#WorldPoetryDay2022 – Sajak Petani Kopi

Nasib Petani Kopi di Negeri Sendiri

Di balik rumah tak mewah, bersandar bahu lemah 

Terdengar hembusan nafas tercekat

Sang Tuan kembali mengusap matanya yang telah basah

Entah sudah keberapa kalinya

Andai saja deras air mata Sang Tuan dapat menggantikan derasnya panen bijian kopi

Namun, mustahil

Gagal atau berhasil, tetap saja akan Sang Tuan akan berkabung

Teringat yang dulu berkarung, kini tinggal tempurung

Membuat Sang Tuan kian murung

Sebab butiran kopi tidak memberi untung

Sudah buntung, tidak pula didukung

'Mereka' bilang kopi seberang selalu menang

Lantas dengan omong kosongnya menginjak,


Buat apa harus bersusah untuk hasil yang payah?


Terlihat bukan, meski di negeri sendiri jeritan petani tak pernah dihargai

 

Permintaan Dalam Petang

Bila saja cangkul tak terlanjur berkarat  

Bakul tidak termakan oleh rayap

Sang Tuan tidak akan memikul beban berat

Namun, kenyataan membuat cemas

Sang Tuan tidak lagi berkuasa dalam replika kehidupan

Hilang sudah coretan yang dahulu ia lukiskan

Dalam bingkai indah yang terangkai

Gugusan pulau hijau makmur

Biji kopi jatuh melumbung

Berkah yang terkumpul berkarung

Sudah, kini hidup Sang Tuan tak tertanggung

Kopi yang menghidupinya telah mati

Entah, esok kan menggerus apa

Hanya satu pintanya pada Tuhan, 


Beri kami biji kopi tuk dapat berdiri di negeri sendiri


 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

write, wrote, written