Thirfting, Tren Fashion Anak Muda Masa Kini!

Banyak alasan yang menjadikan budaya thrifting ini menjadi sebuah tren yang populer di kalangan anak muda lho!

Fashion merupakan bagian tidak bisa dipisahkan dari penampilan dan gaya hidup seseorang. Dick Hebdige berpendapat bahwa fashion digunakan sebagai salah satu identitas masyarakat. Fashion bisa diartikan sebagai gaya hidup yang diakui dan diterapkan oleh mayoritas orang pada waktu tertentu. Gaya hidup diartikan sebagai ekspresi dan kesadaran diri untuk terlihat bergaya. Gaya-hidup yang sedang digemari pada periode tertentu sering dikaitkan dengan tren. Konsumsi fashion didasarkan pada tren yang terus berubah. Di masa pandemi Covid-19 seperti ini, muncul sebuah tren yang disebut thrifting di kalangan anak muda.

Advertisement

Thrifting merupakan kegiatan berburu atau membeli barang bekas yang kebanyakan barang thrift tersebut masih memiliki kondisi yang layak pakai atau terlihat seperti baru. Mereka membeli pakaian bekas atau bahkan menjalankan bisnis baju bekas secara terbuka. Popularitas thrifting tak lepas dari situasi dan kondisi di masa pandemi. Pandemi memaksa masyarakat untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru dengan mematuhi protokol Kesehatan dengan ketat seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan mengurangi beraktivitas di luar rumah. Menurunnya perekonomi akibat pandemi mempengaruhi daya beli masyarakat. Pandemi Covid-19 selama tahun 2020 menyebabkan banyak orang kehilangan pengahasilan serta pendapatan. Sehingga harus memutar otak untuk bisa menghemat pengeluaran. Dan thrifting menjadi sebuah tren fashion dan peluang usaha untuk menambah pemasukan dengan memanfaatkan barang bekas yang masih layak pakai.

Di Indonesia, nilai industri thrifting mungkin belum terhitung, namun kenyataan yang terlihat adalah munculnya banyak toko barang bekas online dan offline yang berkembang pesat. Menjamurnya toko barang bekas menunjukkan adanya peningkatan permintaan konsumen terhadap pakaian bekas. Industri populer di kalangan anak muda Indonesia, dimana hal tersebut ditandai dengan para generasi milenial yang bangga menggunakan produk bekas. Diberbagai media seperti YouTube, Instagram, dan Tiktok banyak konten terkain dengan thrifting. Terlebih lagi menurut data IBISWorld, saat ini toko barang bekas merupakan bagian dari industri besar dengan nilai hingga US$ 14,4 miliar atau sekitar Rp. 205,149 triliun.

Advertisement

Banyak alasan yang menjadikan budaya thrifting ini menjadi sebuah tren yang populer di kalangan anak muda. Thrifting dapat menjadi cara untuk menghemat pengeluaran, karena barang thrift memiliki harga yang jauh lebih murah namun masih memiliki kualitas yang sangat bagus. Namun terkadang ada juga barang thrift yang memiliki harga lebih mahal karena keunikannya dan barang tersebut tidak tersedia banyak di pasaran. Tidak sedikit pula barang thrift yang merupakan barang yang memiliki brand terkenal. Di sisi lain thrifting juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Tekstil menjadi salah satu penyumbang sampah terbesar di bumi. Dikarena sampah tekstil membutuhkan waktu lama untuk terurai. Dengan keberadaan thrift store dapat mengurangi masalah limbah tekstil ini. Karena dengan menjual dan menggunkan Kembali barang-barang thrifting sama artinya telah berkontribusi dalam mengurangi limbah tekstil dan secara tidak langsung berdampak positif bagi kondisi lingkungan.

Kehadiran budaya thrifting diperlukan untuk mengimbangi fast fashion yang merusak lingkungan. Budaya ekonomi diperlukan untuk melengkapi fast fashion yang berbahaya bagi lingkungan. Elemen ideal dari sistem budaya, seperti kesadaran tentang bagaimana merespons degradasi lingkungan, adalah hasil adaptif dalam menjaga ekosistem. Selain itu, dari sudut pandang budaya, elemen teknologi dan ekonomi, serta organisasi sosial produksi, adalah bidang utama budaya yang paling adaptif. Di area inilah perubahan adaptif biasanya dimulai dan berkembang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE