5 Alasan Kenapa Mendaki Gunung Adalah Obat Patah Hati Paling Ampuh. Konon Sih Bikin Cepet Move On!

Anak muda zaman sekarang banyak yang jadi korban masalah cinta. Apalagi kalau habis putus atau patah hati, beuh labil banget. Gampang galau, baper melulu hingga susah move on. Nah, hal ini ‘kan jadi bikin nggak produktif ya. Nah, daripada baper nggak jelas mending kamu lampiaskan buat mendaki gunung. Karena konon mandaki gunung bikin cepet move on.

Nggak percaya, ini nih 5 alasannya…

Kamu akan sering galau tentang cinta kalau punya waktu luang untuk selalu memikirkannya. Gunakan waktumu untuk aktivitas positif, seperti mendaki gunung…

Banyak yang akhirnya galau berkepanjangan gara-gara patah hati. Ada yang males makan, nggak semangat kerja, sampai tidur aja males. Lha gimana tidur pun mimpiin terus si mantan. Sebenarnya masalahnya adalah waktu luang yang kamu punyai. Semakin kamu punya waktu luang, pikiranmu akan selalu terbayang-bayang dan tak akan bisa hilang. Makanya lakukan aktivitas fisik dan positif selama beberapa hari. Kegiatan paling cocok adalah mendaki gunung.

Men sana in corpore sano, dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat…

Dirimu yang kehilangan semangat akan kembali seperti normal ketika sedang mendaki. Bagaimana tidak, perjuangan mendaki ke puncak gunung berat dan nggak mudah. Semangatmu pun perlahan akan pulih karena harus menaklukkan gunung!

Semangat! via beritajogja.id

Berat mana antara mendaki puncak gunung atau move on dari kesedihan putus cinta? Belum ada riset yang menelitinya memang, dan tentu hasilnya akan sangat subyektif. Namun, mendaki gunung bukan perkara mudah. Dibutuhkan fisik dan mental yang baik di samping semangat yang juga membara.Nah, dengan mendaki gunung, harapannya sih semangat hidup kamu yang udah nyaris hilang bakalan muncul kembali. Semangat untuk bertahan hidup inilah yang akan membuatmu pulih kembali. Percaya deh!

Hanya bersama alamlah semua kesedihanmu bisa kamu lampiaskan dengan tuntas. Ceritakanlah kepada pepohonan, savana, danau, dan juga burung-burung. Berteriaklah sepuasnya di sana agar bebanmu terlepas dengan segera…

Menikmati semilir angin dan berbincang dengan alam adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa. Berada di alam membuat pikiran makin fresh dan jiwa pun kian tenang. Untuk itu gunakan kesempatan mendaki gunung sebagai sarana untuk refleksi dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Berdamailah dengan dirimu sendiri, maafkan segala kesalahan yang terjadi. Semua ada hikmahnya kok. Kalau perlu berteriaklah sepuasnya di tengah hutan atau di pinggir tebing. Plong.

Dengan berdiri di puncak tertinggi, kamu bisa bilang ke dia bahwa, “Hey mantan, aku sudah di puncak Rinjani, kenanganmu sudah tak kuingat lagi!”

Mendaki gunung via elitedaily.com

Inti dari point keempat ini adalah bahwa dengan mendaki gunung, kepercayaan diri kamu sudah mulai muncul kembali. Memang benar, perjuangan berat sampai ke puncak gunung bakal bikin kamu tambah bangga dan percaya diri. Rasanya tak pantas bagi penggapai puncak tinggi harus ‘nangis-nangis’ karena cinta.

Sorry, gue sudah move on!

Terakhir, sudah banyak kisah yang hadir di sini, di gunung-gunung tertinggi. Bahwa obat patah hati seringkali berpapasan saat mendaki. Dan timbullah cinta yang bersemi bersama indahnya pelangi. Eeeaaa~

Romantis! via www.instagram.com

Jodoh bisa datang dari mana saja. Siapa tahu jodohmu datang di Rinjani?

Banyak kok kisah percintaan yang bermula dari mendaki. Sangat banyak sekali. Bayangkan jika kamu sedang patah hati, dia juga patah hati, dan sama-sama membaca artikel ini. Secara kebetulan ingin mendaki gunung dalam waktu bersamaan. Bertemu saat mendaki, ngobrol dan saling bercerita. Bukankah sebuah cara yang indah untuk menyembuhkan dua orang yang patah hati?

Sekali lagi jodoh bisa datang dari mana saja. Gunakan semua kesempatan yang mungkin ada. Jangan diam saja meratapi kegagalanmu dengannya. Lupakan saja. Segeralah mendaki, kalaupun kamu tidak mendapat jodoh di sana, setidaknya hidupmu akan berangsur normal kembali.

Men sana in corpore sano…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Traveler Baper, Penghulu Kaum Jomblo