Untuk Raga yang Lelah dan Sepi Ini, Saat Ini Sang Pencipta Semesta Sedang Menguji Keteguhan Hatimu

Seharusnya, aku paham tentang dunia sering berbalik arah sesuai kehendak Sang Pencipta semesta

Wahai hati bagian jiwa yang bimbang. Bertanya dan termenung menatap tembok putih yang kosong tanpa ada coretan, bertanya dalam lamunan sendu, betapa bodohnya pemilik raga ini yang menyia-nyiakan waktu hanya untuk bertahan pada hal-hal yang tidak disukai. Tetapi aku tetap pergi dengan hentak sepatu yang sejalan dan berirama. Kutatap pagi nan indah, embun menetes membasahi daunan. Embun malam siap pergi disela-sela hangat mentari menyapa dengan senyuman indah. Langkahku yang berat semakin cepat, malu ditertawakan pagi yang selalu tersenyum. Aku bukan mau menciptakan kata-kata seperti sayap-sayap yang patah wahai hati yang senduh. Namun ini yang dirasakan pemilik raga. Menaruh harap agar tidak berujung semu. 

Advertisement

Seharusnya, aku paham tentang dunia sering berbalik arah sesuai kehendak Sang Pencipta semesta. Bagai kincir yang berputar memercik air, dingin tanpa ada kehangatan saat berada di titik terendah. Hingga menaruh ragu pada harap yang telah menjelma menjadi penantian. Nelangsa ketika kepastian masih jauh, seperti matahari dan bulan menunggu datangnya gamma. Bertahun-tahun lamanya, dipisahkan siang dan malam saat senja datang. Untuk raga yang lelah dan sepi ini, ingatlah goresan luka sisa-sisa perjuanganmu, denyut nadimu, peluh keringatmu, dan langkah kakimu menapaki jalan yang dipenuhi kerikil tajam. Langkah penuh luka dengan kaki telanjang. Tak jarang kabut hitam nan tebal menutupi langkahmu yang sepi. Takdir saat ini mungkin sedang mempermainkan hati yang kalap dengan senduh. Sepi karena penantian, yang hanya ditemani kertas kosong dan pena yang hitam dengan tinta. Menulis dengan coretan dan lemparan kertas yang memenuhi lantai yang dingin. Hingga hasil angan menjadi sebuah harapan pada kertas yang sudah lusuh. Sobekan-sobekan seperti bekas luka yang terlalu sakit untuk diingat. 

Saat hati yang terlalu lelah ini bicara pada sepi, teringat wajah malaikat tanpa sayap dengan keriput dan rambut yang sudah memutih, terlihat sisa-sisa perjuangan untuk menghantarkan raga ini mendaki ke tempat yang lebih baik. Muncul lagi bidadari yang cantik hatinya, tidak dapat digambarkan dengan apapun yang ada di alam semesta. Kasihnya tidak tergambar walaupun dengan galaksi terbesar di angkasa. Seketika hati yang sendu ini mengalir kehangatan dan mencairkan kebekuan. Tekad yang mengharuskan bersahabat dengan takdir, agar ceritaku bisa berubah bila takdir melihat usahaku yang jatuh bangun. Untuk raga yang lelah dan sepi ini, ingatlah selalu Sang Pencipta pemilik semesta. Kau lantunkan pujian yang indah melalui ayat-ayat yang menenangkan hati yang gundah, disepertiga malammu. Lantunan indah yang bergelombang, membawa arus kebaikan seperti deru ombak di bawah senja yang indah di lautan. Untuk raga yang lelah dan sepi ini, saat ini Sang Pencipta Semesta sedang menguji keteguhan hatimu, batas egomu, dan kuatnya ragamu untuk berdamai dengan waktu. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pencinta hujan yang menunggu indahnya pelangi, dibalik jendela dengan secangkir kopi dan lagu tentang kenangan.