Bersih-Bersih Sumber Mata Air dan Makan Sego Iriban di Tradisi Iriban Khas Desa Lerep

Tradisi yang selalu dilaksanakan setiap setahun sekali untuk melestarikan sumber mata air

Kabupaten Semarang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki 19 kecamatan di dalamnya. hal tersebut membuat Kabupaten Semarang menjadi salah satu daerah yang memiliki keberagaman yang tingg baik dari sosial, budaya, maupun kondisi masyarakat. Terdapat banyak tradisi, adat, dan istiadat di setiap masing-masing kecamatan di Kabupaten Semarang. 

Advertisement

Salah satunya Tradisi Iriban. Di mana tradisi yang satu ini hampir dilaksanakan di wilayah Kabupaten Semarang yang memiliki sumber mata air. Tradisi Iriban sendiri memiliki makna Irib-Irib atau ngurip-urip yang berarti melestarikan dan menghidupkan. Di mana tradisi yang satu ini untuk melestarikan dan menjaga sumber mata air yang ada di daerah atau desa tersebut. 

Salah satunya yang masih melaksanakan Tradisi Iriban setiap tahunnya yakni Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Di mana Tradisi Iriban di Desa Lerep dilaksanakan setiap Rabu Kliwon di bulan Safar. Dan tidak hanya membersihkan sumber mata air saja melainkan terdapat rangkaian di dalamnya. 

Menurut penuturan dari Kepala Desa Lerep, Tradisi Iriban dilaksanakan agara debit air di Desa Lerep agar terjaga dan tetap besar. Konon dahulunya, para pendahulu di Desa Lerep harus membelah bukit terlebih dahulu ketika mencari sumber mata air.

Advertisement

Para pendahulu tersebut ketika mencari sumber mata air dibantu oleh seekor bebek putih. Maka dari itu terdapat beberapa barang yang dibawa ketika upacara dilakukan. Antara lain bebek putih yang masih hidup, beberapa sari air yang berasa dari alam seperti madu dan legen (air nira), tape, kelapa cengkir, ayam, nasi, dan lauk. Dua sari air tersebut masing-masing memiliki makna, madu yang menjadi simbol bagaimana air bisa mengalir, sedangkan legen (air nira) melambangkan air akan terus mengalir. 

Rangkaian upacara Iriban diawali dengan para warga yang berasal dari perwakilan 21 RT berjalan kaki beriringan menuju ke lokasi sumber mata air yang biasanya disebut warga Wangon Cengingin. Dalam perjalanan tersebut warga membawa sejumlah peralatan kebersihan yang nantinya akan digunakan.

Advertisement

Selain itu, ada warga yang membawa nasi, sayur gudangan, lauk tambahan, buah-buahan, dan jajanan tradisional. Ditambah lagi warga juga membawa ayam yang nantinya akan dibakar dan dimasak di lokasi upacara. 

Sesampainya di lokasi upacara, warga langsung membagi tugas. Ada yang mendapatkan bagian menyiapkan makanan yang nantinya akan dimakan bersama-sama saat selesai upacara. Kemudian sebagian warga langsung membersihkan sumber mata air dan sungai yang mengalirkan air ke desa.

Setelah semuanya selesai, upacara pun dimulai. Diawali dengan kirab beberapa barang yang nantinya menjadi syarat upacara. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi adat istiadat yang dipimpin oleh sesepuh desa yang didampingi oleh kepala desa. Terakhir seluruh warga ikut berdoa bersama yang nantinya dilanjutkan dengan makan bersama. 

Dalam Tradisi Iriban di Desa Lerep ini terdapat yang menarik, yakni kehadiran makanan khas yang hanya ada saat Tradisi Iriban berlangsung. Yakni Sego Iriban. Salah satu makanan khas dari Desa Lerep yang tidak bisa ditemui di desa lain dan tidak selalu ada di waktu biasa.

Sego Iriban sendiri terdiri dari nasi putih, sayur gudangan yang terdiri dari daun pepaya, daun singkong, dan daun kopi. Selain itu untuk lauknya senduri terdapat tempe bacem, jeroan, ikan asin, telur rebus, dan ayam bakar yang sudah dicacah. Menariknya lagi  sayuran untuk sayur gudang tidak dimasak dengan cara direbus melainkan dengan cara di lemeng taua dibakar ke dalam bambu. tidak hanya sayuran tersebut yang dibakar di dalam bambu, jeroan ayam pun juga dimasak bersamaan dengan sayuran tersebut. 

Sego Iriban dan makanan yang telaah disediakan diawal sebelum upacara akan dimakan bersama seluruh warga yang ikut. Namun, ketika upacara Tradisi Iriban tiidak diperbolehkan untuk membawa makanan pulang. Karena hal tersebut diyakini warga desa akan membawa hal yang negatif. Jadi semua makanan harus habis di loaksi upacara berlangsung. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hanya seorang yang berkeinginan menu;lis dengan baik dan benar

Editor

Penikmat buku dan perjalanan

CLOSE