[CERPEN] Tentang Rasa yang Telah Hilang

Kamu tahu apa hal yang paling bisa menyakiti manusia begitu dalam? Yaitu hati yang sudah terbiasa berdua, namun tak akan pernah menjadi satu.

“Ris! Ini tolong bantu dekor nih bagian ini”

Advertisement

Sekali lagi dengan seenak jidat Jody menyuruhku melakukan sesuatu. Ya dia emang ketua pelaksana sih. Tapi haruskah dia seenak itu menyuruh orang? Untung sayang. Dan…..untung dia tau kalau aku sayang. Walau aku tidak pernah tahu bagaimana hatinya. Tapi sudahlah apa peduliku, sudah nyaman menjadi seperti ini berdua.

Hai, aku lupa memperkenalkan diri. Aku risa, seseorang yang sedang menjadi budak cinta nya Jody. Apapun akan kulakukan hanya agar bisa bertemu dengannya. Termasuk menjadi anak buahnya di event yang sedang ia koordinir ini. Rahasia kita saja ya, padahal aku itu bukan tipe anak yang suka terlibat sama acara-acara kayak gini. Ini semua demi Jody. Ya!

Aku menyukainya sudah lama sejak masa awal ospek dulu. Dia jadi ketua kelompok 2 dan aku jadi wakil ketua kelompok 2. Anehnya padahal baru pertama kali, tapi chemistry kita begitu kuat, hingga bisa menjadikan kelompok 2 saat itu sebagai kelompok ospek terbaik dan terkompak. Begitulah, aku dan Jody mempunyai kecocokan. 

Advertisement

Ada bagian-bagian dari diri kita berdua yang saling melengkapi, dan kita berdua mempunyai cara sendiri untuk berkomunikasi, dan lagi hanya kita berdualah yang mengerti. Sejak saat itu aku dan Jody tidak pernah terpisahkan. Saat Jody mendapatkan kesempatan untuk menjadi ketua, maka disitu akan ada Risa menjadi wakilnya.

Pas setahun kita selalu bersama berdua, aku memberanikan diri untuk menyampaikan perasaanku padanya. Karena, hati mana yang tak akan cinta pada sosok perkasa, bijaksana, namun sederhana dan sudah setahun aku bersamanya. Aku dan dia. Selalu berdua. Gila kan? Banyak dari teman-teman kami yang menanyakan status kami.

Advertisement

Heran, padahal aku saja tidak pernah mempertanyakannya, tapi malah netizen yang penasaran. Setahun di terror, akupun penasaran pula, aku menyatakan dan dia terdiam.

“Tapi aku nggak akan memaksa pacaran kok, aku udah nyaman sama kita yang kayak gini. Aku cuman pengen kamu tahu perasaan aku aja.”

Lalu dia tersenyum.

Oke, baiklah. Sebuah respon yang sangat baik.

“Ris, jangan pernah tinggalin gue ya. Tolong, selalu ada di sisi gue. Gue butuh lu banget”

Dan itu gue jadikan tanda bahwa yes, kita saling membutuhkan. Membutuhkan ya, bukan saling menyayangi. Tolong digaris bawahi oke. Tapi tanpa dimintapun aku akan terus ada di sisi dia. Cara dia berusaha mencapai sesuatu, kemudian dia jatuh namun tak lupa untuk bangkit, kemudian senyum puas ketika ia berhasil mencapainya, aku yang melihat semua itu jauh menginginkannya terlebih lagi. Kemudian, mana bisa aku melepas lelaki sehebat ini? Kesempatan hanya datang sekali.

Waktu berlalu begitu cepat. 4 tahun aku masih berada di sisinya. Iya. Hanya ada aku sejauh ini, tidak pernah ada orang ketiga mengusik kita berdua. Keinginan untuk mencari orang ketiga pun tidak ada. Perlahan aku percaya, mungkin Jody memang butuh aku saja. Butuh untuk menemaninya seumur hidup. 

Kelulusan menyapa, aku mulai agak sedikit ragu bagaimana hubunganku dengan Jody selanjutnya. Kami berdua tinggal cukup berjauhan. Aku tinggal di ibukota dan dia tinggal di daerah istimewa. Bersedih iya, mengingat bisa saja jarak memisahkan dua hati yang sudah terbiasa berdua.

“ris, gue mau pindah ke ibukota, gue mau coba buka event organizer sendiri nih. Are you in?”

OF COURSE I’M IN! sekali lagi kesempatan tidak datang hanya sekali. Jody rela loh pindah untuk berada dekat denganku. Mimpi Jody saat itu adalah untuk mempunyai usaha sendiri. Mimpiku? Tentu saja berada di dekat Jody sampai kapanpun itu. Aku bagaikan ekor Jody, dia kemana-mana selalu aku ikuti. 

Ketika ia lelah, akulah pelepas penatnya, saat ia marah, akulah peredam emosinya, dan saat ia menjadi gelap gulita, aku tetap hadir disitu menjadi lilin untuknya. Aku juga ikut membantu dan terus berusaha membantu Jody. Hingga lupa, bahwa aku juga punya tanggung jawab.

“RISA!! KAMU MAU SAMPAI KAPAN MAIN-MAIN TERUS?? CARI KERJA YANG BENAR SANA!! KERJA DI KANTORAN YANG GAJI GEDE. BUKAN MAINAN USAHA HABISIN DUIT ORANG TUA!!”

Iya aku lupa. Sebagai anak pertama, ada orang tua dan adik yang harus aku jaga. Kondisi orang tua tidak terlalu berada, masih harus berhutang hanya untuk bertahan di akhir bulan. Tapi jika aku mencari kerja tetap, aku tidak akan bisa membantu Jody meraih mimpinya. Bagaimanapun juga, ia sangat membutuhkanku. Akupun melawan keinginan orang tuaku dan terus maju dengan Jody. Aku tahu akan ada jalan indah pada waktunya.

“KITA BERHASIL!!!”

Proyek ini berhasil. Akibat presentasi yang sudah dibuat dengan penuh pilu itu disetujui oleh salah satu perusahaan yang setuju untuk berinvestasi di event organizer yang Jody bangun. Aku yang menunggu di depan pintu saat itu sangat bahagia bisa melihat senyum dan kegembiraan Jody atas pencapaiannya. Ia memeluk satu-satu rekannya. Ia melihatku dan berbisik, “aku berhasil!”.

Aku bertepuk tangan menyambut keberhasilanmu. Seketika waktu di sekitarku berhenti. Aku memandangi bagaimana bahagianya dirimu seolah itu adalah yang terakhir kali. Aku ikut berhenti bertepuk tangan. Sesuatu terlintas dibenakku entah sudah sejak kapan.

Ada kata yang terbisikkan, menandakan bahwa sudah sampailah aku pada garis finish. Segala pelarianku sudah cukup sampai di sini. Ini semua sudah usai. Kamu sudah bisa sendiri. Sudah tidak butuh aku lagi. Butuh tidak selalu berarti satu. Butuh tidak selalu akan bersamamu.  

Langkahku kemudian berlalu, masih ada tanggung jawab menungguku.

Jody, hatiku, cintaku, waktuku, hidupku. Aku pamit pergi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seseorang yang memilih untuk menulis dibandingkan berbicara

CLOSE