puisi
#PuisiHipwee Ketika Aku Merindukanmu Tumpah Seluruh Air Mataku Pada Puisi Sunyi Ini
Maaf, aku hanya bisa berpuisi, tidak bisa bersolek, menari, atau bahkan menyanyi
#Puisihipwee; Terkadang Hati Ini Tak Bisa Berdusta, Ada Keresahan di Dalam Hati Ini
Dan kegundahan ini aku merasa ini waktu yang tepat di mana usiaku tak muda lagi
#PuisiHipwee; Aku Pernah Menyimpan Rindu, Apa Rinduku Waktu Itu Sampai Kepadamu?
Aku pergi bukan karena membencimu, aku pergi karena kamu terlihat lebih baik tanpaku
#PuisiHipwee; Entah Bersamamu atau Bukan, Senja Akan Selalu MenemanikuÂ
Rasa cemburu memberiku kekuatan akan perpisahan dengan senja yang selalu menemaniku
#PuisiHipwee; Kurentangkan Kedua Bahu Menyambut Bulan Penuh Cahaya
Ramadhan bukti penghambaan kepada Ilahi, tiada penghalang di antara keduanyaÂ
#PuisiHipwee; Sukmamu yang Akut Melekat Sering Kurindui Tanpa Takaran
Aku mencintaimu dengan kurang ajar, tidak boleh ada orang lain merayu
#PuisiHipwee; Kita Ini Serupa Padang Seruni, Kamulah Seruni dan Aku Akar Semak Tersembunyi
bak prolog pada buku lama, aku selalu diakhiri pada ucapan koreksi di masa mendatang
#PuisiHipwee; Bibir Senja Masih Mampu Menanggung Anak-anak Angin yang Berlarian Menuju Laut Jauh
Perihal candu dan amarah, aku hanya jadi penonton yang turut merasakan sekat
#PuisiHipwee; Mungkin Aku Hanya Sebatas Pelarian yang Kau Singgahi
Biarkan saja rasa yang masih kau simpan mengalir apa adanya
#PuisiHipwee; Dan Aku Hanya Mengutarakan Sepatah Kalimat, Aku rindu kamu, aku rindu kita,
Seseorang menantimu di garis finish. Percayalah!
#PuisiHipwee; Sendu Ini Merengkuhku Setiap Saat, Kepastian Ini Mematriku Pada Rindu Tak Berkesudahan
Biarkan kelabu jadi teman menunggu
#PuisiHipwee; Ada Banyak Cara Untuk Bersantai; Melihat Bundar Matamu, Mendengar Renyah Tawamu
Bahwa arah yang paling indah adalah kembali pada senyummu