How Far I’ll Go

Sebagai seorang penggemar film Disney sejak kecil, saya selalu setia menonton film-film Disney walaupun saya sendiri selalu membandingkan kejayaan Disney di masa lalu dengan sekarang, Bila kamu tumbuh di generasi yang menonton versi kartun Lion King atau Beauty and the Beast, kamu akan tahu betapa bagusnya kualitas film Disney zaman dahulu dengan sekarang. Paling tidak, itu opini saya yang selalu membandingkan superiornya film-film Disney di masa lalu dengan sekarang dari segi cerita (walaupun kalau dari segi efek, jelas lebih bagus film-film Disney sekarang).

Advertisement

Tetapi, saya harus menelan ludah sendiri ketika saya menonton film Moana. Film yang sungguh luar biasa dan saya merekomendasikan kamu untuk mencari filmnya (kalau Kkamu belum menonton, tontonlah). Menurut saya, ini adalah film yang pantas untuk ditonton oleh setiap kalangan. Cerita Moana sebenarnya mudah dicerna namun memiliki makna yang dalam, sangat dalam. Walaupun kamu dan saya memiliki cara pkamu ng yang berbeda, mungkin Kamu , siapa tahu, melihat film ini dari segi pkamu ng saya juga.

Menurut saya, film ini menceritakan mengenai bagaimana seorang gadis, Moana, mengalahkan ketakutan dan kegalauannya dan berhasil menjadi sosok yang ia impikan. Saya tidak akan spoiler ceritanya tetapi saya akan mencoba merangkum makna film ini. Saya rasa kebanyakkan dari kita mungkin seperti Moana. Kita adalah orang-orang yang sebenarnya memiliki mimpi yang luas. Kita adalah orang-orang yang berbeda dari orang-orang sekeliling kita, yang mungkin merasa cukup dengan apa yang mereka miliki. Kita mungkin adalah orang-orang yang penasaran dan memiliki keberanian untuk menelusuri dunia ini. Tetapi, seringkali orang-orang mengatakan kalau keberanian yang kita miliki itu sia-sia, itu tidak berguna dan kita adalah orang-orang yang bodoh karena berani bermimpi?

Saya sendiri memiliki pengalaman yang tidak mengenakkan ketika menyadari dan ingin menelusuri cita-cita saya. Saya tidak menyangka bahwa orang-orang terdekat saya akan melakukan hal yang seperti itu. Mereka mengatakan bahwa saya adalah orang aneh, orang yang isi pikirannya tidak sama dengan orang lain, dan seharusnya saya menyerah saja. Tentunya saya merasa terluka dengan hal ini. Saya tidak menyangka bahwa reaksi-reaksi ini lah yang saya terima dari mereka. Saya tau bahwa reaksi-reaksi negatif adalah sesuatu yang normal dari orang-orang yang tidak dekat dengan saya dan tidak menyukai saya. Saya terpukul. Saya merasa bahwa saya tidak pantas mengejar impian saya dan seharusnya saya menyerah saja.

Advertisement

Saya menyadari dan mengutuk diri sendiri karena saya menjadi orang yang berbeda dengan orang lain. Saya menutup diri sendiri dan mengubur mimpi saya sampai saya menyadari sekitar setahun yang lalu bahwa saya sudah terlalu lama takut dan terlalu peduli akan pendapat orang lain. Saya baru menyadari bahwa mungkin beberapa orang cemburu dengan hidup yang bisa saya miliki, mereka pun ingin membuat saya “menderita”. Beberapa memang takut menjalani dan mengejar impian mereka karena mereka sudah terlalu merasa nyaman dengan hidup yang mereka miliki.

Mereka sendiri pun saya rasa takut untuk menjadi berbeda dengan orang lain. Mungkin di masyarakat kita, menjadi orang yang berbeda adalah hal yang mengerikan bagi beberapa orang. Saya sendiri merasa dari dulu, kita harus menjadi sama dengan orang lain, bila tidak, kita akan dicirikan sebagai orang yang aneh. Dari dulu saya sendiri selalu diingatkan untuk selalu mengikuti orang lain, untuk selalu menaati orangtua saya. Saya sendiri juga dulu merasa saya harus sama dengan teman-teman saya dari gaya baju, gaya bicara, hobi, dan pencapaian.

Advertisement

Looking back, saya menyadari kalau saya sebenarnya bisa menjadi berbeda dengan orang lain, hanya saja bila saya percaya diri. Bila saya percaya diri dengan diri saya dan menyadari bahwa keunikan saya yang membuat saya spesial, saya sendiri sudah bisa mencapai begitu banyak hal yang sebenernya bisa saya capai saat itu. Saya terkadang sering menyesali saat-saat di mana saya tidak berani melakukan sesuatu. Ya, saya belajar bahwa hal yang seringkali saya sesali bukanlah hal yang pernah saya lakukan, tetapi hal yang justru tidak pernah saya berani lakukan. Saya baru mengerti makna kalimat: Regret is worse than failure. Penyesalan bisa menghantui kita (walaupun kita sebenarnya bisa mengatasinya suatu saat dalam hidup) sampai kita meninggal nanti. Kita bisa selalu menyesali saat-saat di mana kita bisa melakukan lebih dalam hidup tetapi kita dikalahkan oleh rasa tidak yakin diri kita kepada diri sendiri.

Ya, saya tidak ingin menyesali hidup saya. Saya menyadari bahwa hidup ini adalah pemberian Tuhan dan saya ingin menjadikan hidup saya berkat bagi orang lain. Saya mensyukuri bahwa saya diberi kecukupan dan kesadaran dalam hidup untuk melakukan yang terbaik. Saya belajar dari pengalaman kalau saya tidak selalu bisa jadi yang terbaik tetapi bila saya sudah berusaha, saya rasa itu sudah cukup. Saya belajar untuk (dan masih terus berusaha) untuk mengatasi ketidakyakinan saya dalam diri saya sendiri dan mengatasi rasa ketidakyakinan orang lain terhadap saya. Saya masih belajar untuk menerima diri saya apa adanya dan untuk menemukan talenta saya sendiri yang bisa saya kembangkan.

Saya berusaha untuk bekerja keras, bukan untuk orang lain, bahkan untuk orangtua saya sendiri, bukan untuk teman saya, atau calon suami saya di masa depan, tetapi untuk saya dan Tuhan. Inilah bentuk syukur saya kepada Tuhan atas hidup yang bisa saya terima. Saya tidak mau membuang waktu untuk mengejar hal yang tidak berguna dan bermanfaat bagi kehidupan saya. Saya tidak mau menghabiskan waktu untuk mengejar pengakuan orang lain akan hidup saya. Saya sendiri lah yang memiliki kendali akan kesuksesan dan kebahagiaan saya. Saya tidak peduli bila saya tidak menjadi perempuan yang paling cantik, kaya, atau sukses karena saya bangga atas diri saya sendiri.

Saya adalah perempuan yang tangguh karena sudah mengatasi beberapa kesulitan hidup. Saya adalah insan yang berani untuk mengatasi tantangan yang berada di jalan saya karena sebenarnya saya sendiri harus melakukan hal tersebut bila saya ingin maju. Tentunya saya tidak bermaksud menyombongkan diri karena saya sendiri tidak memiliki hak untuk jadi orang yang sombong. Saya hanya tahu karena belajar dari pengalaman, bila bukan saya yang mengusahakan hidup saya sendiri, siapa lagi?

Tetapi, saya sendiri juga tidak lupa untuk mengucap syukur dan untuk beristirahat bila saya memang membutuhkannya. Dalam hidup, kita tidak hanya perlu bertumbuh, kita perlu live in the moment. Kita perlu menjadi mindful dengan apa yang terjadi saat ini dan fokus untuk hidup pada saat ini. Kita tahu bahwa kita tidak bisa mengubah masa lalu dan kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Ya, masa depan akan selalu menjadi sebuah misteri. Tetapi, paling tidak ketika kita bisa hidup fokus pada masa ini, kita bisa memperkirakan apa yang mungkin terjadi dan bisa mempersiapkan diri kita untuk menghadapi masa depan.

Jangan sampai kita menghabiskan waktu untuk mengejar pengakuan dunia ini. Kita hidup di dunia yang selalu mengharuskan kita untuk tidak pernah bersyukur dan selalu menginginkan segalanya. Tidak akan pernah ada kata cukup dan kita sendiri jadinya memiliki gaya hidup yang salah. Belajarlah untuk mensyukuri hidup apa adanya. Kebahagiaan dimulai dengan “it is what it is” dan bukan “it is what we want or seems to be”. Belajarlah untuk hidup apa adanya dan senantiasa merasa cukup dengan apa yang kita bisa miliki sekarang. Jangan salah, kita boleh saja memiliki keinginan, mimpi, harapan, dan cita-cita untuk hidup kita, tetapi hal-hal tersebut perlu diperjuangkan dan kita membutuhkan banyak waktu untuk bisa mencapai hal tersebut. Ketika kita sedang mengejar hal tersebut, janganlah kita sampai lupa dengan hal-hal yang sudah dan bisa kita capai.

Bagi kamu yang sedang mulai mencari jati diri tetapi masih takut untuk menggapai cita-cita kamu, saya tidak bisa bilang, “Jangan takut!” karena kamu sendiri sudah takut. Takut adalah hal yang normal, itu adalah reaksi yang normal. Kalau kamu takut, bagus, terimalah hal tersebut dan jadikanlah hal itu sebagai motivasi untuk berusaha menggapai cita-citamu. Bila ada orang lain yang membuatmu meragukan dirimu, mereka tidak perlu dihindari, tapi sadarilah kalau orang-orang seperti itu akan selalu ada di setiap level kehidupan. Saya tidak bisa menghindari mereka juga tetapi saya mulai belajar untuk memberi batas kepada mereka.

Saya punya peraturan dalam hidup saya:

It’s either you are with me, or you are against me.”

Dalam peraturan ini, bukan berarti saya tidak menyukai orang-orang yang memberi saya kritik atau feedback akan progress saya, saya justru membutuhkannya dan saya senantiasa belajar untuk menerimanya (walaupun sulit). Tetapi orang-orang negatif, orang-orang yang membuat saya merasa rendah diri, orang-orang yang hidupnya hanya bisa mengeluh terus dan ingin menarik saya untuk masuk ke kumpulan mereka, I do not hang out with them anymore. Saya tetap mengasihi mereka karena beberapa dari mereka adalah anggota keluarga dan teman-teman saya, tetapi saya tidak bisa mengizinkan mereka berada dalam hidup saya bila mereka terus menerus negatif. Mereka memiliki masalah sendiri tetapi bila mereka tidak memiliki hasrat untuk berubah, saya tidak bisa membantu mereka dan saya membatasi interaksi saya dengan mereka.

Walaupun sulit, kita terkadang harus melakukan dan menjalani hidup ini sendiri atau paling tidak, dengan orang-orang yang mencoba untuk positif dan mau bekerja keras. Perjalanan orang yang “berbeda” dan berani mengejar mimpi yang tidak lazim bagi orang lain memang bisa menjadi dua kali lebih berat, tetapi pertanyaannya, mana yang kamu pilih, penderitaan dari kegagalan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An introvert who enjoys her solitude as a time to contemplate about the meaning of our existence in this world. People's thoughts and behaviours intrigued her a lot and have often time become the source of her writings. Writing for her is therapeutical as it helps her to make more sense of this complicated world around her.

CLOSE