Aku Tak Pantas Jadi Kapten, Aku Bejat

Setiap tahun pasti aku membutuhkan dokter, tapi setiap hari aku membutuhkan petani. Kau tahu bejatnya aku, aku diam saja ketika petani tak kunjung sejahtera. Dan kau tahu apa kerennya seorang petani? Meski pekerjaan mereka tak dihargai sebagaimana mestinya, mereka tetap saja melakukan tindakan yang mengambil peranan besar dalam menyambung hidupku setiap harinya.

Advertisement

Dan betapa sangat bejatnya diriku! Kau tahu apa? Aku mengetahui semua itu namun aku terlalu malas untuk melakukan sesuatu untuk mereka, bahkan untuk bersedia menjadi seorang petani.

Apa tak salah dengan menyalahkan pemerintah karena menciptakan sistem yang membuat petani tak sejahtera? Karena ya merekalah yang berwenang mengatur sistem?

Entahlah.

Advertisement

Kau mungkin menganggap aku "sok peduli", tapi kau salah. Aku tak peduli, aku tak peduli dengan nasib petani. Aku juga tak membenci pemerintah.

Entahlah, karena bagiku jika aku hidup dalam sebuah negara demokrasi, itu berarti aku berada dalam sebuah kapal yang mana pemerintah adalah kaptennya. Dan mengganggu kapten aku rasa sama saja dengan melakukan tindakan yang hanya akan menenggelamkan kapal yang aku tumpangi. Maka aku hanya bisa berkomentar dan pasrah saja, terserah kapten.

Toh, jika ada yang menawarkanku menjadi kapten, juga akan aku tolak. Aku rasa tanggung jawabnya terlalu besar, dan aku bejat. Kau ingat?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE