Ramai Merek Indonesia Disangka dari Luar, Ternyata Gara-gara Foreign Branding. Apa itu?

foreign branding

Baru-baru ini jagat Twitter dihebohkan dengan adanya foto sekumpulan logo merek-merek yang selama ini familiar. Lo, memang di mana salahnya? Tunggu dulu. Dalam foto tersebut terdapat logo-logo dari merek yang seolah berasal dari luar negeri karena nama yang mereka pilih tapi ternyata semua merek tersebut berasal atau dimiliki oleh orang Indonesia. Hal tersebut yang membuat beberapa orang merasa terkejut karena selama ini mengira bahwa merek itu merupakan ‘cabang’ atau milik orang asing.

Advertisement

Ternyata pemilihan nama ini bukan hanya mementingkan unsur enak didengar dan punya filosofi saja namun juga ada alasan psikologis di sebaliknya, istilahnya adalah foreign branding. Apa itu? Yuk kita kenalan dengan sistem penamaan ini!

Foreign branding merupakan sebuah strategi yang dipilih untuk menempelkan identitas tertentu pada merek yang tengah dibangun

Mendengar istilah foreign branding mungkin seolah strategi ini dilakukan untuk memperluas jaringan merek hingga ke luar negeri, namun bukan begitu deskripsi tepatnya. Dilansir dari beberapa sumber, foreign branding artinya sebuah strategi yang meliputi pemilihan nama merek atau penggunaan kalimat untuk iklan yang menggunakan kata-kata dengan ejaan atau pengucapan dari bahasa yang berbeda. Seperti yang kita tahu bahwa nama dari sebuah brand merupakan identitas utama di mana nilai-nilai tertentu dari suatu perusahaan akan ditampilkan, begitu pula dengan slogan atau bahkan kata-kata yang digunakan untuk iklan.

Pemilihan nama atau kata-kata tersebut bukan hanya karena terdengar keren saja lo, tapi ada tujuan lain di baliknya~

Produk lokal/ Credit: Le Minerale via www.leminerale.com

Penggunaan nama atau istilah asing tersebut dipilih untuk menunjukkan brand image yang ingin dibangun dan ditunjukkan kepada para audience. Dengan nama yang dipilih maka brand bisa memanipulasi cara publik menerima dan menilai produk yang ditawarkan. Produk yang berasal dari luar negeri atau lebih spesifik dari negara tertentu yang terkenal dengan suatu produk akan membuat para konsumen lebih tertarik. Kasusnya mirip dengan penggunaan nama warung “Sate Madura Cak Nur” atau “Selat Asli Solo” karena daerah tersebut disebut sebagai asal asli makanan-makanan yang dijual sehingga rasanya autentik. Selain itu, ada juga stereotip yang timbul terhadap budaya tertentu yang akhirnya dapat memengaruhi persepsi publik bahwa merek dari luar negeri memiliki kualitas yang biasanya lebih bagus.  Dilansir dari Kompas , berdasarkan sebuah riset yang dilakukan pada tahun 2018, ternyata foreign branding cukup efektif dalam meningkatkan variabel minat beli yaitu mencapai 83,4%.

Advertisement

Beberapa contoh produk berikut ini mungkin membuatmu baru menyadari juga bahwa mereka sebenarnya merek lokal

  • J.co yang menjual donat dan kopi mungkin terdengar seperti merek luar negeri tapi ternyata toko ini asli Indonesia milik Johny Andrean pemilik salon terkenal.
  • Le Minerale terdengar seperti merek dari Perancis ya padahal produk ini aslinya dari pegunungan di Indonesia yang diproduksi oleh PT Mayora lo.
  • Hokben atau dulunya dikenal sebagai Hoka-hoka Bento memiliki nama yang Jepang banget makanya banyak yang mengira restoran ini franchise dari sana padahal Hokben 100% produk Indonesia.
  • Polytron yang memproduksi berbagai peralatan elektronik juga seolah berasal dari luar negeri padahal sebenarnya seluruh kegiatan produksi dilakukan di Kudus, Jawa Tengah.

Tak bisa dimungkiri dengan strategi yang satu ini ternyata merek-merek tersebut lebih dipercaya oleh masyarakat dan menganggap bahwa produk mereka bisa bersaing dengan produk asal luar negeri. Akan tetapi, kini juga sudah mulai banyak kok merek lokal yang terbuka bahwa produknya asli buatan Indonesia dan meyakinkan pasar bahwa kualitasnya tak kalah dari produk luar.

Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

An avid reader and bookshop lover.

CLOSE