Untuk Ayah yang Raganya Belum Sempat Aku Dekap, Semoga Ayah Tenang dan Bahagia di Surga

Aku tidak pernah membayangkan akan kehilangan Ayah di saat aku masih bayi. Saat Aku belum mengerti apa-apa selain menangis saat merasa haus dan lapar. Aku hanya bisa memanggil Ayah Bunda dengan tangisan kencang, belum bisa memanggil dengan sebutan apalagi memeluk mereka erat-erat. Aku juga belum bisa mengenali mereka secara lebih dekat. Aku hanyalah seorang bayi yang masih lemah.

Advertisement

Aku baru mengerti semuanya saat usiaku sudah belasan tahun. Selama ini aku hanya hidup bersama Bunda. Apapun yang terjadi, susah ataupun senang aku hanya bersama Bunda. Bunda menjalankan peran ganda, yang aku tahu sangat tidak mudah. Menjadi Ibu sekaligus Ayah untuk aku putri semata wayangnya, tetapi Bunda menjalankan peran itu dengan sangat baik. aku tetap merasakan kasih sayang yang utuh dan tumbuh seperti anak-anak lain yang orang tuanya masih lengkap.

Ayah, terima kasih sudah memilih Bunda menjadi Ibu aku. Bunda adalah seorang wanita yang kuat, bijak, dan tangguh. Setelah kepergian Ayah, Bunda mampu berjuang seorang diri membesarkan dan mengantarkan aku menggapai cita-cita. Bunda mengajarkan aku banyak hal, salah satunya aku harus menjadi orang yang mandiri tanpa harus bergantung kepada orang lain. Peran Ayah juga digantikan oleh Bunda dengan sangat baik. Ayah telah memilih wanita yang tepat. Bunda adalah seorang pekerja keras, membiayai aku seorang diri tanpa pernah mengeluh.

Ayah, aku memang belum sempat mendekap ragamu tetapi Ayah tetap menjadi cinta pertamaku. Ayah tetap menjadi satu-satunya lelaki yang tidak akan pernah menyakiti aku. Aku akan tetap mencintai Ayah seperti aku mencintai Bunda. Ayah tetap akan menjadi seorang yang namanya selalu ada dalam doa, selalu aku sebut di momen-momen bahagiaku.

Advertisement

Ayah aku minta maaf, saat ingatan tentang Ayah muncul aku masih sering menangis. Padahal aku tahu ini akan memberatkanmu. Bagaimana aku bisa menahan air mata, kita belum sempat menghabiskan waktu bersama. Aku ingin sekali menjabat tangan Ayah lalu menciumnya saat akan berangkat sekolah atau pergi bersama teman. Menceritakan dia teman dekatku, tetapi semua itu hanya bisa aku bayangkan.

Ayah, tenang di sana ya. Di sini aku selalu doa buat Ayah, karena hanya doa-lah yang bisa menjadi jembatan kita saat ini. Doa adalah perantara untuk rindu yang tak bisa menemui temu. Aku tetap menempatkan Ayah di hati sejajar dengan Bunda. Dari perpisahan kita banyak hal yang aku pelajari diantaranya belajar menerima apa yang menjadi ketetapan-Nya, belajar mengikhlaskan karena semuanya adalah milik Tuhan, dan belajar sabar saat rinduku ke Ayah menggebu.

Ayah, terima kasih untuk segala hal yang sudah Ayah berikan meskipun saat itu aku belum menngerti. Semoga kita bisa berkumpul lagi di Surga-Nya. Aamiin..

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemimpi yang sedang belajar mengubah rasa menjadi kata~

CLOSE