Bukan Sekedar Perjalanan, Mudik adalah Proses yang Seharusnya Dinikmati

Ramadhan sudah lebih setengah jalan terlewati. Semoga sisa-sisa Ramadhan bisa kita manfaatkan dengan maksimal. Agar di ending nanti kita tidak hanya mendapatkan haus dan dahaga. Tapi juga esensi-esensi fundamental dari sebuah ibadah yang bernama puasa Ramadhan; kasih sayang Tuhan, pengampunan dosa, dan pembebasan dari api neraka, dapat kita raih dan nikmati. Amiin.

Shaf-shaf salat tarawih sudah mulai maju. Masjid tidak seramai hari-hari awal puasa. Orang-orang mulai berburu segala kebutuhan di pusat-pusat perbelanjaan. Diskon demi diskon semakin banyak menggoda iman dan dompet manusia. Dan para perantau mulai berkemas dan bergegas kembali ke kampung halaman untuk berlebaran bersama keluarga alias mudik. Gejala-gejala sosial di atas adalah beberapa pertanda Ramadhan akan segera berlalu. Sedih ya, tapi mau bagaimana lagi, kita berdo’a dan terus berharap semoga dipertemukan dengan Ramadhan selanjutnya. Aamiinn Ya Rabbal Alamin.

Anyway, kali ini aku bakalan ngebahas tentang mudik. Aktifitas mudik menjadi sangat menarik dan dinantikan oleh para perantau, baik mahasiswa yang kuliah di luar daerah, ataupun para pekerja yang mengadu nasib di daerah orang. Sebelum mudik pastikan segala hal yang menunjang kelancaran perjalanan mudik Anda benar-benar sudah beres. Jangan lupa menjaga kesehatan dan kebugaran fisik. Karena mudik adalah aktifitas yang cukup menguras energi dan tenaga.

Untuk sampai ke kampung halaman kita tentu membutuhkan bantuan alat transportasi, baik darat, laut, maupun udara. Apapun mode transportasi yang digunakan, seyogyanya, perjalanan mudik itu sendiri tidak kalah penting untuk kita nikmati. Jadi waktu otewe mudik jangan mikirin rumah, keluarga, atau gebetan di kampung halaman terus! Coba layangkan pandangan ke jendela pesawat atau kereta yang kamu gunakan dan nikmati perjalananmu dengan penuh kesyukuran. Sampai di kampung halaman itu hasil, perjalanan mudik itu prosesnya. Jangan cuma mikirin hasil tapi nikmati pula prosesnya.

Aku adalah perantau di Kota Gudeg. Teman-teman yang lain sudah beranjak pulang. Ada yang menggunakan bis, kereta api, pesawat, bahkan motoran sampai kampung halaman mereka. Semua mode transportasi tersebut mengajarkan secara tidak langsung bahwa ada pengorbanan dan perjuangan yang harus dilakukan untuk sebuah hasil yang didambakan.

Bagi pengguna bis dan kereta api, bisa jadi perjalanan mudikmu akan lebih lama dibanding menggunakan pesawat terbang. Akan tetapi kamu bisa menikmati pemandangan hijaunya persawahan, kokohnya pegunungan, dan berbagai warna kehidupan sosial di pinggir rel kereta atau jalanan yang kau lewati. Jika kamu hanya memikirkan rumah dan seisinya, aku bisa pastikan perjalananmu akan terasa lebih lama dan melelahkan. Tapi jika kamu menikmati setiap detik perjalananmu, percayalah perjalanan mudikmu tidak akan terasa lama.

Bagi pengguna pesawat terbang, termasuk aku nantinya, perjalanan kita tentu akan lebih cepat dibanding yang lain. Akan tetapi kita tetap bisa menikmatinya dengan menyaksikan pemandangan di atas awan yang tidak kalah menakjubkan. Dan hati kita akan dengan lirih mensyukuri segala nikmat yang telah Tuhan berikan. Karena tidak semua orang bisa menikmati perjalanan menggunakan pesawat terbang seperti yang kamu rasakan.

Apapun mode yang kamu gunakan untuk mudik, perjuangan dan pengorbanan selalu ada di dalamnya. Okelah kita yang pakai pesawat bisa sampai lebih cepat, tapi jangan lupa kita pun harus membayar lebih mahal. Tiket pesawat harganya tentu tidak sama dengan tiket kereta api. Bagi kamu yang mudik menggunakan kereta api, bis, atau kendaraan pribadi, mungkin perjalanan kalian akan lebih lama, tapi jangan lupa budget yang kalian keluarkan tidak sebesar harga tiket pesawat terbang.

Para pengguna pesawat terbang bisa menikmati pemandangan awan dan langit lepas, tapi tidak bisa menyaksikan hijaunya Indonesia melalui sawah, perkebunan, dan gunung-gunungnya. Begitupun sebaliknya, pengguna mode transportasi darat bisa menikmati keindahan alam Indonesia tapi tidak bisa menyaksikan gumpalan awan yang berjejer cantik di langit lepas sana.

Maka, yang mudik menggunakan kereta api jangan iri pada mereka yang mudik pakai pesawat. Pun sebaliknya. Setiap perjalanan memiliki cerita dan kesan masing-masing. Nikmati perjalananmu, nikmati hidupmu! Jangan rusak moodmu dengan mengagumi rumput tetangga yang dimatamu terlihat lebih hijau. Rumputmu nggak kalah hijau kok!

Dan untuk menentukan kita hendak menggunakan mode transportasi apa ketika mudik, ada banyak variabel yang harus disatukan. Jika kamu merantau di Jogja dan kampung halamanmu di Kebumen, haruskah kamu mudik pakai pesawat? Kan di Kebumen belum ada bandara. Hehe. Dan apabila kamu merantau di Jogja lantas kampung halamanmu di Lombok, kamu bisa pakai bis, kereta api sampai Banyuwangi kemudian nyebrang naik kapal Feri, atau pesawat terbang.

Dalam hidup kita memiliki banyak pilihan, maka pastikan kita memilih pilihan yang proporsional dan yang terpenting, jangan lupa, nikmati pilihan itu! Syukuri dan berterima kasihlah pada kehidupan dan pada Dia Yang Maha Memberi Kehidupan!

Selamat mudik, semoga selamat sampat tujuan, salam untuk keluarga di rumah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

lahir di Lombok, mimpi basah di Lombok, dan sekarang tengah mencari ilmu di Jogja