Cerita di Balik Sepeda Handmade, Swaspeda. Awalnya Sepi Order, Kini Malah Kewalahan Bikinnya~

owner sepeda custom swasepeda

*Disclaimer: Ini adalah hasil wawancara penulis dengan narasumber, ditulis dengan sudut pandang orang pertama. Semua datanya riil, tapi demi kenyamanan beberapa data yang bersifat privat tidak akan kami publikasikan.*

“Kring, kring, kring!”

Jalanan kini semakin penuh dengan para pesepeda, hari-hariku juga jadi makin sibuk karenanya. Bumi berputar persis seperti roda sepeda, setelah selama ini ada di bagian samping bahkan menuju bawah alias kehidupan berjalan biasa-biasa saja ternyata kini aku ada di atas gara-gara tren ini. Sebelumnya perkenalkan, aku Yanthi Charolina, pemilik usaha sepeda custom Swaspeda yang aku jalankan dengan suami tercinta, Mas Nova Putra Pamungkas. Sebab itulah aku bilang roda telah berputar.

Yang dilihat orang mungkin kini cuma enak-enaknya saja karena bisnis sepeda ini terlihat sedang laris manis, mungkin anggapan tersebut tak 100% salah tapi ada cerita lain yang perlu kamu tahu. Ikuti perjalananku bersama Swaspeda yuk!

Walau sama-sama berjualan sepeda, sepedaku ini beda karena pembeli bisa menemukan ‘jiwanya’ di sana

Custom nama/ Credit: Yanthi Charolina via www.instagram.com

Sebelum berjualan sepeda, saya pernah bekerja sebagai guru dan trainer. Suami saya adalah seorang arsitek. Saat ini, ia tetap setia dengan profesinya disambi mengurus Swaspeda bersama saya. Usaha ini berdiri sejak 2017, tapi sebelumnya suami saya memang sudah memproduksi sepeda custom sejak 2015 dengan brand yang lama. Nah sejak 2017 kami berganti nama menjadi Swaspeda. “Swa” itu artinya sendiri, “speda” dari sepeda. Jadi Swaspeda adalah sepeda sendiri. Kami ingin orang mengalami perjalanan bersepeda yang personal, yang sesuai dengan diri mereka sendiri dan itu diwujudkan melalui kustomisasi warna dan nama mereka.

Kami memproduksi jenis city bike atau bahasa santainya “sepeda kota-kota.” Sepeda ini didesain netral, jadi cocok untuk siapapun, perempuan maupun laki-laki. Customer dapat memilih warna sepedanya sendiri, lalu diberikan nama dan beberapa pilihan keranjang rotan. Tujuannya agar sepeda ini memberikan kesan personal bagi pemakainya. Kalau kata orang, sepeda yang “gue banget”.

Di awal menuju pertengahan tahun ini tiba-tiba orang punya hobi baru, imbasnya sangat terasa untuk bisnisku yang biasanya agak sepi

Cakep!/ Credit: Yanthi Charolina via www.instagram.com

Saat pandemi menyerang entah bagaimana orang-orang juga jadi punya hobi baru, sepedaan keliling kota maupun desa. Hal ini menyebabkan perbedaan yang signifikan dengan pesanan. Sebelum trend bersepeda seperti sekarang ini, kami memproduksi 2 sepeda per bulan, paling banyak 5 sepeda. Kalau sekarang sekitar 10-20 sepeda per bulan. Sebenarnya demand-nya tinggi banget, tapi kami memang membatasi jumlah produksi untuk menjaga kualitas, sehingga pemesanan sepeda dibagi ke beberapa batch. Sampai saat ini, kami full order sampai Februari 2021. Penjualan sepeda kami by order yang mana pengerjaan tiap batch-nya membutuhkan waktu 1 bulan. Kalau ditanya berapa untungnya, kami mendapat 30% dari modal untuk setiap sepeda, karena tren ini jadi dapat 4  sampai 10 kali lipat dari biasanya.

Kalau banyak yang mendadak jadi ikut-ikutan jualan sepeda, ya nggak apa-apa. Wajar. Malah kalau banyak yang ikut jualan sepeda, kan bisa memenuhi demand pasar. Terus juga pilihan sepedanya beragam karna selera pasar yang beragam juga. Kalau kami sendiri memang fokusnya di jenis city bike.

Jangan dikira perjalanan ini mulus-mulus saja ya, kami pernah mengalami kosong orderan sampai berbulan-bulan juga

Sempat sepi/ Credit: Yanthi Charolina via www.instagram.com

Kalau untuk bertahan kami malah sudah mengalaminya sebelum sepeda hype seperti sekarang ini. Sejak 2017 tetap mempertahankan Swaspeda meskipun ordernya sedikit, bahkan pernah berbulan-bulan tidak ada orderan. Tapi ya kami percaya saja, suatu saat Swaspeda ini akan menemukan peminatnya. Kuncinya sih mempertahankan apa yang kami percaya, merawat mimpi dan nilai yang ingin kami bagikan melalui Swaspeda, dan konsisten menjalaninya. Karna sejak awal kami mempunyai mimpi semakin banyak orang bersepeda sebagai bentuk cinta kepada lingkungan dan our mother earth. Pesannya untuk para pesepeda, bersepedalah dengan bijaksana. Di tengah situasi seperti ini sebaiknya bersepeda dengan memperhatikan protokol kesehatan juga.

Mengejar mimpi dan meraihnya jadi sesuatu yang menyenangkan, tapi ingat dalam hidup ini kita juga mesti realistis menjalaninya

Harus realitis/ Credit: Yanthi Charolina via www.instagram.com

Jika kini bisnismu sedang sepi yang perlu diingat penting untuk konsisten mengerjakan mimpimu. Kalau kamu memang percaya pada mimpimu, ya kerjakan, kerjakan dengan kerja keras, plus jangan lupa untuk berdoa. Karena yang namanya inspirasi, saya percaya itu diberikan oleh Tuhan. Berdoa juga membantu kita untuk menjaga hati dan pikiran kita agar tetap bijaksana dalam mengambil keputusan dan merasa damai meskipun di tengah tantangan. Eh malah jadi akun religius~

Tapi namanya hidup juga tetap harus realistis ya, tetap butuh makan dan bayar cicilan, nah kalau bisa sambil kamu mengerjakan mimpimu, pastikan kamu tetap punya keran penghasilan dari tempat yang lain. Biar kalau satu keranmu mampet, bisa dapat kucuran dari keran satunya.

Kalau saya dan suami sih prinsipnya kayak mengayuh sepeda. Kayuh terus meskipun perlahan, karna kalau kamu berhenti mengayuh, kamu akan jatuh. Jadi walaupun pelan-pelan, pastikan kamu tetap bergerak. Dan percaya akan sampai di tujuan.

Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

An avid reader and bookshop lover.