Maaf, tapi Nyatanya Aku Memang Tidak Bisa Membagi Cinta

Tidak bisa membagi cinta

Untukmu seseorang yang kini mendekat. Yang katanya menawarkan pertemanan. Sebelum kesalahpahaman ini semakin larut lalu menjadi duri. Maaf jika nanti ucapanku sedikit melukaimu, namun aku harus mempertegaskannya. Sebelum jadi bumerang pada ikatan yang tengah aku jalani.

Advertisement


Aku sudah dimiliki dia. Aku sudah memilih satu hati yang kujaga dan kurawat. Aku tidak ingin kedekatan ‘kita’ menjadi ‘bencana’ yang menimbulkan pertengkaran.


Aku tidak ingin mempertaruhkan ‘dia’ demi ‘pertemanan’ yang kau janjikan. Walau dia memberi aku ruang kebebasan, kendati ia beri aku kepercayaan tinggi. Namun aku akan tetap menjaga perasaannya.

Kamu bilang jatuh cinta padaku.  Sudah ku duga. Dan aku mencoba terlihat biasa-biasa saja.  Maaf, aku tidak bisa membagi cinta. Kamu hadir diwaktu yang salah. Namanya telah aku dekap begitu erat. Dalam susunan mimpi dan masa depan yang aku rancang tak pernah ku bayangkan ada kamu yang mendadak masuk dalam kisahku.

Advertisement


Meski kau memperjuangkanku sedemikian hebat, namun aku tetap memilih setia.


Ku akui kamu menggagumkan. Meski menarik dan menyenangkan aku tetap tak bisa lebih dari sebatas teman.

Advertisement


Bagiku kamu istimewa , tapi aku tak pernah melibatkan hati meski kita terlihat dekat.


Duniaku adalah bersamanya. Dengannya aku kembali percaya bahwa seseorang sepertiku layak dicinta. Dia mencintaiku dengan tulus tanpa aku perlu menjadi sosok yang baru. Dia menerima aku lengkap dengan cerita pahitnya. Aku tidak mampu menghianati dia yang telah menemani aku sejak aku berada dititik terendah hidupku. Bersamanya aku memilih membangun ikatan yang suci.

Maaf, aku tidak bisa berpaling dari dia. Seseorang yang kehadirannya membuat aku enggan untuk mencari yang lain. Meski kau menawarkan ‘kenyamanan’ tapi hatiku sudah memilih dia.

Kedatanganmu kuanggap sebagai ujian atas kesetiaanku.  Sekuat apa aku bisa bertahan diatas godaan. Aku tak ingin menjadi serakah. Aku tak bisa ada pada dua tempat dan diantara dua hati.


Kemunculanmu ibarat ‘alarm’ untuk aku dan dia. Sebatas mana kami saling terbuka dan percaya. Bolehkah aku mengucapkan terimakasih padamu?


Untukmu seseorang yang mengaku sebagai teman. Maaf jika aku menjauh. Jika kita tak sedekat seperti dulu. Maaf telah mematahkan harapmu.  Sebab kini ada hati yang harus aku jaga. Kita tetap teman meski aku telah terikat, tapi mungkin tak sedekat yang kau harap.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka Arunika - Penikmat Swastamita

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE