Tertidurnya Sang Macan Asia

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang menjadikan Indonesia memiliki sumber daya dan kebudayaan yang  beragam. Indonesia juga terletak di antara lempeng eurasia dan lempeng pasifik yang terbentuk dari hasil lempeng muda serta berada di daerah cincin api atau Ring of Fire.

Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan berbagai hasil tambangnya sehingga Indonesia dijuluki sebagai Permata Dunia. Namun yang menjadi pertanyaan di sini, mengapa Indonesia yang dikenal sebagai Permata Dunia justru tertinggal jauh dari Negara Adidaya Amerika Serikat?

Mengapa bangsa yang dikenal akan keanekaragaman sumber dayanya tidak bisa terlepas dari negara lain untuk membantu perekonomiannya?
Apakah negeri kita tercinta ini akan terus dijajah dengan halus oleh bangsa lain?
Akankah rakyat Indonesia tetap acuh dengan permasalahan ini?

Disinilah peran generasi muda bangsa Indonesia dibutuhkan. Aksi yang seharusnya dilakukan sejak dulu ketika bangsa asing “mecuri” secara terang-terangan kekayaan alam Indonesia untuk keuntungan negara mereka. Bukanlah keacuhan terhadap problematika yang terjadi, tapi aksi-aksi nyata untuk menolak ketidakadilan itu!

Dahulu ketika era kepemimpinan Soeharto, Indonesia mendapatkan julukan sebagai Macan Asia. Saat itu Indonesia menjadi salah satu negara yang disegani dikawasan Asia. Perekonomian Indonesia saat itu rata-rata tumbuh di angka 7% setiap tahunnya. Namun sekarang julukan itu sudah luntur dimakan oleh waktu.

Saat ini Indonesia hanyalah negara berkembang yang masih membutuhkan uluran tangan negara lain untuk masalah keuangan negara. Salah satu negara yang menjalin kerja sama dengan Indonesia adalah Amerika Serikat.

Pertambangan emas di Papua yang dikelola olah PT.Freeport, perusahaan milik Amerika bukan lagi berita asing di telinga masyarakat Indonesia. Ini adalah bentuk penjajahan yang berkedok kerja sama.

Setiap tahunnya rata-rata PT.Freeport meraup keuntungan sebesar RP 70 Triliun, namun Indonesia hanya mendapatkan 8 Triliun atau sekitar 11,4% dari keuntungan yang diperoleh. Kentungan yang Indonesia peroleh tidak sebanding dengan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.

Jika PT.Freeport merasa telah memberikan sumbangan besar terhadap Indonesia, mereka seharusnya berkaca diri. Merekalah yang telah mendapatkan penghidupan dari negeri kita tercinta. Maka dari itu kontrak dengan PT.Freeport harus dikaji ulang atau bahkan tidak perlu lagi diperpanjang. Sudah cukup negera Adidaya itu mengeksploitasi bumi Indonesia tercinta.

“Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya” Ir.Soekarno, 1930.

Dahulu Indonesia dijuluki sebagai Macan Asia bukanlah tanpa sebab. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki potensi alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang berkualitas menjadikan bangsa ini disegani.

Saat ini pun Indonesia memiliki banyak potensi yang siap dikembangkan, namun bangsa ini justru tidak mengembangkannya secara optimal dan membiarkan bangsa asing yang mengelolanya. Macan yang dahulu mengaum lantang di Asia, kini sedang tertidur pulasnya.

Namun, Indonesia hanya tertidur, bukanlah mati.
Generasi muda Indonesia lah yang bertugas untuk membangunkan Sang Macan untuk mengaum kembali.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis