“Sibuk amat kelihatannya. Ngerjain thesis Dil?”
“Enggak, ini lagi bikin list undangan.”
“Undangan? Ulang tahunmu kan masih Desember”
“Bukan buat ulang tahun njiir, buat nikahan entar’
“HAH? KAMU MAU NIKAH? Sama siapa??”
“Ya sama jodoh, belum tahu. hihiii…”
Pernah nemu temen model begini? Atau jangan-jangan kamu juga sedang mengalami? Hihiii… Tenang, kamu nggak sendirian kok. Bagi kebanyakan perempuan, pernikahan itu merupakan bagian dari mimpi. Jadi ya sah-sah saja kalau kamu merangkai mimpimu itu sejak dini. Bukannya syarat utama pernikahan itu kalau sudah ada calon pasangan? Ya memang. Tapi sekali lagi, jangan pernah salahkan angan. Karenanya kamu akan melangkah lebih jauh, kamu akan berjuang lebih gigih, kamu akan berusaha lebih keras. Demi mencapai apa yang kamu sebut mimpi itu tadi.
Misalnya nih, kalau kamu menginginkan pernikahan di gedung tengah kota dengan 500 tamu undangan, dan souvenir yang menawan. Mulai sekarang kamu bisa riset harga dulu. Nah, kalau sudah tahu, dijamin kerjamu makin giat lagi lantaran ingin mewujudkan angan menjadi kenyataan. Kalau nggak kamu makin malas menikah sih, hahahaa.. Lalu, apa aja sih yang sudah ada di kepala kami terkait pernikahan, yang sedikit demi sedikit mulai kami kerjakan? Ini jawabannya!
ADVERTISEMENTS
1. Iseng-iseng kami sudah membuat daftar tamu undangan. Kami sudah tahu siapa saja orang-orang “beruntung” yang masuk dalam list undangan nantinya. Hihiii
Seringkali orang berkata, undanglah mereka yang dalam jangka waktu satu tahun sebelum pernikahan dilangsungkan masih berhubungan. Tak ada yang salah dengan kata-kata itu, dan tak ada salahnya juga kan kalau kami sudah menyiapkan nama-namanya mulai sekarang? Sebab, kami merasa sudah paham siapa saja orang-orang terdekat kami, siapa saja sahabat kami, bolehlah kami tulis lebih dulu. Kalau ada sahabat-sahabat baru nanti juga akan kami tambahkan. Pun begitu jika ada beberapa yang pada-saatnya-nanti sudah lost contact, akan kami kurangi. Dengan sudah memiliki angan-angan seperti ini, kami jadi tahu secara nyata berapa banyak orang yang akan jadi tamu undangan. Memperkirakan berapa dari pihak pasangan kelak, juga undangan dari orangtua. Nah, kalau sudah tahu, kami bisa mikir berangan-angan lagi soal kapasitas venue, apa souvenir yang layak, dan lain-lainnya.
ADVERTISEMENTS
2. Yakin deh, setiap perempuan pasti sudah punya jawaban ketika ditanya ingin menikah di mana nantinya. Seenggaknya indoor atau outdoor sudah pasti keluar dari mulutnya
Coba silahkan bertanya pada beberapa kawan perempuanmu, mereka ingin menikah di mana nantinya. Mereka pasti akan menjawab secara spontan, ya sebab semua perempuan punya angan. Ketika beberapa menjawab outdoor misalnya, masih ada banyak pilihan tempat berbeda pula. Ada yang ingin di pantai, taman belakang rumah saja, danau kampus semasa kuliah mungkin, hutan pinus, atau bahkan gunung. Kami, para perempuan, kebanyakan juga sudah tahu konsep apa yang kami inginkan kelak. Angan tak mutlak jadi kenyataan, seenggaknya kami punya patokan untuk dikejar, seenggaknya semoga melencengnya nggak jauh-jauhlah. Amiiin~
ADVERTISEMENTS
3. Kalau sudah tau tempat dan konsep, kami para perempuan juga tentu tahu gaun apa yang kami inginkan untuk dikenakan
Setelah undangan dan menyoal “gedung,” kini masalah busana. Tentu saja urusan yang satu ini menyesuaikan konsep apa yang kami inginkan nantinya. Mau ganti gaun berapa kali saat resepsi, juga ketika akad nikah dilangsungkan. Model gaun, warna, bahannya, percayalah kami sudah miliki jawaban ketika ada pertanyaan. Perihal busana, sejatinya bukan melulu soal penampilan saat hari H yang akan mengundang perhatian, tapi juga tentang seberapa siap kami untuk persiapan (yang seringkali dianggap) sepele mengenai busana pengantin ini. Kami ini visioner lho~
ADVERTISEMENTS
4. Kami juga bisa menjawab, nantinya mau melangsungkan pernikahan adat dengan beragam prosesi atau malah tak menginginkannya sama sekali
Pernikahan adat memang dikenal rumit lantaran banyaknya prosesi yang harus dilewati, namun semua pun akan sepakat jika momen-momen tersebut akan selalu diingat. Ada sebagian perempuan yang sangat ingin melangsungkan pernikahan karena tak sabar dengan segala hal yang berbau adat dan budaya, mereka ingin terlibat langsung di dalamnya. Tapi jangan salah juga, beberapa perempuan modern malah ogah melibatkan diri dalam prosesi bertubi-tubi ketika pernikahan adat berlangsung. Ya, semua itu pilihan. Balik ke angan-angan, ada yang ingin melangsungkan pernikahan total dengan seluruh prosesi dalam adat dan budaya yang dianutnya, ada pula yang telah memilah sebagian saja prosesi yang diinginkan. Kebanyakan menggunakan alasan tak ingin ribet dan mengeluarkan banyak rupiah.
ADVERTISEMENTS
5. Tentang mas kawin pun begitu. Ada yang ingin sama seperti biasanya, ada pula yang ingin berbeda
Iya, mas kawin biasanya berupa uang sekian rupiah, atau bahkan mata uang asing, ditambah seperangkat alat sholat. Karena mas kawin memang syarat mutlak dalam pernikahan, jadi harus diberi dengan penuh kerelaan, dalam artian tak memberatkan. Ya, kami kan juga nggak salah jika menginginkan sesuatu yang memang merupakan kegemaran. Sebagian ada yang ingin mendapatkan buku seperti novel atau kumpulan cerpen (kisah bersama pasangan) sebagai mas kawinnya mungkin, ada pula yang mau berupa seperangkat alat traveling, atau alat memasak, atau penunjang hobi lainnya. Ah mas kawin~
ADVERTISEMENTS
6. Menyinggung soal barang kesukaan atau kegemaran, kami juga menginginkannya sebagai ‘identitas’ yang tergambar melalui souvenir kelak
Namanya ngomongin pernikahan, pasti bakalan ada bahasan souvenir juga. Jangan kaget, kami juga sudah memikirkannya. Siapapun pasti ingin souvenir yang berkesan, tapi tetep murah dan nggak pasaran. Kami yang suka kopi misalnya, sudah berpikir bagaimana mengemasnya dalam bentuk souvenir. Pun bagi kami yang suka jalan-jalan atau membaca. Sebab, selain berguna, kami ingin mereka mendapat kesan “ah ya, ini kan sesuatu yang dia suka.” Ya, sesederhana itu. Walau pasangan nanti tak mungkin langsung menyetujui, setidaknya bisa diambil jalan tengah untuk kompromi.
7. Ini sering diremehkan sih, tapi percayalah, saking siapnya kami menikah visionernya kami, buku tamu pun turut masuk dalam angan-angan
Sama halnya seperti undangan, konsep, dan souvenir, kebanyakan perempuan ingin pernikahannya menarik dan jadi momen yang terus dilirik. Bukan hanya untuk orang lain, setidaknya untuk diri sendiri kelak. Hal-hal sesepele buku tamu pun tak luput dari perhatian. Kami, seringkali berpikir bagaimana nasib buku / sekumpulan kertas berukuran A4 yang berisi tabel untuk ditulis nama, alamat, dan tanda tangan para tamu di awal kita datang itu? Karenanya kami ingin hal berbeda, seperti menggunakan cap jempol warna-warni mungkin, atau puzzle, atau menulis di batang pohon, atau entah ide konyol apa lagi yang kami punya.
8. Terakhir, pasca ‘pesta’ dilangsungkan, tentu saja kami menginginkan private party alias bulan madu. Kamu pun sudah punya bayangan mau kemana~
Luar negeri sudah pasti jadi impian sejuta umat. Tapi walau optimis kami juga sadar kalau harus tetap realistis. Walau tak bisa pergi jauh, kami ingin bulan madu yang sederhana namun berkesan. Ke gunung misalnya, bulan madu di dalam tenda, duh mesranya. Kami paham, jika bulan madu tak selalu identik dengan kemewahan, justru yang sederhana kadang jauh lebih berkesan. Backpacker-an ke Lombok atau Toraja misalnya. Ah inilah angan-angan masa muda kami tentang pernikahan, tolong dimaafkan.
Jadi, kamu sudah punya angan-angan macam ini belum? Kalau belum, silahkan berangan-angan, sebelum dilarang 🙂 Percayalah, dengan doa dan usaha, semesta akan membantumu mewujudkan. Berdoa juga bisa pasangan cepat datang