Jika Cinta Hanya Perkara Rasa, Bukankah Kita Harusnya Bersama?

Kamu berbeda, kamu adalah pria yang humoris, dan aku pikir saat itu kamu baik. Aku merasa sangat nyaman berada disisimu, juga saat kita ngobrol berdua melalui telefon, tidak pernah berhenti kamu membuat aku tertawa. Aku merasa bahagia memiliki kamu yang lucu dan dewasa. Terlebih lagi, kamu tampan dan tinggi. Hari terus berganti dan hubungan kita pun semakin serius, selaras dengan perkataan kamu yang kemudian membuat aku yang mungkin saat itu masih polos menjadi luluh.

"Aku bukan laki-laki yang suka janji dan mengumbar perkataan yang berlebihan, tapi aku lebih suka melakukannya dengan tindakan, yaitu aku ingin lebih serius dengan kamu, aku akan datang hari sabtu saat kamu ulang tahun dan kemudian menemui orang tuamu untuk mengatakan ini. Aku ingin membahagiakan kamu di hari ulang tahunmu, aku ingin membuat kamu merasa spesial saat kamu bertambah umur karena ada Aku disampingmu, Aku akan menemani kamu sampai tepat jam 12 kamu berganti usia".

Siapa wanita yang tidak luluh dengan kata-kata seperti itu? Siapa wanita yang tidak terpikat dengan kata2 itu? Ya! Dan aku saat itu merasa luluh dan rasa cintaku bertambah 50 persen. Sebelum dia berkata seperti itu, dia pernah bercerita tentang adatnya di sana karena dia sendiri bukanlah orang jawa dia hanya kuliah di jogja, dia berkata kalau menikahi wanita disana harus dengan mahar yang besar tetapi ibunya sering menjodohkannya walaupun dia sering menolaknya, disisi lain ak merasa sedikit gelisah, apakah ibunya mau menrima aku yang hanya mahasiswi biasa ini dan aku orang jawa. Tetapi itu semua terpatahkan karena pria itu yang meyakinkanku.

Tanggal ulang tahun pun tiba, pria itu muncul dengan menaiki kereta dari jogja menuju kotaku, aku pun menjemputnya tetapi sampai disana hujan datang begitu deras akhirnya kita menunggu sampai hujan itu reda, setelah itu kita pergi kemanapun kita mau. Aku bertanya kapan kamu akan kerumahku? Tetapi kemudian dia mengalihkan pembicaraan, di akhir jam saat kamu ingin pulang ke Jogja, kamu belum juga kerumahku, tetapi entah kenpa ak tdk bisa marah dengan kamu, kemudian meluncur dri bibirnya dan berkata bahwa dia lupa mau kerumahku hri ini, pria itu berkata pasti aku akan kerumahmu.

Semua berjalan seperti biasa setelah pria itu kembali ke Jogja. Kami saling memberi kabar dan berhubungan seperti biasa sampai kita bertemu lagi di Jogja, kali ini aku yang kesana dan akupun dikenalkan dengan teman-temannya yang berpendidikan tinggi sama seperti dia. Aku merasa sedikit minder saat itu, dan saat dia bergurau didepan teman-temannya pun dia membawa-bawa namaku. Dia membuat aku seakan sebuah lawakan, sebenarnya saat itu aku sangat marah karena salah satunya dia membawa bawa suku, tetapi aku tidak memperlihatkan didepan teman-temannya. Sampai saat akan pulang, Aku mendiamkannya. Apakah Aku yang masih terbilang cupu ini pantas ditertawakan? Aku ini pacarmu bukan temanmu. Kamu paham? Itu rasanya kata-kata yang terlontar dipikiranku saat itu.

Ketika perjalanan sampai di stasiun, kita berusah mengganti topik dengan pembicaraan dengan membahas tentang wanita matre. Aku mengatakan tidak semua wanita sprti itu, tetapi kemudian pria itu ngeyel sampai kemudian akhirnya ak mengalah dan berkata "ya mungkin semuanya seperti itu". Aku berfikir apakah karena penampilanku ini kemudian kamu berkata seperti itu? Apa karena teman-temanku yang juga berpakaian glamour kemudian kamu berfikir akupun matre? Sampai pada akhirnya, satu hari setelah kepulanganku kamu bersikap berbeda Kamu yang biasanya memanggilku dengan panggilan sayang sekarang tak lagi melakukannya. Tahukah kamu apa yang Aku rasakan saat itu? Iya, rasanya kaget, sedih dan ingin rasanya air mataku jatuh. Apakah aku bukan siapa-siapamu? Dan kamu ini kenapa? Rasa penasaranku semakin menjadi kamu semakin jarang menghubungiku.

Aku kemudian bertanya, kamu kenapa? Sebenarnya kamu kenapa? Kemudian dia menjawab. "Aku sedang ada masalah keluarga, apa aku harus cerita juga masalah keluarga sama kamu? Enggak kan? Please jangan ganggu aku dulu, aku lagi pusing"

Saat kata-kata itu meluncur hatiku rasanya tidak karuan, lalu dianggap apa aku ini yang katanya dia ingin serius dengan aku? Hari pun berganti, sampai dia tidak pernah lg menghubungiku dan akupun akhirnya yang menghubunginya dulu dengan pertanyaan yang sama tetapi kali ini ak bilang "aku gapapa kok, kamu jujur aja aku gapapa" dan kemudian dia menjawab kalau

"Aku dijodohkan oleh keluargaku. Aku tidak boleh menikah selain dengan orang sana, aku pusing sekarang"

Aku shock? Ya. Aku sedih? Ya. Aku tidak terima dengan perkataan dia? Ya. Tetapi apa yg aku lakukan? Aku hanya pasrah, kenapa? Karena diapun tidak mau memperjuangkan. Jdi untuk apa aku menyembah dia? Memohon mohon? Untuk apa? Tidak, aku rasa diapun tidak mau berjuang. Aku teringat saat dia berkata kalau dia ingin membawaku saat dia wisuda dan beberapa hari setelah aku putus dengan dia saat itu dia wisuda. Nyatanya, kata-kata yang dulu dia ucapkan hanyalah bualan dan janji manis yang mungkin aku masih cupu hingga percaya. Apakah aku percaya dengan perjodohan itu? Aku jawab, dari dalam hatiku aku masih ragu tentang itu. Demi apapun aku belum sepenuhnya percaya. Tetapi setelah dia pergi ke tempat asalnya, jeda 2 bulan setelah kita berpisah, dia memperlihatkan di foto profil salah satu sosial medianya bahwa dia sudah bahagia dengan yang lain. Apa kalian tau yg aku rasakan saat itu? Ya, sakit, belum ikhlas dan kenapa dia yang menyakitiku bisa berbahagia? Sebenarnya akupun juga dekat dengan pria-pria tetapi entah kenapa sejak kejadian perpisahan itu aku belum bisa membuka hatiku dan memulai kembali hubungan. Aku masih takut untuk memulainya. Akupun sekarang takut dengan janji untuk "menikah". Sungguh, sulit sekali mempercayai itu. Tetapi semuanya sudah aku lupakan saat ini. Tak usah khawatir, semakin berjalannya waktu aku sudah ikhlas kamu sakiti, aku sudah ikhlas km dengan yang lain dan berbahagia. Dan akupun sudah tdk lagi peduli dengan kehidupanmu

Terimakasih telah mengukir kebahagiaan dihidupku, terimakasih sudah menbuatku bahagia dengan canda tawamu. Terimakasih pernah menjanjikan aku setinggi langit kemudian kamu jatuhkan sampai tanah yang paling dalam. Terimakasih sudah membuat aku belajar bahwa cinta tidak dikatakan dengan janji seperti yang kamu ucapkan dulu, tetapi dengan tindakan yang nyata. Terimakasih sudah pernah membuat hatiku sangat sakit, menangis sampai dadaku sesak. Terimakasih karena kamu aku bisa belajar merelakan dan mengikhlaskan. Aku sudah move on dan kini aku sudah memulai hari hari ku dengan normal kembali"

Aku sudah bisa menerima seseorang yang baru, walaupun aku masih memilahnya, tetapi aku bersyukur, kini aku bsa merasakan rasa sayang kepada pria lain. Terimakasih dariku, wanita jawa yang sederhana.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini