5 Tradisi Cap Go Meh dari Berbagai Wilayah di Indonesia, ada Ziarah ke Pulau Kemaro hingga Tatung

Tradisi Cap Go Meh menjadi perayaan yang sangat ditunggu-tunggu bagi masyarakat Tionghoa di berbagai wilayah, termasuk Indonesia. Pasalnya, Cap Go Meh merupakan rangkaian terakhir dari perayaan tahun baru Imlek yang diselenggarakan setiap tanggal 15 pada bulan pertama penanggalan Tionghoa atau setelah dua minggu dari perayaan tahun baru Imlek.

Advertisement

Istilah Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien, Chap Go Meh. Cap atau Chap memiliki arti sepuluh, Go berarti lima, dan Meh adalah malam. Jika digabung kurang lebih berarti malam kelima belas.

Di Indonesia, perayaan Cap Go Meh selalu menarik perhatian karena diramaikan oleh tradisi-tradisi unik. Tradisi-tradisi tersebut dilakukan oleh masyarakat Tionghoa yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Tak hanya atraksi Barongsai, ada sejumlah pertunjukan dan tradisi lain yang tidak kalah seru. Kira-kira apa saja ya, Sobat Hipwee? Berikut rangkumannya.

1. Arak-arakan Sipasan, tradisi unik perayaan Cap Go Meh dari Kota Padang

Arak-arakan Sipasan dari Padang

Ilustrasi Arak-arakan Sipasan dari Kota Padang / Credit: Unsplash.com

Tiap kali perayaan Cap Go Meh, masyarakat Tionghoa di Kota Padang menggelar tradisi unik berupa pawai kesenian disebut Arak-arakan Sipasan. Seperti diketahui, arak-arakan adalah sejenis pertunjukan pawai sedangkan Sipasan merupakan tandu yang biasanya menyerupai kelabang atau lipan tetapi memiliki ekor naga.

Advertisement

Biasanya, anak-anak kecil mengenakan busana tradisional dari berbagai wilayah di Indonesia akan duduk di atas Sipasan. Sementara para orang dewasa akan memikul Sipasan dan membawanya berkeliling.

Meskipun arak-arakan Sipasan ini kental akan tradisi Cap Go Meh yang selalu melekat pada masyarakat Tionghoa, nyatanya arak-arakan ini memiliki makna mendalam. Arak-arakan Sipasan ini melambangkan keberagaman di Kota Padang.

2. Ziarah ke Pulau Kemaro tradisi masyarakat Tionghoa Palembang tiap kali perayaan Cap Go Meh

Ziarah ke Pulau Kemaro Palembang

Tradisi Ziarah ke Pulau Kemaro di kota Palembang / Credit: Instagram @pesonasriwijaya

Advertisement

Selain masyarakat Tionghoa di Kota Padang, masyarakat Tionghoa di Kota Palembang juga memiliki tradisi unik yang selalu dilakukan tiap kali perayaan Cap Go Meh. Ya, masyarakat Tionghoa Kota Palembang memilih berziarah ke Pulau Kemaro.

Diketahui, Pulau Kemaro mempunyai sejarah yang cukup menarik. Pasalnya, Pulau yang berada di tengah Sungai Musi ini merupakan tempat penjagaan Panglima Cheng Ho. Namun, ada pula yang mempercayai tentang sebuah legenda yang menceritakan kisah percintaan antara putri Palembang dan pangeran yang berasal dari China. Sayang, kisah cinta mereka berakhir tragis. Dipercayai, makam keduanya berada di Pulau Kemaro.

Terlepas dari itu semua, masyarakat Tionghoa Palembang selalu merayakan Cap Go Meh dengan memanjatkan do’a di Klenteng Hok Tjing Rio di Pulau Kemaro. Selain berdo’a, beragam atraksi pun turut ikut meramaikan seperti pertunjukan seni khas Tionghoa di antaranya atraksi Barongsai dan pertunjukan wayang orang.

3. Kirab Budaya Ruwat Bumi berupa arak-arakan patung dewa di wilayah Salatiga

Kirab Budaya Ruwat Bumi di Salatiga

Ilustrasi Kirab Budaya Ruwat Bumi di Salatiga / Credit: Unsplash.com

Beralih dari Kota Palembang, ke perayaan Cap Go Meh di Kota Salatiga. Seperti daerah-daerah lainnya, perayaan Cap Go Meh di Salatiga tidak kalah meriah. Tradisi tersebut dikenal sebagai tradisi Kirab Budaya Ruwat Bumi.

Mirip dengan Arak-arakan Sipasan di Kota Padang, Kirab Budaya Ruwat Bumi juga merupakan arak-arakan mengelilingi kota. Hanya saja, tandu yang dipikul para orang dewasa itu berisikan patung dewa.

Menariknya, tradisi yang kental akan budaya Tionghoa ini turut diramaikan oleh kebudayaan tanah air. Sebab, arak-arakan ini tidak hanya diikuti atraksi Barongsai dan Liong saja, tetapi juga atraksi Reog Ponorogo.

4. Jappa Jokka, tradisi yang diwarnai arak-arakan di Makassar

Jappa Jokka di Makassar

Ilustrasi tradisi Jappa Jokka di Makassar / Credit: Unsplash.com

Kata Jappa Jokka sebetulnya berasal dari Bahasa Makassar dan Bahasa Bugis yang secara harfiah bermakna jalan-jalan. Sebelum nama Jappa Jokka terkenal secara luas, tradisi Tionghoa Makassar ini lebih dulu dikenal dengan nama Pasar Malam Cap Go Meh.

Awal mula tradisi Jappa Jokka dilakukan saat masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Sejak saat itulah, Jappa Jokka menjadi agenda rutin setiap tahunnya sebagai promosi budaya pada wisatawan lokal maupun mancanegara. Tradisi Jappa Jokka ini dimeriahkan dengan kegiatan pertunjukan Barongsai, kuliner hingga pameran.

5. Tatung, atraksi unik dari masyarakat Tionghoa Singkawang

Tradisi Tatung dari Singkawang

Tradisi Tatung pada perayaan Cap Go Meh di Singkawang / Credit: Unsplash.com

Berbeda dari daerah lain, masyarakat Tionghoa Singkawang mempunyai tradisi perayaan Cap Go Meh bernama Tatung. Tradisi satu ini sangat dinanti-nantikan tiap kali perayaan Cap Go Meh Singkawang.

Tatung di Singkawang dikenal sebagai manusia yang dimasuk roh dewa atau leluhur. Tatung dipercaya merupakan orang-orang pilihan leluhur maupun dewa untuk membantu manusia mencapai kedamaian dan melindungi dari gangguan makhluk lain.

Atraksi Tatung ini biasanya memperlihatkan kekebalan tubuh seseorang ketika dirasuki roh leluhur atau dewa. Biasanya mereka yang dirasuki roh leluhur atau dewa ini akan menyayat tubuhnya menggunakan mandau atau senjata tradisional khas Kalimantan. Bahkan beberapa mempertunjukkan bagian tubuh seperti pipi yang ditusuk benda tajam seperti anak panah, kawat dan lain sebagainya.

Itulah 5 tradisi unik perayaan Cap Go Meh di beberapa wilayah di Indonesia. Sudahkah Sobat Hipwee melihat salah satunya?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Penikmat buku dan perjalanan

CLOSE