Teruntuk Mereka yang Kasihnya Sangat Luas dan Tak Pernah Habis, Terima Kasih!

terima kasih untukmu

Dulu kita sering mendengar kalimat kasih ibu itu sepanjang masa. Kita juga sering mendengar bahwa orang tua rela melakukan apa saja demi kebahagiaan anaknya. Saat itu, aku dan mungkin sebagian anak lainnya yang kebutuhan hidupnya terasa selalu tercukupi, merasa biasa saja. Sebenarnya, aku bukanlah lahir dari keluarga yang kaya, tapi juga bukan lahir dari keluarga yang miskin. Jadi, keluargaku cenderung menengah, sulit keatas dan tidak terlalu kebawah. Untuk kebutuhan dasar, alhamdulillah masih tercukupi, motor bisa membeli walaupun dengan mencicil, membeli laptop harus dari uang yang sudah ditabung cukup lama.

Aku yang waktu itu masih anak-anak menganggap bahwa tidak ada yang sulit dari ekonomi keluargaku. Jadi waktu itu, ketika aku menginginkan sesuatu maka penginnya harus dibelikan. Terkadang ada yang tidak dibelikan, tapi tak mengapa, karena waktu itu orang tuaku tetap membelikan yang serupa, walaupun tak sama. Walaupun sebenarnya dalam hati orang tuaku waktu itu pasti sebenernya agak tidak ingin untuk membeli mainan itu, tapi karena rasa sayangnya yang tinggi orang tuaku akhirnya mau membelikannya untukku.

Tidak hanya dalam hal itu, sebenarnya orang tua banyak melakukan tindakan yang membuatnya ‘tidak baik-baik saja’ agar anaknya  tetap ‘baik-baik saja’. Dan hebatnya mereka tetap bisa terlihat baik-baik saja dalam waktu yang lama dan dalam keadaan tidak baik-baik saja. Contohnya ketika ingin menguliahkan anak. Ketika sang anak tetap teguh pendiriannya untuk kuliah, saya bisa yakin bahwa orang tua pasti khawatir jika tidak bisa menguliahkan anaknya, dan memberinya biaya saat di perantauan. Tapi karena orang tua melihat anaknya sangat yakin dan sangat ingin kuliah, maka mereka percaya pada kita bahwa kita bisa membahagiakan mereka, dan orang tua pasti yakin pasti ada cara untuk tetap menguliahkan anaknya.

Akhirnya mereka memutuskan untuk mengambil uang yang ada di rekening banknya, yang sebenarnya mungkin sudah ditabung sejak lama. Mungkin uang itu sebenarnya untuk modal jualan di masa mendatang, atau mungkin untuk berqurban, dan mungkin untuk keinginan mereka yang lain. Tapi lagi-lagi, karena rasa sayang mereka pada anaknya sangat besar, mereka mengikhlaskan hal yang mereka anggap penting untuk kebahagiaan anaknya. Dari sinilah, aku akhirnya bisa mendapat gambaran ril dari ungkapan Kasih orang tua tiada tara.

Lalu, apakah aku, kamu, dan kita semua wahai anak yang dicintai orang tuanya hanya akan tetap menjadi anak kecilnya? Tentu kita tidak akan terus dalam posisi anak kecil terus kan? Umur kita pasti terus bertambah, dan ada pilihan bagi kita semua untuk tetap menjadi anak-anak atau mendewasakan diri. Mayoritas, atau hampir semuanya pasti memilih untuk mendewasakan diri, baik dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Akupun begitu, aku memilih untuk beranjak dewasa. Dan pembelajaran untuk menjadi dewasa ini sedang kurasakan, yaitu ketika aku sekarang sedang merantau. Yang lain pasti juga setuju kan bahwa merantau menjadi wahana untuk mendewasakan diri.

Aku, dan kebanyakan dari kita belajar untuk mandiri saat merantau. Yang tadinya semua disediakan oleh orang tua, atau pembantu, namun ketika merantau kita hanya dikirimi uang oleh orang tua. Tidak ada lagi nasi yang tiba-tiba mateng, mendoan yang masih hangat dengan sambal kecapnya di kamar kos kita. Semuanya kita beli, masak, dan makan sendiri. Pakaian kita juga tidak tiba-tiba langsung bersih, kita harus mencucinya sendiri atau membawanya ketempat laundry. Saat di perantauan, kewajiban orang tua kita hanya membiayai dan memastikan bahwa kabar kita baik-baik saja.

Memang, ketika kita memberi kabar baik-baik saja pada orang tua, mereka pasti akan merasa senang. Apakah kita hanya akan terus sekedar memberi kabar bahwa kita baik-baik saja, tentu tidak kan? Kita harus bisa membuat orang tua agar bisa merasa sangat senang, bukan sekedar senang saja. Maka dari itu, aku pun berusaha agar aku bisa menjadi putra mereka yang bisa membuat mereka sangat senang, dengan hal yang kumampu, yaitu dengan menulis. Aku ingin membuktikan pada orang tuaku bahwa anakmu ini bisa menjadi penulis yang hebat, tidak seperti dirinya dulu saat masih SMP, dan juga SMA.

Oh ya, saat kita menyayangi dan berbakti pada orang tua, tidak hanya orang tua saja yang senang, tapi Tuhan kita pun begitu. Karena sesayang-sayangnya orang tua kepada kita, tentu Tuhan lebih sayang kepada kita. Karena ketika kita mendapat orang tua yang penyayang, itu adalah bentuk kasih sayang Tuhan kepada kita. Dan jika kita mencederai rasa kasih sayang orang tua kepada kita (durhaka), maka sama saja dengan mencederai kasih sayang yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Maka dari itu, selama orang tua masih hidup, berilah bakti yang terbaik bagi mereka, karena bakti kepada orang tua sama saja dengan mensyukuri kasih sayang Tuhan yang telah kita terima, dan sebisa mungkin kita sedikit memberi kejutan yang membuat mereka senang, eh bukan, maksudnya kejutan yang membuat mereka sangat senang.

Aku yakin dari kalian yang membaca ini pasti ada yang sedang berusaha untuk membuat orang tuanya sangat senang dengan caranya sendiri. Agar sepulang dari perantauan nanti, orang tua kita akan berkata Anakku telah dewasa dan tumbuh dengan hebat!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka ngemil bawang goreng.