Wanita Mahluk Paling Egois : Fakta Atau Mitos?

Wanita Mahluk Paling Egois

Seperti biasa, hari Sabtu pagi saya mengikuti kajian ibadah yang membahas tentang fiqih dalam kehidupan berumah tangga, kitab yang diajarkan oleh guru kami bertajuk Uqudul Jen. Dalam hal ini, saya tidak ingin membahas apa saja isinya, karena sungguh ilmu saya masih sangat sedikit, fakir, bukan ahlinya, dan khawatir salah menyampaikan. Meski begitu, ada satu hal yang ternyata baru saya sadari dan saya dapatkan ilmunya, maka saya ingin membagikannya kepada para wanita lainnya, teman-teman saya, sahabat-sahabat saya, dan semua orang yang memang ingin terus belajar untuk memperbaiki dirinya.



Tentang apakah itu? Ya, ternyata kita ini adalah makhluk yang egois. Saya sadari itu saat guru kami bertanya, "Apakah memang benar, kalian mencintai suami karena Allah? Coba cek lagi niatnya". Pertanyaan ini masih belum mampu kami jawab, hingga akhirnya guru berkata kembali, "Ambil contoh seperti ini. Jika ada seorang suami yang berselingkuh, bagaimana reaksi istrinya? Marah? Menangis? Tidak terima dan merasa disakiti? Benar begitu?". "Ya pak, tentu saja seperti itu". Pak guru kembali bertanya, "Kenapa?". "Ya karena dikhianati. Dikecewakan" jawab kami, para murid bersahutan. Ternyata pak guru langsung memberikan pernyataan bahwa, "Kalian itu egois!".



Jujur saja, saya sendiri kaget menerima judgement seperti itu. Dalam hati, bukankah memang hal yang wajar dan manusiawi bila seorang istri akan marah saat mengetahui bahwa suaminya berselingkuh. Oke, saya tahan adu argumen, karena saya ingin mendengar penjelasan dari pak guru mengapa beliau mengatakan seperti itu.



"Kalian bilang, mencintai suami karena Allah bukan? Tapi kalian marah saat suami berselingkuh, itu tindakan egois. Karena rasa amarah yang kalian punya itu bukan karena Allah, tapi karena nafsu! Kalau kalian marah dengan berkata seperti ini, 'Pak guru, saya marah dengan suami karena dia berbuat zina, dia berbuat dosa kepada Allah!', nah itu baru benar mencintai karena Allah. Tentang suami yang berselingkuh itu adalah urusannya dengan Allah, dosa dia dengan Allah, bukan dosa dia dengan kalian. Kalau pun ternyata suami menikah lagi, ya sah saja, karena Allah memperbolehkan dan Rosululloh saja melakukannya".



Deg! Dalam sekali penjelasannya. Terlepas dari polemik, pro kontra tentang drama perselingkuhan dengan beragam kisah dan cerita, pun terlepas dengan pro-kontra tentang poligami, jujur saja, saya hanya ingin menelaah lebih jauh tentang hal ini. Hal penting yang berkaitan dengan niat kita dalam mencintai suami. Apakah memang benar karena Allah atau hanya nafsu semata?



Terselip kisah seorang wanita bernama Rabiatul Adawiyah. Dulu, dia adalah seorang yang menjajakan dirinya, namun Allah memberikan hidayah kepadanya, hingga dia berhijrah dan memperbaiki dirinya. Kecantikannya sungguh menggoda pria mana pun juga, bahkan seorang raja terpikat padanya. Namun Rabiatul Adawiyah menolaknya, raja pun semakin penasaran dan semakin gencar mendekatinya. Hingga Rabiatul Adawiyah bertanya alasannya mengapa raja sangat ingin menjadikannya istri. Jawaban raja, "Karena aku terpikat pada matamu". Ternyata, Rabiatul Adawiyah justru mencongkel kedua matanya dan memberikannya kepada raja sambil berpesan, "Kamu mencintaiku bukan karena Allah, tapi karena mataku, ini kuberikan apa yang kamu cintai".



Merindingkah mendengar dan membacanya? Ya, tentu saja. Bagi yang penasaran bagaimana kisah Rabiatul Adawiyah silahkan searching sendiri ya, kisahnya lumayan panjang, dan sangat bagus dibaca untuk dijadikan pelajaran. Bahwa, sesungguhnya mencintai Allah dan Rosululloh sampai ke tahap demikian adalah benar-benar hidayah yang sangat indah dirasakan. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Saya rasa hanya segelintir orang yang imannya mencapai tahap setinggi itu. "Ya janganlah dibandingkan dengan kita mbak, zaman sekarang kan beda dengan zaman dulu". Ya, saya pun tak ingin berdebat ini itu, hanya ingin mengembalikan semuanya kepada pribadi masing-masing, apakah niat kita memang sudah benar-benar lillahi ta'alaa….



Lanjut kembali. Pak guru bertanya kembali, "Bila suatu saat suami kalian meninggal. Apakah kalian menangis? Tentu saja. Menangisnya karena apa?". Kami hanya terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing membayangkan bila hal itu terjadi. Pak guru berkata, "Kalian menangis karena akan merasa hidup sendiri, tak ada yang mendampingi, tak ada tempat berkeluh kesah, tak ada yang menafkahi. Benar bukan? Kalau begitu, kalian memang egois!"



Deg! Aduh… Nyeri hati mendengarnya. Kembali dada saya berguncang karena perbedaan pendapat, namun saya penasaran mengapa pak guru berkata seperti itu. "Bukankah kalian tau bahwa suami kalian itu milik Allah! Lantas mengapa kalian merasa terlalu bersedih. Ingat, kalian mencintainya karena Allah atau karena nafsu?" Pak guru mengembalikan pertanyaan yang semakin membuat saya sadar bahwa ya, kita tak punya apa-apa, bahkan sosok suami pun adalah hak mutlak milik Allah.



Tak terasa air mata saya jatuh… Betapa ternyata selama ini saya terjebak dalam lingkaran nafsu semata. Ingin memiliki penuh suami dan anak-anak. Merasa mereka adalah orang-orang yang saya sayangi dan saya miliki. Saya salah, saya sadar bahwa saya pun adalah milik Allah, yang kapan saja bisa dipanggil kembali pada-Nya…



Betapa kematian itu nyata adanya. Tak akan menjauh, pasti mendekat. Tak akan pilih kasih, karena semua akan bertemu dengan maut. Hingga akhirnya kita akan sadari bahwa semua yang kita lakukan akan dimintai pertanggung jawabannya. Ya Rabb… Tiada daya dan upaya kecuali dengan kuasa-Mu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Wigompo adalah situs permainan game online yang sedang populer di Indonesia saat ini dengan beragam permainan pilihan terbaik. Ajak teman-teman anda untuk menikmati game populer saat ini melalui agen mpo Indonesia dan rasakan sensasi pada setiap permainan yang dimainkan.

CLOSE