Jika menikah sudah terlaksana, impian selanjutnya yang paling umum adalah punya anak. Cinta yang lagi mekar-mekarnya sebagai pengantin baru membuat keinginan untuk bisa hamil semakin membuncah. Sayangnya, terkadang kenyataan tak selalu berjalan sesuai dengan keinginan.
Meski sudah melakukan berbagai cara, hasil testpack selalu saja negatif. Yang membuat makin sedih, komentar orang semakin beragam. Mulai dari yang sekadar tanya sampai lebih kepada menuduh.
“Hey, sudah isi belum?”
“Kapan hamil? Si Dewi yang nikah bulan lalu udah positif, lho!”
“Eh, kamu belum hamil ya? Jangan-jangan ada yang nggak beres sama kesehatanmu atau suami? Coba cek deh!”
Hipwee Wedding memberikan gambaran mengenai perasaan mereka yang mengalami hal ini. Agar kamu mengerti bahwa berada di posisi mereka tidaklah mudah.
1. Mungkin perlu diingatkan lagi bahwa tidak seperti lomba lari, kehamilan bukanlah kompetisi
Hamil bukanlah sebuah kompetisi di mana siapa yang hamil duluan, dialah pemenangnya. Bagaimana mungkin dijadikan kompetisi ketika hasil yang diinginkan bukan lagi kita yang menentukan, tapi ada Tuhan di balik semuanya. Ada pasangan yang tanpa perlu menunggu lama, begitu menikah sudah bisa langsung hamil. Tapi, tak sedikit juga yang harus melakukan banyak cara untuk bisa hamil. Jadi, please, jangan dibandingkan dengan mereka yang bisa hamil lebih dulu.
2. Kita nggak pernah tahu usaha apa yang sudah mereka lakukan. Mendoakan dalam diam sepertinya lebih baik
Kita nggak pernah tahu usaha apa yang sudah dilakukan. Periksa ke dokter kandungan, mengikuti program hamil, mengonsumsi obat herbal, meminta doa ke Pak Ustadz, cek laboratorium, dan banyak lagi yang lainnya. Mendoakan dalam diam akan lebih baik daripada berkomentar yang membuat hati terluka.
3. Meski maksudnya hanya sekadar bertanya, tapi itu sangatlah menyakitkan. Tahan dulu ya,
Entahlah antara basa basi, cuma tanya atau malah maksudnya sok care, pertanyaan semacam ‘kapan hamil?’ menjadi menyakitkan ketika ditanyakan terutama pada pasangan yang sudah lama menikah tapi belum juga dikaruniai anak.
4. Sudahlah, bagaimanapun juga ini bukan urusanmu!
Saat awal menikah, pertanyaan ‘sudah isi belum?’ masih dapat diterima dengan baik. Satu bulan, empat bulan, sepuluh bulan, setahun, dua tahun, tiga tahun, semuanya menjadi seperti teror. Sudahlah, this is not your business! Diam lebih baik, daripada ikut campur urusan orang.
5. Betapa susahnya bagi mereka mendatangi sebuah acara. Serasa masuk ke dalam penghakiman massal
Membayangkan serentetan pertanyaan yang akan diterima dan lirikan mata beberapa orang yang menuju ke sekitaran perut membuat pergi ke sebuah acara (arisan, nikahan, meeting) menjadi enggan. Rasanya seperti masuk ke dalam penghakiman massal. Kalau sudah begini, tutup kuping dan pasang senyum manis menjadi senjata yang harus disiapkan. Meski di jalan pulang nanti kadang ingin menangis juga.
6. Tegang saat waktu menstruasi datang. Jika tiba-tiba keluar darah mens, rasanya seperti mau lenyap saja ditelan bumi
Tanggal menstruasi menjadi waktu yang ditunggu-tunggu. Inginnya sih nggak mens sama sekali, karena itulah salah satu tanda kehamilan yang paling mudah dideteksi. Tapi, rasanya sedih sekali jika darah mens lagi-lagi masih saja keluar. Kapan ya aku hamilnya?
7. Membandingkan dengan mereka yang sudah hamil duluan karena rasanya Tuhan sangatlah tidak adil
Sempat ada di titik dimana rasanya Tuhan sangatlah tidak adil. Kenapa dia bisa dengan mudahnya punya anak sedangkan aku tidak? Sepertinya ibadahku juga tak pernah bolong dan doaku selalu kuat tapi kenapa aku tak juga hamil? Rasanya kedaaan financial keluarga kami lebih mampu untuk membesarkan anak ketimbang si A, rasanya aku lebih mampu jadi Ibu yang baik daripada si B. Selain merasa bahwa Tuhan tak adil, membandingkan dengan orang lain menjadi yang paling parah yang dialami dalam fase ini.
8. Dari yang biasa, risih, sebel, marah, sedih sampai biasa lagi. Begitulah orang memang sukanya komentar
Dari yang awalnya biasa saja, pertanyaan ‘kapan hamil?’ lama-lama membuat risih, makin ke sini makin membuat sebel, marah dan juga sedih. Sampai saking seringnya mendapat pertanyaan itu malah menjadi kebal, biasa dan cenderung cuek. Sudah lebih legowo dan nrimo. Biarkan saja, orang memang sukanya pada komentar. Menghiraukannya ternyata membuat perasaan lebih baik.
9. Seperti halnya jodoh, anak juga merupakan rezeki
Rezeki bisa bermacam-macam bentuknya. Anak adalah salah satunya. Sebesar apapun upaya yang kita lakukan, kalau Tuhan belum berkehendak, kita bisa apa?
Hamil dan punya anak, siapa sih yang tak ingin? Tapi begitulah rasanya jika ada dalam posisi ini. Maka sebaiknya, tak perlu lah ditanya kapan. Karena jika sudah hamil pun mereka akan sama seperti yang lain, mengabarkannya dan mengunggah foto print out USG di sosmed. Diam memang lebih baik daripada melontarkan pertanyaan basa-basi yang nyatanya sangat mengusik ketenangan batin.
Buatmu yang sedang dalam posisi ini, bersabarlah, Tuhan tak pernah tidur.