Alih-Alih Bikin Ngeri, Makam-makam Ini Jadi Destinasi Wisata yang Layak Kamu Sambangi

Ketika kamu mendengar kata ” kompleks pemakaman” atau “kuburan”, apa yang terlintas di benakmu? Seram, gelap, wingit, sepi, dan harus dijauhi? Ya, pendapatmu itu ada benarnya. Tapi tidak semua kompleks pemakaman atau kuburan seseram itu. Beberapa kuburan di Indonesia bahkan punya daya tarik yang sangat jika tak dikunjungi.

Advertisement

Iya, dikunjungi! Saat kamu berlibur atau sekadar menghabiskan akhir pekan, wisatamu kini bisa tak melulu ke pantai atau gunung. Wisata ke kompleks pemakaman berikut ini juga menarik lho. Bahkan, sudah banyak yang dijadikan andalan pariwisata untuk wisatawan domestik dan luar negeri kok! Kamu pun tak perlu bergidik ngeri, karena kamu justru akan takjub dengan alam, tradisi, dan budaya masyarakat sekitar pemakaman ini.

1. Jakarta tak hanya punya mall dan taman kota, kamu bisa menjajal wisata tak biasa dengan mengunjungi Museum Taman Prasasti yang memesona.

Banyak patung dan bangunan bergaya klasik di sini

Banyak patung dan bangunan bergaya klasik di sini via assets.kompasiana.com

Ketika mendengar nama Museum Taman Prasasti, janganlah cepat-cepat bersangka terlebih dahulu. Kata “museum” di sini tidak selalu identik dengan kumpulan barang-barang bernilai historis, yang disimpan dalam gedung sepi karena tak dikunjungi orang. Museum Taman Prasasti merujuk kepada taman berumput hijau dan berpohon rindang, dengan koleksi prasasti nisan kuno bergaya Romawi. Museum yang luasnya 1,2 hektar ini memanglah tergolong museum terbuka.

Semula museum yang terletak di Jl. Tanah Abang I ini, bernama makam Kebon Jahe Kober. Pembangunannya di tahun 1795 ditujukan untuk menggantikan kuburan lain di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk (sekarang Museum Wayang) yang sudah penuh. Tahun 1977, ia baru dijadikan museum dan dibuka untuk umum. Tata letak bangunan nisan serta arsitektur yang benar-benar nyeni ini, jadi daya tarik bagi pengunjung yang datang. Tak mengherankan apabila tempat ini sering dijadikan lokasi untuk photo hunting dan syuting video klip seperti yang dilakukan oleh grup band era 90’an bernama Base Jam .

Advertisement

Siapa pula yang menyangka kalau Soe Hok Gie dan istri dari Thomas Stamford Raffles juga dimakamkam di sini?

2. Traveling ke Bali akan terasa lebih menantang dengan berkunjung ke Desa Trunyan yang asal namanya dari kata “Taru” dan “Kemenyan”.

Kuburan hanya terbuat dari kayu yang disusun sedemikian rupa

Kuburan hanya terbuat dari kayu yang disusun sedemikian rupa via www.koranrenon.com

Di Bali mengenal dua macam cara untuk pemakaman jenazah. Pertama, adalah dibakar dalam upacara adat Ngaben. Kedua, ditaruh begitu saja di bawah pohon taru dan kemenyan dan dipagari bambu anyam. Untuk yang terakhir, kamu bisa melihatnya di Desa Trunyan, Kintamani, tepat di tepi Danau Batur. Konon, pohon taru dan kemenyan ini hanya dapat hidup di desa yang didiami suku Bali asli (Bali Aga) ini. Keduanya lah yang membuat jenazah tadi tidak berbau karena harum yang dihasilkannya. Dari keduanya pula, muncul nama Trunyan sebagai nama desa ini.

Advertisement

Ada tiga kuburan (sema) di Trunyan, yang masing-masing memiliki peruntukkannya sendiri-sendiri. Jika warga Trunyan meninggal secara wajar, jenazahnya akan ditutupi kain putih, dibuatkan upacara, lalu diletakkan di lokasi bernama Sema Wayah. Jika ada yang meninggal karena kecelakaan, bunuh diri, dibunuh orang, serta penyebab kematian tak wajar lainnya, jenazahnya diletakkan di Sema Bantas. Khusus untuk jenazah bayi, anak kecil, warga dewasa tapi belum menikah, mereka semua akan ditempatkan di Sema Nguda.

Jika kamu bertandang ke Trunyan, jangan kaget melihat deretan tengkorak dan tulang di dinding batu. Kamu bahkan bisa menyentuh dan memotretnya seperti ini…

Bisa berfoto dengan tengkorak

Bisa berfoto dengan tengkorak via mirayamira.files.wordpress.com

3. Saat bertandang ke Jogja, kamu bisa mampir ke Pemakaman Gunung Sempu. Meski tak benar-benar jadi tempat wisata, panorama dibaliknya boleh dibilang luar biasa.

Makam China di Gunung Sempu

Makam China di Gunung Sempu via sarwoono.blogspot.com

Konon, Makam Gunung Sempu adalah pemakaman Cina yang terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemakaman ini pun sesungguhnya bukanlah daerah tujuan wisata sebagaimana layaknya Museum Taman Prasasti atau Trunyan. Namun sebagaimana pemakaman Cina pada umumnya, letaknya berada di ketinggian bukit. Ketinggian itulah yang terkadang akan menyuguhi orang yang bertandang ke sana dengan lansekap yang luar biasa indah. Tak percaya?

Pemandangan indah Gunung Sempu

Pemandangan indah Gunung Sempu via sarwoono.blogspot.com

Taraaa….

Kira-kira begitulah pemandangan indah dari kompleks Pemakaman Gunung Sempu. Kamu bisa melihat hamparan rumput dan pohon hijau yang asri, serta langit biru yang berarak dengan awan putih. Kalau beruntung, kamu bisa keasyikan mendengarkan burung-burung yang berkicau atau menyaksikan sapi yang tengah merumput. Orang yang datang ke sini pun punya macam-macam cara untuk menikmatinya. Mulai dari bersepeda gunung hingga hunting foto.

Satu lagi, jangan sampai melewatkan matahari tenggelam di sini karena banyak orang yang datang ke sini menunggunya.

4. Buat kamu yang ingin berwisata sambil belajar sejarah, Pemakaman Raja-Raja Imogiri jadi destinasi wisata yang wajib kamu sambangi.

Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri

Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri via www.electratour.com

Datang ke Keraton Yogyakarta, tak akan lengkap bila tak turut datang ke Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri. Di sini, kamu dapat mempelajari sejarah-sejarah serta silsilah raja Mataram dari masa Sultan Agung. Bahkan sebelum Keraton Mataram terpecah menjadi dua (Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Keraton Surakarta Hadiningrat), beberapa raja dari Keraton Surakarta Hadiningrat turut dimakamkan di sini. Sedangkan Sri Sultan Hamengku Buwono I – IX lengkap disemayamkan di sini semua.

Yang unik dari pemakaman ini adalah setiap pengunjungnya diwajibkan mengenakan baju adat Jawa. Selain itu, ada air suci yang ditempatkan pada empat tempayan dari Kerajaan Sriwijaya, Samudera Pasai, Ngerum (Turki), dan Siam (Thailand). Konon air tersebut bisa digunakan untuk pengobatan. Prajurit TNI yang berperang dalam Serangan Umum 1 Maret bahkan diperbolehkan meminum air suci tersebut dan kekuatan prajurit bertambah serta mampu mengalahkan Belanda.

Ada pula daun tujuh macam yang digunakan sebagai pengobatan bagi pasutri yang belum dikaruniai anak, serta cincin kayu yang berasal dari tongkat Sultan Agung yang bisa kamu bawa pulang jika memenuhi syarat.

5. Berlibur ke Tanah Toraja dan menyambangi pemakaman di bukit batu bakal jadi pengalaman yang mustahil terlupa.

Makam Kete Kesu di Tanah Toraja

Makam Kete Kesu di Tanah Toraja via 2.bp.blogspot.com

Kalau kamu sering melihat gambar rumah adat Tongkonan di beberapa media, bisa jadi letaknya ada di Kete Kesu. Ya, Kete Kesu memang dikenal dengan deretan Tongkonan yang berjejer rapi dan masih terjaga dalam keadaan baik. Lah, terus di mana dong pemakamannya? Sabar, sabar!

Pertama kali berkunjung ke Kete Kesu, kamu memang harus melewati deretan Tongkonan di kiri dan kanan jalan. Yang sebelah kiri adalah rumah dan sebelah kanan adalah lumbung padi. Berjalanlah terus ke belakang, maka kamu akan disuguhi pemandangan berupa peti mayat yang disebut erong. Erong itu diletakkan menggantung di sisi bukit. Karena ada yang sudah berumur tua, tak jarang erong sampai terbuka dan menampakkan tulang belulang manusia. Ke atas bukit batu lagi, beberapa Tau Tau (patung-patung yang dibuat menyerupai manusia yang meninggal) nampak dalam gua yang berjeruji.

Selain Kete Kesu, kamu juga perlu mengunjungi Londa, Buntu Pune, Londa, dan Lemo yang semakin memperkaya khazanahmu tentang tradisi pemakaman warga Tanah Toraja yang masih terjaga.

6. Selain kuburan di bukit batu, Tana Toraja juga punya kuburan di batang pohon yang diperuntukkan khusus untuk bayi.

Kuburan bayi Kambira

Kuburan bayi Kambira via wisatatoraja.com

Tana Toraja memang tempatnya kuburan-kuburan unik. Selain di bukit batu, ada pula kuburan yang letaknya di pohon. Kuburan itu terletak di Kambira. Tidak semua orang bisa dikubur di sini, sebab ukuran batang pohon hanya sanggup menampung jenazah bayi. Bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh, akan dibalsam terlebih dahulu. Kemudian baru dimasukkan dalam sebuah lubang di pohon Tarra.

Bayi yang giginya belum tumbuh, dianggap masih suci. Sedangkan pohon Tarra dipilih untuk memakamkan mereka karena banyaknya getah yang dikandung, dianggap bisa menggantikan air susu ibu. Orang Toraja percaya, memakamkan bayi di pohon ini seperti mengembalikan mereka ke rahim ibunya. Dengan begitu, mereka menyelamatkan bayi-bayi yang akan lahir di kemudian hari.

Penempatan jenazah bayi di pohon ini disesuaikan dengan strata sosial masyarakat. Makin tinggi derajat sosialnya, keluarga itu harus meletakkan jenazah bayi lebih tinggi.

7. Ketika berwisata ke Sumatera Utara, mampirlah ke Makam Raja Sidabutar yang jadi peninggalan zaman megalithikum.

Kompleks Makam Raja Sidabutar dengan patung-patung etniknya

Kompleks Makam Raja Sidabutar dengan patung-patung etniknya via pecintawisata.files.wordpress.com

Tidak ada salahnya bila berlibur ke Medan, singgahi pula Desa Tomok di Pulau Samosir. Pulau di tengah Danau Toba ini punya makam raja kuno yang mengagumkan bernama Makam Raja Sidabutar. Turis mancanegara banyak melewatkan waktunya di sini dan terkagum-kagum dengan ukiran sarkofagus yang membentuk patung etnik. Raja Sidabutar sendiri merupakan penguasa Desa Tomok, di mana posisinya setara dengan kepala adat atau kepala desa. Menurut sejarahnya, ia adalah orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Samosir. Makamnya sendiri merupakan makam yang paling besar dan berusia kurang lebih sekitar 460 tahun.

Sebelum memasuki area makam Raja Sidabutar, pengunjung diharuskan mengenakan ulos yang disediakan oleh penjaga makam. Selain itu, pengunjung tidak boleh mengucapkan kata-kata kotor di area makam. Jika ini dilanggar, Raja Sidabutar dipercaya akan datang ke dalam mimpi pengunjungnya. Setelah semuanya dipahami, barulah kamu dapat menyaksikan secara langsung keajaiban Makam Raja Sidabutar.

Makam ini dibuat sepenuhnya dari batu, tanpa sambungan. Bagian tutup petinnya dipahat dengan bentuk wajah. Di sisi lainnya, ada pula pahatan manusia dalam posisi berjongkok.

8. Situs megalithikum Batu Berak di Lampung memang bukan tempat pemakaman, tapi di sana kamu bisa melihat peninggalan-peninggalan prasejarah yang berkaitan dengan pemujaan arwah nenek moyang.

Situs dolmen Batu Berak di Lampung

Situs dolmen Batu Berak di Lampung via purawiwitan.files.wordpress.com

Masih ingat dengan istilah menhir atau dolmen yang kamu pelajari di masa sekolah? Kalau masih, cobalah kamu bertandang ke situs megalithikum Batu Berak, Lampung Barat. Di tempat inilah kamu dapat melihat secara langsung bentuk asli menhir dan dolmen yang terpampang fotonya di buku pelajaran. Dolmen sendiri adalah meja batu yang difungsikan untuk pemujaan terhadap arwah nenek moyang. Terkadang di bawah dolmen terdapat makam untuk menguburkan jenazah manusia prasejarah. Sedangkan menhir adalah tiang atau tugu batu sebagai tanda peringatan dan melambangkan arwah nenek moyang.

Untuk masuk ke situs yang ditemukan tahun 1951 ini, tidaklah ditarik retribusi apapun, sebab keberadaannya benar-benar ditujukan untuk edukasi tentang masa prasejarah. Tak mengherankan situs ini begitu ramai dikunjungi wisatawan saat hari libur dan akhir pekan. Tak sekedar berfoto di deretan batu-batu yang berjajar rapi tersebut, wisatawan juga menikmati bentuk karya seni kuno yang mungkin tidak semua orang modern bisa menciptakannya.

Bisakah kamu bayangkan, dengan teknologi apakah orang-orang di zaman prasejarah memindahkan batu seberat dan sebanyak itu?

9. Pulau Sumba bisa jadi destinasi wisata yang luar biasa. Di tempat ini terdapat banyak kubur batu yang layak kamu nikmati keindahannya.

Kubur batu di Sumba

Kubur batu di Sumba via farm3.staticflickr.com

Meskipun merupakan tradisi dari masa megalithikum, kubur batu masih menjadi kebiasaan yang tetap dipertahankan oleh masyarakat Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kebiasaan ini sejalan dengan tetap lestarinya agama adat Marapu yaitu agama yang kukuh dipegang warga setempat. Buktinya, kamu bisa menemukan kubur batu tersebut di sembarang tempat, di tiap sudut di Pulau Sumba. Misalnya di pinggir jalan, depan halaman rumah warga, depan kantor pemerintahan, lapangan terbuka, perbukitan, hingga pesisir pantai.

Agama adat Marapu sendiri sangat memuja arwah nenek moyang dan meyakini bahwa roh-roh leluhur sebagai penghubung antara manusia dan sang pencipta. Tak heran bila kubur batu begitu dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. Tapi jika kamu ingin melihat kubur batu yang terbesar dan sering dijadikan tujuan wisata, bertandanglah tanpa ragu ke Kampung Wailolung, Kampung Gallu Bakul, atau Kampung Uma Bara. 

Selain bentuk dan ukuran yang beragam, beberapa kubur batu juga bercerita tentang status kebangsawanan dan kekayaan pemiliknya.

10. Uji nyalimu dengan berkunjung ke Kuburan Batu Katembu di Long Bereni. Tempat pemakamkan orang Dayak Kenyah ini bisa jadi membuat bulu kudukmu berdiri.

Kubur Batu Katembu

Kubur Batu Katembu via assets.kompas.com

Area pemakaman ini letaknya ada di tepian sungai Bahau, Desa Long Berini, dan dikelilingi oleh lebatnya pohon-pohon di hutan. Begitu kamu mencapainya, gapura dengan ornamen khas suku Dayak Kenyah menyambut. Setelahnya, kamu akan menemui lima tumpukan batu yang disebut sebagai kubur batu. Kelimanya memiliki pola sama, di mana ada empat hingga enam batu lonjong tertancap di tanah. Di tengahnya, terdapat batu berbentuk mirip guci dengan batu pipih sebagai penutupnya. Di dalam batu berbentuk guci tersebut, jenazah dimakamkan.

Kompleks kuburan batu yang memang sudah jadi obyek wisata ini, merupakan bagian dari Taman Nasional Kayan Mentarang.  Kelima makam tersebut menunjukkan pada kita bahwa sekitar 400 tahun lalu, masyarakat Dayak sudah menghuni kawasan tersebut dan menjadi tonggak penting sejarah peradaban di Pulau Kalimantan.

Suku Dayak Kuno memang punya tradisi pemakaman yang unik. Warga yang meninggal, jenazahnya dimasukkan ke dalam semacam tempayan atau guci. Tempayan itu lalu ditaruh di tempat yang jauh dari pemukiman suku Dayak.

Ternyata, menarik ya mengetahui macam-macam pemakaman di Indonesia? Alih-alih merasa seram, kamu malah semakin mengetahui tradisi, budaya, dan panorama alam yang menunjukkan bahwa Indonesia sangatlah kaya.

Jadi, kapan kamu berwisata ke makam?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mesin karaoke berjalan yang gemar film hantu

CLOSE