Begini Idealnya Etika Soal Siapa yang Menanggung Biaya Pernikahan. Dua-duanya Apa Satu Orang Saja?

penanggung biaya pernikahan

Salah satu yang sering menjadi momok menakutkan perihal menyiapkan pernikahan adalah biaya yang harus disiapkan untuk membeli segala kebutuhan yang diperlukan dan membayar berbagai sewa yang dilakukan. Belum lagi ditambah pertanyaan-pertanyaan perihal siapa yang akan membayar. Kadang ada rasa canggung saat akan membahas hal ini kepada pasangan maupun keluarga. Padahal hal ini mesti dibahas juga lo.

Advertisement

Jika kamu masih bingung bagaimana tata cara untuk memecahkan kebuntuan masalah persiapan yang satu ini, simak dulu nih beberapa saran Hipwee Wedding untukmu!

1. Biasanya di sistem tradisional beberapa tempat, ada salah satu pihak yang menanggung semua biaya. Hal ini perlu kamu pelajari juga

Pernikahan tradisional, aturan tradisional/ Credit: Owlsome Project via www.bridestory.com

Beberapa tempat masih menganut kepercayaan tradisional dalam urusan menikah, salah satunya dalam menentukan siapa yang akan menanggung biaya-biaya ini. Dilansir dari Weddingku , dalam tradisi Jawa, seorang perempuan biasanya merupakan pihak yang dianggap memiliki hajat, sebelum akhirnya ada unduh mantu di pihak laki-laki. Hal ini menyebabkan biaya pernikahan pun ditanggung oleh pihak perempuan, meskipun pada praktiknya tak selalu demikian. Namun, hal ini berbeda dengan tradisi di Bali, karena pesta pernikahan dilakukan di pihak laki-laki, maka biayanya pun ditanggung oleh pihak pria juga.

2. Namun, tak melulu harus dilakukan sesuai dengan tradisi. Kalian juga bisa membayar sesuai dengan kondisi keuangan

Kuncinya dibicarakan/ Credit: Biz Journals via www.bizjournals.com

Meskipun secara tradisi demikian, namun kalian tetap bisa berdiskusi dengan keluarga dan pasangan agar tidak memaksakan. Meskipun sulit untuk jujur perihal keuangan, tapi dalam kondisi ini ada baiknya kamu lebih terbuka soal kondisi keuangan yang kamu miliki. Kalian bisa membagi beban biaya dengan persentase yang disepakati, misal 70-30 atau 60-40. Bahkan kalian bisa saja membaginya 50-50 jika kedua belak pihak menyetujui.

Advertisement

3. Untuk memudahkan kalian bisa membagi biaya dengan hitungan barang. Siapa yang harus membeli ini dan siapa yang mesti membeli itu

Oke fix begitu ya/ Credit: Legacy Endownment via legacyendowment.org

Jika tak ingin menghitung pengeluaran dengan sistem uang, kalian bisa membagi tanggung jawab pembelian barang pada masing-masing pihak. Contohnya keluarga pria bisa membayar venue, katering, cincin pernikahan, hingga dekorasi. Lalu pihak perempuan bisa bertanggung jawab tentang undangan, suvenir, foto, dan lain sebagainya. Tapi ingat, tetap bicarakan dulu sampai sepakat ya.

4. Jika ingin pernikahan sesuai dengan keinginanmu, kalian bisa membuat tabungan bersama. Jadi tak perlu merepotkan orang tua

Nabung buat nikah/ Credit: Finance Top Up via www.financetopup.com

Biasanya calon pengantin akan memiliki pernikahan idaman yang diinginkan dan bisa jadi sudah dibicarakan bahkan sejak bulan pertama berpacaran. Hal ini akan sulit direalisasikan jika orang tua tidak memiliki gambaran pernikahan yang sama denganmu, apalagi jika seluruh atau sebagian besar biayanya masih ditanggung mereka. Hal ini akan menyulitkan kamu dan pasangan untuk mepertahankan pendapat kalian.

Advertisement

Makanya, jika ingin menikah sesuai keinginan, kalian bisa mulai membuat tabungan bersama dari jauh-jauh hari. Perhitungkan besarannya dan target waktu yang kalian inginkan. Tak harus selalu digelar mewah, kalian bisa menyesuaikan saja dengan bujetnya.

Hal ini akan memperkuat alasanmu, jika orang tua dan keluarga mulai melakukan intervensi-intervensi yang menyudutkan kamu dan pasangan.

Meskipun tak ada patokan pasti perihal yang satu ini, kamu bisa melakukan banyak-banyak diskusi dan terbuka kepada pasangan. Intinya sesuaikan juga dengan kondisi ekonomi keluarga masing-masing. Tak ada salahnya juga, kamu dan pasangan mulai menabung dari jauh-jauh hari.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

An avid reader and bookshop lover.

CLOSE