yang kami temukan dapat dikatakan mempunyai adaptasi yang sangat bagus. Salah satunya adalah ketika sekolah sedang membuat kurikulum khusus pandemi, orang tua siswa autis yang kami dapati berinisiatif untuk membuat sebuah jadwal rutin yang harus dilakukan siswa autis ini setiap harinya sebelum kurikulum dari sekolah diterbitkan. Dengan adanya jadwal rutin ini, siswa autis tersebut dapat melakukan kegiatan sehari-harinya dengan lancar dan tenang.

Salah satu adaptasi yang sangat dirasakan oleh siswa autis ini adalah ketika ia mendapatkan seorang teman seusianya dan cocok dengan dirinya. Dengan adanya teman yang baru ini, siswa ini menjadi lebih aktif karena memiliki seseorang yang dapat menemani ketika sedang belajar dan membantunya untuk tidak mengalami stres ketika melakukan pembelajaran jarak jauh. Informasi tersebut dinyatakan oleh guru yang mengajar siswa autis ini.

Gambaran pembelajaran jarak jauh dari siswa autis di atas adalah satu contoh dari sekian banyak pembelajaran siswa berkebutuhan khusus saat ini. Hal ini turut menunjukkan bahwa setiap bagian dari pendidikan berusaha keras untuk bisa menyelenggarakan pembelajaran dengan sebaik mungkin. Adanya dukungan dan perhatian pada seluruh bagian pendidikan, termasuk dalam pendidikan berkebutuhan khusus dapat meringankan beban para guru, orang tua, bahkan siswa berkebutuhan khusus.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE