Tentang Rindu

Matahari yang bersinar dengan cerahnya di hari ini, tak pernah berjanji untuk kembali terbit di esok hari. Hujan yang turun hari ini juga tidak pernah menjanjikan akan turun esok hari. Sama seperti kehidupan, waktu tidak akan pernah menjanjikan apa yang sudah dialami hari ini akan terulang dikemudian hari. Kita semua tau, segala hal yang telah kita lewati sejak lahir hingga bertemu penghujung waktu nanti, semua akan menjadi history.

Kita semua tau, setiap tempat yang telah disinggahi pasti selalu mempunyai cerita. Akan selalu ada cerita yang tertinggal, menjadi kenangan, menjadi masalalu, menjadi memori. Lalu, pernahkah kalian merasa ingin kembali pada masalalu itu? Aku sedang berada dalam posisi itu.

Ingin bertemu dan bersama orang-orang terdekat saat dulu hingga sekarang. Ingin memutar waktu, mengulang masalalu. Sungguh satu keinginan yang mustahil. Walaupun setiap orang sudah mampu meninggalkan masalalu, sudah mampu bangkit, mampu move on tanpa melihat lagi ke belakang. Tapi aku yakin, setiap orang pernah atau akan mengalami fase dimana kerinduan itu singgah. Akan ada hari dimana rindu setiap orang sudah terlalu banyak dan jumlahnya kian menumpuk.

Hari dimana hanya ada rasa rindu yang menguasai hati. Hari dimana dalam setiap langkahmu hanya akan diiringi bayang rindu. Bercakap mengenai rindu adalah hal rumit yang belum menemui ujung, karena terkadang rindu itu curang. Ia selalu bertambah tanpa mau berkurang. Rindu juga aneh, tidak selalu disebabkan oleh jarak. Kadang hadir untuk seseorang yang sebenarnya ada bersama setiap hari, kadang hadir pada keadaan yang baru saja terjadi.

Sebagian orang mengartikannya sebagai perasaan penuh keromantisan, sebagian lagi mengartikannya sebagai penyebab perih. Aku sedang berada pada satu titik penuh kerinduan. Rindu yang sudah mencapai puncaknya. Dalam kepala ini ada film yang terekam secara otomatis menayangkan memori-memori lama.

Saat rindu datang, kelopak mata ini selalu membendung air mata hingga mengalir deras ke pipi, tanpa diundang, tanpa mau berhenti. Rindu selalu membuatku menangis tanpa bisa aku menepisnya. Rindu selalu membuatku ingin sendirian, hampa dalam bayang siang. Rindu membuatku ingin menatap bintang, bungkam dalam diam sang malam. Rindu membuatku ingin bermain bersama hujan, memejamkan mata, menengadahkan kepala, merentangkan tangan dan berputar-putar dibawah air hujan.

Menyembunyikan tangis dalam hujan yang aku tak suka dari rindu. Rindu ini tak selalu sempat tersampaikan. Rindu ini tak selalu bisa terbalas utuh. Rinduku selalu menyebabkan perih. Retak muka, remuk raga. Sesak, membuat gelisah. Merasa kesepian tapi rindu juga bisa terasa manis. Rindu bisa menjadi indah.

Saat aku meyakini rindu ini rasa yang dianugerahkan Tuhan dan saat aku bisa menyampaikan rindu walau hanya melalui sujud panjangku, di situlah aku bisa tersenyum karena rindu. Begitulah rindu, bermuara dalam hati, banyak makna, tak terlihat mata, hadir tak disangka. Mau memilih rindu yang indah atau rindu yang perih? Tergantung pada cara kita akan bagaimana menyikapinya.

Menahan rindu hanya akan menyebabkan perih. Setelah fase rindu berakhir, bangkit kambali, tersenyum lagi. Hampiri mereka, hampiri dia dan jangan keras kepala. Sampaikan saja rindu itu selagi masih sempat.
Keluargaku, untuk mamah dan bapak wahai cintaku, untuk adik-adik dan kakak kesayanganku, untuk para sahabat kebanggaanku dan untuk kamu, teman hidupku kelak.

Aku rindu, Tuhan. Aku merindu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Aku.. Aku bukan mentari yang bisa menghangatkan dan menerangi bumi. Aku bukan bulan yang setia pada bumi untuk selalu memutari porosnya. Aku bukan bintang yang bisa membuat siapa saja menjadi takjub bila memandang keindahannya. Aku bukan hujan yang selalu bisa kembali ke bumi untuk menyelimuti siapa saja yang ingin menangis dan berteriak dibaliknya. Aku bukan angin yang menyejukkan. Dan aku bukan pula air yang bisa menyegarkan dan selalu dibutuhkan oleh siapa saja. Bukan, tentu aku bukan itu semua. Aku hanya seorang perempuan yang kini sedang beranjak dewasa. Aku terlahir dari keluarga sederhana lengkap dengan ibu ayah dan dua orang adik perempuan. Aku sangat suka menulis. Karena bagiku tulisan sangat mampu untuk mewakilkan apa yang mulut tidak bisa katakan. Maka itulah alasanku untuk menulis disini, mengungkapkan sesuatu yang tidak bisa aku katakan, pada siapapun. Maaf, aku bersembunyi melalui tulisan. Salam Pena, Key (Nama Pena)