Jangan Buru-buru Bilang “Gue Gak Bisa Nulis”. Menulis Itu Ibarat Ngomong, Kalo Kamu Punya 3 Tujuan Ini!

1. "Gue gak bisa nulis". Kadang kita suka buru-buru bilang gak bisa menulis.

Advertisement

Katanya gak punya bakat. Emang siapa yang bilang menulis butuh bakat? Biar punya bakat juga kalo gak diasah, gak dilatih gak bakal jadi apa-apa. Bakat itu bukan "raja” dalam menulis. Bukan sesuatu yang gak bisa dibentuk. Semakin rajin latihan semakin rutin menulis, bakat menulis pun tumbuh.

2. "Gue gak bisa nulis". Lagi-lagi kita suka buru-buru bilang gak bisa nulis.

Katanya gak punya minat. Gak tertarik untuk menulis. Emang agak susah sih kalo sudah gak minat. Tapi minat juga bukan sesuatu yang gak bisa dibangun. Zaman dulu banyak orang juga gak minat kulineran. Tapi gara-gara sekarang banyak tempat kuliner, banyak orang yang memiliki kegemaran kuliner kemana saja. Minat menulis itu bukan given, tapi bisa di-develop kok.

Advertisement

3. Mengatakan "gue gak bisa nulis"

Itu yang disebut mental block, kendala mental. Belum melakukan tapi sudah bilang gak bisa. Belum dicoba, belum mengerjakan udah bilang gak bisa. Penyakit mental, kendala mental yang “sengaja” dibuat agar tidak perlu melakukannya. tidak perlu menulis karena gak bisa, itu alasan paling gampang.

Advertisement

Emang gampang cari alasan untuk gak menulis. Tapi sulit banget cari alasan untuk bisa menulis. Kenapa gak dibalik ya? Gampang cari alasan untuk menulis. Susah banget cari alasan untuk gak menulis. Mantap banget kalo kita bisa begitu.

Gue gak bisa nulis. Karena kita terlalu mudah bilang sibuk. Sibuk urusan kantor, sibuk wara-wiri, sibuk ngurus anak, sibuk bisnis, sibuk kulineran. Dan sibuk-sibuk yang lainnya. Okelah karena sibuk dan kesibukan itu urusan pribadi. Gak ada yang salah, gak ada yang benar. Tapi satu hal saja, apa benar gara-gara sibuk jadi gak bisa nulis?

Alhamdulillah. Dari sekitar tahun 2000-an hingga sekarang, saya masih sempat dan bisa menulis. Setiap hari menulis, utamanya di malam hari. Tapi kalo ada waktu senggang sedikit pasti saya gunakan untuk menulis. Masih konsisten dan istiqomah dalam menulis. Maka saya bilang “Gue Bisa Nulis”. Menulis adalah nafas saya, menulis juga doa buat saya.

Kalo ditanya orang, mengapa saya menulis setiap hari? Jawabnya sederhana. Ada 3 hal yang bikin saya menulis setiap hari. Saya menyebutnya tujuan menulis:

1. Saya menulis apa yang saya alami sehari-hari, apapun bentuknya.

2. Saya menulis untuk mengingatkan diri sendiri, seperti ceramah pembuka khatib jumat.

3. Saya menulis dulu baru berbicara. Bukan berbicara tanpa menuliskannya.

Alhamdulillah lagi, dari tujuan menulis yang jadi orientasi hidup itu muncul komitmen untuk selalu menulis. Hingga kini menulis sudah menjadi kebiasaan. Hingga kini sudah ribuan tulisan saya hasilkan, ratusan artikel koran saya goretkan. Dan sudah 12 buku yang mencantumkan nama saya sebagai pengarang atau editor. Menulis, ala bisa karena biasa. Sederhana sekali.

Kalimat "gue gak bisa nulis". Kata siapa? Itu cuma pembelaan bagi mereka yang pesimis. Cuma mental block yang gak mau berubah dari gak bisa nulis ke bisa nulis. Itu alasan yang gak bisa dipertanggungjawabkan. Karena sungguh, menulis itu mudah. Menulis itu ibarat ngomong.

Gue gak bisa nulis. Karena menulis dianggap beban. Harusnya menulis itu ibarat ngomong.

Kita kan jago ngomong. Apa saja bisa diomongin, dikomentari. Nah, tinggal dibalik saja. Semua yang mau diomongin ditulis dulu. Jangan ngomong dulu tapi gak mau menulis. Berbicaralah sesuatu yang sudah ditulis, pasti jadi lebih enak. Menulislah seperti saat kita berbicara, menulislah persis saat kita berbicara.

Banyak nulis, banyak ngomong itu keren. Banyak ngomong gak pernah nulis itu gak keren.

Jadi bagaimana agar gue bisa nulis? Agar bisa menulis seperti ngomong?

Resep saya sederhana. Dan sudah saya jalani lebih dari 15 tahun. Menulis, menulis, dan menulis. Jadikan orientasi hidup. Apapun kondisinya, bagimanapun keadaannya. Saya menulis dengan 3 cara.

1. "Rutin" menulis setiap hari, tentang apapun dan gak pernah ditinggalin.

2. "Perbanyak" tulisan, tentang apa saja.

3. Menulis itu "kebiasaan", bukan lagi hobby.

Yang tadinya "gue gak bisa nulis" pasti berubah jadi “gue bisa nulis”. Kalo mau mengerjakan tiga cara menulis yang sederhana itu. Gak ada beban, gak ada target. Menulis itu proses, harus dikerjakan. Menulis bukan wacana, bukan niat, bukan bahan diskusi bahkan bukan sebatas teori di ruang kuliah. Menulis "harus rutin", "banyak", dan jadi "kebiasaan". Kalo bisa rutin, banyak, dan terbiasa untuk urusan lain, mengapa gak bisa untuk urusan menulis ?

Gue gak bisa nulis harus berubah jadi “gue bisa nulis”. Itu cara gampang menulis sebelum berbicara. Karena Scripta Manent Verba Volant; yang tertulis akan abadi yang terucap akan hilang. #BelajarDariOrangGoblok

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pekerja alam semesta yang gemar menulis, menulis, dan menulis. Penulis dan Editor dari 28 buku. Buku yang telah cetak ulang adalah JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, dan Antologi 44 Cukstaw Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis". Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Unindra. Pendiri TBM Lentera Pustaka dan GErakan BERantas BUta aksaRA (GeberBura) di Kaki Gn. Salak. Saat ini dikenal sebagaipegiat literasi Indonesia. Pengelola Komunitas Peduli Yatim Caraka Muda YAJFA, Salam DAHSYAT nan ciamik !!

CLOSE