Memahami Maksud Tuhan, Bahwa Selalu Ada Masa Depan untuk Kita Meski Terlahir dari Perceraian

Terlahir dari perceraian

Dulu, aku pernah berpikir dan beranggapan jika hidupku sangatlah tak seberuntung teman-temanku yang lain. Di mana mereka memiliki keluarga yang lengkap, sedangkan aku tidak. Iya. Aku memang terlahir dari pernikahan yang tak bertahan lama. Kedua orangtuaku telah bercerai sebelum aku bahkan mengenal ayah kandungku.

Advertisement

Menurut cerita dari keluargaku jika sejak usia 2 tahun aku sudah ditinggalkan ayahku bersama ibuku saja. Banyak hal yang harus kulewati bersama ibu seorang diri. Sampai di mana rasanya aku sangat membenci ayah kandungku sendiri. Kenapa harus menikah dengan orang lain, meninggalkan ibuku juga aku yang masih sangat kecil? Melihat wajahnya pun tak pernah.

Sampai usia 21 tahun, akhirnya aku bisa melihatnya secara langsung meskipun aku tak ingin menatap apalagi memeluknya. Entah kenapa rasanya beliau yang adalah ayah kandungku seperti orang asing bagiku.

Mungkin jika kalian membaca tulisanku ini berpikir: kenapa aku sampai bersikap seperti itu? Iya. Aku pun juga tidak tahu. Sikapku mengalir begitu saja. Apakah kalian juga ada yang merasakan hal yang sama seperti diposisiku? Pertemuan dengan ayah kandungku itu pun karena ibu dari ayah kandungku yang mempertemukan, setelah sekian puluh tahun tak bersua. Bahkan menatap wajahnya rasanya aku enggan.

Advertisement

Dan hari sabtu malam kemarin, ketika saat itu aku sedang bersama dengan teman-temanku berada di sebuah kafe yang tak jauh dari tempat tinggalku, ada seorang anak kecil perempuan. Kalau tidak salah usianya sekitar 4 tahunan. Dan salah satu temanku ternyata adalah saudaranya.

Temanku bercerita jikalau orangtua anak perempuan tersebut sudah bercerai. Kini anak itu pun tinggal bersama dengan nenek-kakeknya. Ibunya telah menikah kembali dan beralih keyakinan mengikuti suami barunya. Temanku menambahkan juga, jika setiap anak perempuan itu mau dipertemukan dengan ayah kandungnya, dia sangat bersemangat sekali. Perlahan aku pun melihat dan menatap sedikit lama anak perempuan kecil itu. Aku melihat begitu cerianya dia  bermain dengan teman-temannya. Seperti tanpa beban atau sakit di dalam dirinya.

Advertisement

Terlintas dalam benakku: apakah dulu aku seperti itu? Seperti tak memikirkan bahwa aku sebenarnya tidak memiliki orangtua yang lengkap; yang bisa memberikan kasih sayang kepadaku setiap saat? Kenapa setelah aku besar ini, ditambah banyaknya permasalahan yang datang silih berganti, aku jadi membandingkan kehidupanku lagi dengan teman-temanku? Kenapa jadi rasa iri dan menyalahkan diri sendiri bahkan rasanya ingin berontak kepada ibuku kenapa harus bercerai? 

Rasanya seperti tersentak dada dan jiwaku. Ternyata aku tidak sendiri. Anak perempuan kecil itu pun juga seperti diriku. Justru aku harus bersyukur masih ada ibuku yang berada di sisiku dan merawat diriku. Sedangkan anak kecil itu tidak ada. Untuk itu, sejak malam itu, aku pun berusaha untuk sampai kapan pun harus menerima kenyataan yang terus berjalan ini. Sekarang aku sudah memiliki keluarga baru, dengan ayah dan saudara tiriku. Aku pun juga mendapatkan kasih sayang yang tak pernah terpikirkan dari ayah tiriku.

Jikalau disuruh memilih, rasanya tak ingin terlahir dari perceraian. Tapi lambat laun aku belajar mengerti dan memaknai setiap maksud Tuhan dalam hidupku. Tuhan membuatku belajar menjadi seseorang yang kuat sejak kecil.

Aku tahu kenyataan ini tak bisa kuubah, namun harus tetap seumur hidup kujalani. Dan Tuhan menunjukkan padaku lewat anak perempuan kecil itu, bahwa sebenarnya aku pun tak sendiri. Bahkan aku lebih beruntung daripada anak itu. Aku percaya Tuhan juga pasti akan memberi kekuatan lebih untuk anak itu sampai besar nanti, seperti kepada diriku. Meskipun memang semuanya tidak semudah itu untuk dijalani.

Tetap kuat, ya, dek. Terima kasih sudah membuatku tersenyum dari pemberontakan sikapku selama ini terhadap ketidakadilan dunia yang sering aku perbandingkan. Terima kasih Tuhan untuk setiap kejadian hidupku yang tak terduga sampai hari ini. Semoga aku bisa selalu kuat untuk terus meraih masa depanku, meskipun terlahir sebagai anak dari buah perceraian.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bukan sekedar hobi melainkan memberi arti.

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE