Membangun Rumah Tangga Itu Butuh Persiapan Mental, Bukan Cuma Cairan Kental. Catat Baik-baik, Ya!

Membangun rumah tangga tentu saja butuh persiapan secara materi. Nggak ada uang, rasanya roda kehidupan tak akan bisa berjalan. Tapi, di luar itu semua, ada persiapan mental yang justru harus dibangun dengan sedemikian rupa sebagai landasan agar hubungan selama pernikahan nanti berjalan dengan mulus, apapun kondisinya. Baik saat suka maupun duka, bahkan saat lapang maupun sempit.

Advertisement

Banyak kunci sukses pernikahan yang digembor-gemborkan, tapi tak banyak yang peduli bahwa mental harus benar-benar harus disiapkan dengan kokoh. Hipwee akan mengulasnya khusus untukmu yang sebentar lagi akan naik pelaminan. Catat baik-baik, ya!

1. Tak ada lagi aku dan kamu, kini semua jadi ‘kita’. Sudah waktunya untuk kesampingkan ego

Sudah jadi satu via www.christian-works.org

Detik di mana kamu dinyatakan sah menjadi suami istri, saat itulah sudah tak ada lagi aku maupun kamu, tapi semua menjadi ‘kita’. Menikah berarti mengesampingkan ego. Semua keputusan dan juga kepentingan sudah saatnya tak bersentris terhadap diri sendiri, tapi mengedepankan kepentingan keluarga.

2. Mustahil jika sebuah pernikahan tak dihadapkan dengan masalah. Siapkan diri untuk menjadi lebih kuat dan penuh pendirian

Harus kuat dan teguh pendirian via www.christian-works.org

Menikah bukan berarti akan dihindarkan dari masalah. Namanya juga hidup, tentu saja akan ada saja masalah yang dihadapi. Pun dengan menjalani kehidupan rumah tangga. Maka dari itu, sejak awal punya niatan untuk menikah, tanamkan pada dirimu dan pasangan bahwa harus sama-sama punya pribadi yang kuat dan juga teguh pendirian. Karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan dihadapi ke depan.

Advertisement

3. Tak hanya sekadar status, tapi banyak yang akan berubah setelah menikah. Jadi, sudah bukan saatnya untuk hidup seenaknya

Nggak bisa travelling seenaknya via www.crosswalk.com

Bukan saatnya hidup seenaknya lagi ketika sudah masuk dalam kehidupan rumah tangga. Tak hanya sekadar status, tapi juga mengenai tanggung jawab, kebutuhan dan juga kebiasaan. Selain tidur sudah ada yang menemani, sebagai istri, kamu juga sudah harus memenuhi kebutuhan suami. Sedangakan untuk suami, sudah ada keluarga baru yang wajib untuk dinafkahi. Rasanya, hidup seenaknya seperti saat single sudah bukan waktunya lagi.

4. Jodoh bukan berarti sama, tapi saling melengkapi. Temukan kecocokan dari banyaknya perbedaan yang ada

Beda pendapat itu wajar via lifestyle.framar.bg

Memilih dia yang dicinta untuk akhirnya menjadi pasangan halal memang dilandasi rasa sayang dan juga banyaknya kesamaan mulai dari prinsip hidup dan juga cara pandang.  Tapi, bukan berarti tidak ada perbedaan pendapat antara kamu dan dia. Masalah warna cat tembok, penataan letak lemari, atau pemilihan nama anak tentu jadi hal lumrah kalau sampai terjadi pendapat yang berseberangan. Pahamilah bahwa kalian adalah dua kepala dan sudah resmi menjadi satu secara hukum dan agama, kalian akan menjadi satu dalam mengatasi semua permasalahan. Oleh karena itu, penting hukumnya untuk menghargai pendapat pasangan dan melihat hal dari sisi lain untuk mencari jalan tengahnya.

5. Jaga romantisme dengan memiliki panggilan sayang, memberikan kejutan kecil dan juga menjaga perilaku serta penampilan. Ini kadang suka disepelekan

Selalu jaga romantisme via videos.pexels.com

Ini kadang suka disepelekan. Dikira yang membutuhkan hanya pengantin baru saja. Padahal justru untuk mempertahankan keharmonisan rumah tangga, memberi kejutan kecil pada pasangan dan menjaga penampilan harus dilakukan tak pandang usia pernikahan. Hal ini tentu saja agar benih-benih cinta tetap ada, meski pernikahan sudah berjalan belasan, bahkan puluhan tahun. Kelihatannya memang cukup sepele, tapi hal inilah yang akan membuat perasan cinta kalian tetap bersemi meski waktu, tenaga dan pikiran sudah sibuk dengan urusan rumah tangga, pekerjaan, cicilan mobil dan biaya sekolah anak.

Advertisement

6. Keluarga dan pasangan memang jadi prioritas, tapi sesekali masih boleh kok jalan bareng teman-teman

Hangout bareng temen via www.studentstudios.co.uk

Setelah berumah tangga, keluarga dan pasangan memang jadi prioritas. Tapi, bukan berarti kemudian kamu jadi hilang dari peradaban pertemanan. Sesekali, pergilah keluar bersama teman masa SMA atau kuliah. Tentu bertemu teman jadi refreshing tersendiri dengan candaan receh membicarakan kelucuan jaman dulu. Ajaklah serta pasangan agar mereka juga merasa ‘diakui’ di depan teman-temanmu.

7. Semua hubungan pada akhirnya harus dilandasi rasa percaya. Kalau tidak, semua akan percuma

Saling percaya via www.pexels.com

Pada akhirnya, semua hubungan harus dilandasi rasa percaya. Kalau tidak, semua akan percuma begitu saja. Berumah tangga harusnya sih sudah tak lagi berani untuk main mata, karena janji suci pernikahan di depan Tuhan sudah jadi keputusan mutlak yang rasanya sakit jika harus diingkari. Tapi nyatanya, berita tentang pelakor dan banyaknya kasus selingkuh jadi hal yang patut diwaspadai juga. Waspada, lho, bukan curiga. Di balik itu semua, landasi hubungan dengan rasa percaya, tapi jangan sampai over protective ya!

Membangun rumah tangga ibarat membangun sebuah rumah, ada pilar-pilar yang harus beridiri kokoh agar rumah tangga yang dibina bisa awet dan tahan lama. Pilar tersebut tentu saja beberapa persiapan mental yang sudah dijabarkan di sini. Untukmu yang sebentar lagi akan naik pelaminan, semoga bahagia dan langgeng sampai mau memisahkan ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

a young mother of two

CLOSE