[CERPEN] Tentang Reuni yang Membuat Kita Kembali Bertemu dan Cinta Kembali Bertamu

Sepertinya semesta sedang mengajakku bercanda. Setelah berhasil membuatku bertekad untuk menyerah, kini aku justru dibuatnya jatuh cinta lagi.

Dua tahun tiga bulan sembilan belas hari, tanpa sadar aku menghitung di dalam hati. Ternyata sudah selama itu dia alpa di dalam kehidupanku. Semenjak hari kelulusanku, yang bahkan tak ia datangi. Ada sesak yang tanpa permisi, turut mewarnai hari bahagiaku. Bahkan di hari sepenting itu, aku tak bisa melihat wajahnya untuk terakhir kali. Hanya sebaris pesan yang kuterima sebagai pengganti kehadirannya. Bodoh. 

Advertisement

Silakan kalian maki aku sepuas hati. Setidaknya hari itu aku masih bisa tersenyum, walau tak sepenuhnya. Mungkin beginilah akhirnya, pikirku saat itu. Kasih tak sampai, seperti kisah klasik pada umumnya. Dan di sini, akulah sang tokoh utama, korban patah hati.

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Teman-temanku yang lain pun akhirnya lulus satu per satu. Ada yang memilih tinggal dan bekerja di sini, ada pula yang memutuskan pulang ke kampung halamannya. Hari-hariku tak lagi sama. Aku mulai disibukkan dengan rutinitas pekerjaan. Sampai suatu hari sebuah undangan pernikahan mampir di grup alumni kami. Tenang. Bukan nama dia yang tertera di undangan itu. Kalian tidak perlu khawatir aku akan patah hati untuk kedua kali. 

Walaupun sudah lama tidak bertemu, aku sesekali masih mengikuti aktivitasnya di sosial media, dan kadang masih berkomunikasi walau sekedar basa-basi. Bodoh. Aku tahu, kalian akan memaki aku lagi. Kuharap kalian akan mengerti, bahwa membunuh rasa tidak semudah itu. 

Advertisement

Bagaimanapun, aku dan dia pernah ’dekat’, walau mungkin hanya aku yang menganggapnya begitu. Mungkin kalian akan menobatkanku sebagai orang bodoh nomor wahid, karena berharap pada hal-hal ‘samar’ semacam itu. Tapi bukankah begitu cara cinta bekerja?

Kembali ke masa sekarang, di mana sebaris kalimat bisa membuat hati seseorang yang gersang, mendadak jadi taman bunga seketika. Berlebihan, memang. Kalian cukup diam dan menyimak, atau aku akan menghentikan cerita. Pagi itu, grup alumni yang biasanya sepi, mulai banjir dengan berbagai ucapan selamat dan doa-doa baik untuk calon mempelai. 

Advertisement

Tapi bukan itu bagian terpentingnya. Tak berselang lama, sebuah grup baru muncul, dan beberapa notifikasi turut menyertainya. “Mendadak Reuni” begitulah nama grup baru itu.

Dita K: Assalamu’alaikum gaes, gmn kbrnya? Berhub ad slh satu tmn kita yg akan nikah, gue sengaja bkin grup ini buat ngoordinir masalah per-kado-an skaligus mastiin siapa aja nih yg kr2 bs hdir di hr H?Lmyan kan bs skalian reuni, respon yaa

Dita K: Eh, pd stuju gak nih klo kita ngado breng gtu, biar lebih berkesan buat kedua mempelai?

(Ratna is typing….Dimas is typing….)

Aku masih sibuk men-scroll chatingan mereka, ketika kudapati namanya muncul. Bola mataku hampir saja melompat saking kagetnya. Hanya butuh satu kalimat singkat untuk membuat bucin satu ini kembali berharap. Baiklah, kuakui aku memang selemah itu.

Aditya P : setuju bos. Gue bs hdir

***

19 September 2019 jam tujuh malam. Rasanya tak sabar menunggu hari itu tiba. Terlebih setelah tahu dia pun akan hadir di sana. Tunggu, sampai di sini kalian sudah paham kan, ‘dia’ yang dari tadi kita bicarakan itu siapa. Yeah, dia adalah tuan Aditya Pradana, laki-laki biasa, yang anehnya memberiku rasa tak biasa. Mantan mahasiswa telatan, tukang mbolos, namun sialnya bertanggung jawab. Aku bisa saja menyebutkan berbagai hal buruk tentangnya, namun sia-sia saja karena pada akhirnya aku malah berujung memujinya. 

Logikaku berkata, dia tidak istimewa sama sekali, namun hati justru berkata lain. Sudahlah, jangan protes. Adakalanya perasaan memang tak bisa dikendalikan. Yang jelas, entah sejak kapan, aku mulai diam-diam mencintainya. Dasar bucin. Makilah aku sepuas hati.

Dua tahun tiga bulan sembilan belas hari. Itulah waktu yang kita butuhkan untuk bisa bertemu kembali. Jauh-jauh hari aku sudah mempersiapkan diri, sibuk memilih baju, serta menghubungi teman-teman terdekat untuk kuajak berangkat bersama. Sialnya, hari itu kami justru datang terlambat karena terjebak macet. Aku baru sampai di sana di menit-menit terakhir sebelum acara resepsi berakhir. Beberapa tamu undangan bahkan sudah berhamburan ke luar gedung.

Setelah menemui kedua mempelai dan mengucapkan selamat, aku mengarahkan pandanganku ke sekeliling. Kulihat beberapa temanku yang lain masih mengobrol santai di sudut ruangan. Kuhampiri mereka dengan langkah pasti. Sayang, tak kutemukan dia di sana. Rasa kecewa seketika menyusup. Mungkin saja dia sudah pulang atau mungkin tak jadi datang, pikirku.

Bahkan setelah menunggu sekian lama, semesta pun seakan tak pernah berpihak padaku. Perutku yang sejak siang belum terisi pun kini mulai berulah. Sementara itu, kulihat para petugas catering mulai mengemasi makanan yang di hidangkan untuk para tamu undangan. Kulirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. 

Pantas saja, jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat. Lengkap sudah. Perut kosong, hati melompong. Betapa luar biasanya hari ini. Sejak di rumah aku sudah sibuk dengan perasaan gugup karena akan bertemu dengannya, tapi akhirnya kembali berakhir seperti ini. Kecewa lagi. Percayalah, gagal dan lapar adalah perpaduan yang sempurna. Setidaknya aku perlu makan agar kuat menghadapi kenyataan.

Panggilan dari mikrofon menyadarkan kami yang tengah asyik ngobrol. Ternyata kedua mempelai ingin mengajak kami untuk berfoto bersama. Kami pun berbondong-bondong menuju panggung. Tiba-tiba saja, dari arah samping gedung, terdengar suara teriakan “eh, tunggu-tunggu, gue jangan ditinggal!”, serunya. Seketika, kami pun menoleh ke arah sumber suara. Kulihat dia sedang nyengir lebar ke arah kami sambil berlari kecil-kecil. 

Sepertinya semesta sedang mengajakku bercanda. Setelah berhasil membuatku bertekad untuk menyerah, kini aku justru dibuatnya jatuh cinta lagi. Malangnya, masih dengan orang yang sama dengan yang bertahun lalu. Entahlah, ini anugerah atau bencana. Yang jelas, aku jatuh cinta padanya satu kali lagi, di tempat kita kembali bertemu, reuni.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE