Perjalanan Cinta Najwa Shihab dan Almarhum Ibrahim Assegaf seolah membuktikan bahwa jodoh itu memang sefrekuensi. Siapa yang tidak mengenal Najwa Shihab? Jurnalis senior sekaligus pembawa acara ‘Mata Najwa’ ini dikenal luas karena kecerdasannya serta keberaniannya menyuarakan kebenaran. Namun, di balik sorotan publik dan kesibukannya yang padat, Najwa menyimpan kisah cinta yang sangat berarti dalam hidupnya—bersama sang suami, almarhum Ibrahim Assegaf.
Ibrahim Assegaf bukan hanya pendamping hidup Najwa, tetapi juga sosok yang memberikan dukungan kuat dan ketenangan di tengah hiruk-pikuk dunia. Beliau bukan sosok sembarangan. Suami dari Najwa Shihab tersebut adalah seorang advokat yang juga dikenal sebagai partner di firma hukum Assegaf Hamzah & Partners, salah satu firma hukum ternama di Indonesia. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini juga pernah melanjutkan studi hukum di luar negeri. Meskipun tidak banyak tampil di media, Ibrahim dikenal sebagai pribadi rendah hati, berintegritas tinggi, dan tentunya menjadi tulang punggung moral dalam kehidupan rumah tangganya dengan Najwa.
Bisa disimpulkan bahwa perjalanan cinta Najwa Shihab dan almarhum Ibrahim Assegaf bukan hanya tentang kisah asmara biasa. Setiap langkah yang mereka lalui meninggalkan jejak yang abadi, menjadi saksi kuat bahwa cinta sejati mampu bertahan melewati waktu dan tantangan hidup, bahkan hingga perpisahan terakhir.
Berikut ini adalah 7 jejak abadi perjalanan cinta mereka, yang penuh makna serta menginspirasi banyak orang:
ADVERTISEMENTS
1. Pertemuan di Bangku Kuliah: Awal Sebuah Kisah
Perjalanan cinta Najwa Shihab dan almarhum Ibrahim Assegaf bermula di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), tempat keduanya menempuh pendidikan. Saat itu, Ibrahim merupakan mahasiswa tingkat akhir, sementara Najwa baru memulai masa kuliahnya. Perbedaan usia sekitar enam tahun di antara mereka tidak menghalangi tumbuhnya kedekatan. Dalam lingkungan akademik yang dinamis, mereka kerap berinteraksi, saling bertukar pikiran, dan terlibat dalam diskusi-diskusi intelektual. Dari situ, benih cinta tumbuh perlahan, dibangun di atas rasa saling menghargai dan ketertarikan pada pemikiran masing-masing.
ADVERTISEMENTS
2. Menikah di Usia Muda: Langkah Berani yang Penuh Cinta
Perjalanan cinta Najwa Shihab dan almarhum Ibrahim Assegaf berlanjut ke jenjang serius saat Najwa masih duduk di bangku kuliah, di tahun 1997. Alasan Najwa memutuskan untuk membangun rumah tangga bersama di usia 20 tahunan karena sudah menemukan kecocokan dan tidak perlu menunda lagi. Keputusan ini dianggap berani, terutama karena mereka berada dalam tahap awal karier yang penuh tantangan. Namun, berkat komunikasi dan niat yang tulus, mereka berhasil melewati masa-masa sulit bersama. Najwa pernah mengatakan bahwa keputusannya menikah muda bukan bentuk ketergesa-gesaan, tapi komitmen terhadap pilihan hidupnya.
ADVERTISEMENTS
3. Menjadi Orang Tua: Kebahagiaan dan Ujian Kehilangan
Setelah beberapa tahun menikah, pasangan ini dikaruniai seorang putra, Izzat Assegaf, yang lahir pada 9 Februari 2001. Dalam perannya sebagai ayah, Ibrahim dikenal sangat perhatian, penuh kasih, dan tegas dalam mendidik. Najwa pun pernah mengatakan bahwa suaminya adalah tipe ayah yang tak hanya hadir secara fisik, tetapi juga emosional.
Namun, kebahagiaan mereka sebagai orang tua diuji ketika Najwa mengandung anak kedua, anak yang perempuan yang sangat diharapkan kehadirannya. Kehamilannya tidak mudah, tapi ia lewati semuanya dengan harapan anaknya lahir selamat. Tepat di tanggal 15 Desember 2011, Najwa melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Namiyah binti Ibrahim Assegaf. Sayangnya, Namiyah meninggal dunia hanya beberapa jam setelah dilahirkan.
Najwa mengungkapkan bahwa kehamilan keduanya penuh tantangan. Ia mengalami komplikasi serius, termasuk ketuban yang terus merembes, sehingga harus menjalani prosedur medis setiap minggu untuk menambahkan cairan ketuban agar bayi dapat bertahan.
“Aku mikir pokoknya kalau kita berusaha pasti dapat, makanya usaha banget kan waktu itu. Tapi ternyata walau kita berusaha, kalau Tuhannya nggak ngasih, ya, nggak ngasih,” ujar Najwa dalam salah satu konten youtubenya yang berjudul Beetween Us, Women.
Kehilangan Namiyah menjadi pukulan berat bagi Najwa. Ia mengaku sempat marah dan sulit menerima kenyataan tersebut. Namun, dengan dukungan Ibrahim dan Izzat, Najwa perlahan belajar untuk ikhlas dan menerima takdir. Perjalanan cinta Najwa Shihab dan almarhum Ibrahim Assegaf seolah menunjukkan badai apapun asal saling menguatkan pasti bisa dilampaui.
ADVERTISEMENTS
4. Karier yang Saling Mendukung, Bukan Bertabrakan
Dalam dunia yang berbeda—Najwa sebagai jurnalis, Ibrahim sebagai advokat—mereka tetap bisa berjalan beriringan. Ketika Najwa memulai kariernya di Metro TV dan kemudian menjadi pembawa acara ‘Mata Najwa’, Ibrahim selalu menjadi orang pertama yang memberikan masukan dan dukungan. Ia bukan hanya suami, tetapi juga penasihat yang objektif. Bahkan dalam situasi sulit, Najwa menjadikan Ibrahim tempat bertanya dan berdiskusi, membuktikan bahwa pasangan bisa tumbuh bersama meski dengan jalan profesi berbeda.
ADVERTISEMENTS
5. Komunikasi yang Kuat: Rahasia Harmoni Pernikahan
Banyak pasangan gagal karena komunikasi yang buruk, namun hal itu tidak terjadi pada Najwa dan Ibrahim. Dalam banyak kesempatan, Najwa menekankan pentingnya berbicara dari hati ke hati. Mereka membiasakan diri untuk saling mendengarkan, bukan sekadar mendengar. Ibrahim dikenal sebagai pendengar yang sabar, yang mampu menenangkan gejolak emosi Najwa ketika menghadapi tekanan pekerjaan. Begitu pula sebaliknya, Najwa mendukung suaminya dalam menghadapi tekanan dunia hukum.
ADVERTISEMENTS
6. Ujian Kesehatan: Saat Iman dan Cinta Diuji
Ibrahim Sjarief Assegaf meninggal dunia pada Selasa, 20 Mei 2025, di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON), Jakarta Timur, setelah mengalami penurunan kondisi kesehatan. Meski informasi mengenai penyakit yang dideritanya tidak diumumkan secara luas, Najwa setia mendampinginya selama masa sulit tersebut. Ia memilih untuk menjaga privasi keluarga dan menjauh dari sorotan media agar bisa fokus merawat sang suami. Dalam menghadapi duka yang mendalam, Najwa tetap tampil tenang dan kuat, menunjukkan kedewasaan emosional yang luar biasa. Banyak tokoh publik dan rekan sejawat memberikan penghormatan atas dedikasi Najwa sebagai istri sekaligus pendamping hidup Ibrahim.
7. Cinta yang Tetap Hidup: Warisan Kasih yang Abadi
Kepergian Ibrahim Assegaf meninggalkan kesedihan mendalam bagi Najwa Shihab dan keluarga. Walau jasadnya telah tiada, nilai-nilai kesetiaan, dedikasi, dan cinta yang ditanamkannya tetap melekat kuat dalam ingatan dan hati Najwa serta putra mereka, Izzat. Najwa dikenal menjaga privasi keluarga dengan sangat baik, memilih menyimpan kenangan indah bersama Ibrahim secara pribadi tanpa perlu dipublikasikan di media sosial.
Semangat dan prinsip yang diwariskan Ibrahim menjadi pondasi kuat bagi Najwa dan Izzat dalam menjalani hari-hari ke depan. Kisah mereka membuktikan bahwa kasih sejati bukan hanya soal kehadiran fisik, melainkan bagaimana nilai-nilai dan memori tersebut terus menguatkan dan memberi arti meski waktu dan perpisahan memisahkan.
Perjalanan cinta Najwa Shihab dan almarhum Ibrahim Assegaf adalah refleksi dari hubungan yang dibangun dengan kesetiaan, rasa hormat, dan kasih yang tak bersyarat.
Mari kita panjatkan doa untuk almarhum Ibrahim Sjarief Assegaf semoga mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan, dan kekuatan bagi Najwa serta keluarganya dalam melewati masa duka ini.