Perjalanan dan Pacaran Itu Punya Fase yang Sama, Kamu Sudah Sampai Fase Mana?

Perjalanan tidak hanya sebatas berkunjung ke suatu tempat, berfoto, dan pulang. Perjalanan lebih dari itu, ada pelajaran di dalamnya, begitupun pendewasaan. Perjalanan bagaikan pencarian belahan jiwa, hubungan asmara atau pacaran. Ada fase-fase yang dilewati. Setiap fase memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda. Berikut adalah fase-fase yang ditulis berdasarkan pengalaman perjalanan (ingin) keliling Indonesia sejak 1 Januari 2015 sampai sekarang.

Advertisement

Menyadari. Kenapa dan untuk apa melakukan perjalanan, inilah bagian dari fase ini. Alasannya bisa apa saja, misal ingin menginjakkan kaki di semua provinsi di Indonesia, survey tempat untuk bikin trip, atau bahkan jika hanya sekadar ikut-ikutan trend travelling saat ini. Sama seperti menyadari kenapa harus pacaran, misal biar dapat berbagi dengan dia, biar hits di antara teman-teman, biar ada yang jajanin, atau untuk pencarian seorang yang tepat untuk hidup berdua selamanya. Tidak ada yang salah atau benar dengan alasan memulai perjalanan. Sama dengan alasan seseorang untuk berpacaran.

Memulai. Fase ini adalah saat bercampur-baurnya ketakutan, keberanian, dan tekat mengambil langkah pertama. Dalam hubungan asmara ibarat melakukan pernyataan cinta pertama kalinya kepada orang yang disukai. Deg-degan banget kan ya? Iya. Penuh ketegangan dan harapan.

Puber. Layaknya hubungan asmara, fase ini adalah masa sedang hangat-hangatnya. Pikiran, perasaan, dan perkataan sepenuhnya mengenai perjalanan. Fase ini ditandai dengan mulai melabeli diri dengan julukan traveller, backpacker, solo backpacker, mountainer, petualang, pejalan, dan sebagainya. Dalam pacaran seperti mencantumkan nama pasangan dalam bio media sosial, sebut-sebut nama pacar di setiap perkataan, sampai pengen menjalani 24 jam sehari bareng pacar. #uhuk

Advertisement

Eforia. Fase ini adalah saatnya ingin menunjukkan kepada orang lain tentang apa yang sudah dicapai dan dinikmati selama perjalanan. Kadang, lebih jauh lagi menjadi mengumbar-ngumbar kenikmatan perjalanan, dan membangga-banggakan kepada mereka yang tidak atau jarang melakukan perjalanan. Seperti membawa pasangan ke teman-teman, dan meledek teman yang masih jomblo. Ada kan temanmu yang kayak gini? Atau jangan-jangan kamu sendiri?

Gamang. Fase ini terjadi ketika masalah mulai menghampiri perjalanan. Hal-hal buruk terjadi di luar kendali. Ibarat keburukan dan sifat jelek pacar mulai kelihatan. Pertengkaran dengan si dia dimulai. Menyesali masa lalu sudah tidak berguna, tapi keraguan menghantui masa depan. Pada fase ini mulai timbul perasaan untuk mengakhiri perjalanan. Duh.

Advertisement

Putus Asa. Fase ini terjadi jika tidak mampu melewati fase gamang sebelumnya. Masalah semakin menumpuk, impian-impian semakin terasa sulit untuk digapai. Mengakhiri perjalanan menjadi pilihan. Ibarat pacaran, pasangan makin kelihatan jeleknya, tidak mau mengubah sikapnya dan keras kepala. Hanya satu kata yang ampuh pada saat ini: putus. Kalau dalam perjalanan udah mulai buka situs penjualan tiket on line. Beli nggak ya?

Selingkuh. Perjalanan juga bisa diselingkuhi seperti pacar, jika ada kesempatan. Hanya orang-orang setia yang dapat bertahan secara baik-baik dan mengabaikan berbagai godaan. Misal, merasa nyaman di suatu tempat dan berhenti lama di sana, kayak lagi nyaman-nyaman sama gebetan, pacar orang, atau adek-adekan, mengganti rute atau berbalik–biasanya ini terjadi karena masalah hati–seperti balik ke mantan, serta bekerja dan menghabiskan waktu yang lama hanya di satu tempat, hingga tujuan-tujuan yang ingin dicapai terbengkalai.

Jenuh. Perjalanan suatu saat terasa membosankan. Pacaran begitu juga kan? Ini adalah fase nggak mau ngapai-ngapain. Diajak jalan bilang capek, diajak makan bilang kenyang, diajak tidur bilang nggak ngantuk, pokoknya nggak mau semuanya. Bagai menolak diajak ketemuan oleh pasangan dalam pacaran.

Melepaskan. Fase ini adalah saat ingin melepaskan semua hal tentang perjalanan yang melekat pada diri. Bagaikan sudah yakin ingin putus dengan pasangan. Ingin melepaskan diri dari embel-embel traveller, backpacker, solo backpacker, mountainer, adventurer, petualang, pejalan, dan segala macamnya. Lebih jauh lagi, dalam fase ini adalah menjauhkan diri dari segala hal yang berhubungan dengan perjalanan, seperti media sosial dan lingkungan pertemanan. Seperti menjauh dari mantan dan menghapus semua hal yang berhubungan dengannya.

Memulai kembali, belajar memahami dan menikmatinya adalah bagian dari fase ini, seperti balikan dengan mantan. Dalam fase ini, semua fase yang terjadi sebelumnya bisa terulang. Pengalamanlah yang menjadi pembeda saat fase-fase itu terulang.

Semua fase di atas ditulis secara bebas berdasarkan pengalaman. Tidak bermaksud menyerang atau menyudutkan siapapun. Kamu boleh setuju atau tidak seperti saya dengan bebas menulis hal di atas. Teruslah berjalan, karena perjalanan adalah terapi untuk segala macam keluhan perasaan.

Tabik!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Dalam perjalanan (ingin) keliling Indonesia sejak 1 Januari 2015 sampai sekarang, dan masih belum pulang ke rumah.

4 Comments

  1. uda guri pulanglah lai tu

CLOSE