6 Caption Menohok Seputar Parenting ala Maya Septha. Nggak Selalu Enak Dibaca, Tapi Iya Juga Ya!

unggahan instagram tentang parenting ala Maya Septha

Apa yang pertama kali terlintas di benakmu saat mendengar kata ‘Ibu’? Cerewet? Lemah lembut? Tangguh? Semua orang pasti punya pandangan masing-masing soal ini. Tapi satu hal yang kamu para calon Ibu wajib tahu, yaitu seorang Ibu sudah punya kewajiban untuk mendidik anaknya. Yup, mendidik sejatinya dilakukan para Ibu (dan Ayah tentunya) sejak masih dalam kandungan. Namun ternyata, pada praktiknya mendidik nggak selalu semulus yang dibayangkan.

Advertisement

Bicara soal mendidik, atau bahasa keren yang lebih dikenal Ibu-ibu milenial sekarang ‘parenting‘, rasanya nggak lengkap kalau nggak membahas para Momfluencers alias Ibu-ibu yang aktif berbagi soal pengalaman parenting di media sosial.

Salah satu selebritas yang aktif berbagi dan mengunggah pendapatnya seputar lika-liku parenting di zaman now adalah Maya Septha. Sedang menunggu kelahiran anak ketiganya, apa yang dibagikan oleh Maya memang terasa relate banget dengan kehidupan para Ibu yang serba aktif dan makin banyak tantangannya. Kalau sebelumnya Hipwee pernah nulis seputar tulisan pernikahan dari Maya Septha, berikut Hipwee telah merangkum 6 unggahan Instagram seputar parenting dari Maya Septha yang banyakan menyentil, menohok namun diam-diam memang banyak benarnya.

1. Jadi contoh yang baik jauh lebih ngena daripada sekadar nyuruh-nyuruh anak. Termasuk cara kita memperlakukan orangtua kita, bakal jadi contoh anak untuk memperlakukan orang yang lebih tua lo!

Lihat postingan ini di Instagram

Pernahkah terpikir bahwa bukan hanya cara berpikir, bereaksi, bersikap dan berkata kata kita yang ditiru anak, melainkan juga cara kita memperlakukan orangtua kita. Ngeri ngga? Hahahahah. Saya sering suruh Devon peluk cium mertua saya kalau mau pulang. Lalu dia bilang gini; Mommy kok juga ngga kiss Oma? Lalu saya terdiam. Iya juga ya. Hahahah. Masalahnya keluarga suami saya bukan tipe yg selalu peluk cium antara anak ke orangtua tiap ketemu. Tapi namanya cucu kan lain ya.. Nah ini cucunya kepinteran, saya bingung jawabnya. Pikir pikir bener juga sih. Ortu suka enak aja nyuruh nyuruh anak tapi ngga kasih contoh ??? Jadi kalau kita mau anak jadi seperti A, kita dulu yang harus konsisten kasih teladan jadi A. Meskipun lagi lagi semua tergantung seberapa menyenangkan hubungan kita sebagai ortu dgn anak anak kita, Kemungkinan besar dia akan pikir cara memperlakukan orangtua itu seperti cara papa mamanya perlakukan oma opanya. Ada yg mau buru buru merubah sikap sekarang? ???

Sebuah kiriman dibagikan oleh Maya Septha (@mayaseptha7) pada

Advertisement

“Pernahkah terpikir bahwa bukan hanya cara berpikir, bereaksi, bersikap dan berkata kata kita yang ditiru anak, melainkan juga cara kita memperlakukan orangtua kita. Ngeri ngga? Hahahahah.
Saya sering suruh Devon peluk cium mertua saya kalau mau pulang. Lalu dia bilang gini; Mommy kok juga ngga kiss Oma? Lalu saya terdiam. Iya juga ya. Hahahah. Masalahnya keluarga suami saya bukan tipe yg selalu peluk cium antara anak ke orangtua tiap ketemu. Tapi namanya cucu kan lain ya.. Nah ini cucunya kepinteran, saya bingung jawabnya. Pikir pikir bener juga sih. Ortu suka enak aja nyuruh nyuruh anak tapi ngga kasih contoh ??? Jadi kalau kita mau anak jadi seperti A, kita dulu yang harus konsisten kasih teladan jadi A.

Meskipun lagi lagi semua tergantung seberapa menyenangkan hubungan kita sebagai ortu dgn anak anak kita,
Kemungkinan besar dia akan pikir cara memperlakukan orangtua itu seperti cara papa mamanya perlakukan oma opanya. Ada yg mau buru buru merubah sikap sekarang? ???”

2. Mendidik itu bukan cuma tugas guru di sekolah. Justru rumah jadi tempat pembelajaran pertama bagi anak-anak. Apa yang kamu tanamkan di rumah, akan terbawa anak-anak sampai dewasa. Is it good or bad, you decide!

Lihat postingan ini di Instagram

Saya percaya semuanya dimulai dari dalam rumah. Tugas saya untuk mencintai. Membuat mereka merasa dikasihi. Diterima apa adanya. Dihargai. Dianggap mampu. Dianggap pintar. Cukup baik. Tugas saya untuk memberi rasa aman. Bahwa orangtuanya saling mengasihi dan menghormati. Bahwa kami akan selalu ada disini. Tidak ada yang meninggalkan atau ditinggalkan. Tugas saya memberi didikan. Apa yang benar dan salah. Apa yang baik dilakukan. Memberi teladan dan contoh. Ibaratnya robot di dalam gudang yang sudah diprogram maka bisa mencari solusi untuk barang yg ingin diambil. Didikan dan contoh yang kita berikan secara konsisten akan jadi perbendaharaan senjata mereka menjalani kehidupan. Sehingga saat dunia luar bilang “kamu bodoh” Maka dari dalam hatinya akan mengeluarkan program senjata dari mama yg sudah ditanamkan setiap hari bahwa “anak mama pintar dan baik hati. Nggapapa nggabisa salto, tapi kamu pinter nyanyi. Kamu unik. Ngga perlu sama kayak yg lain.” “kalo ngga ngerokok ngga keren.” “ih ngerokok kan ngga baik buat kesehatan. Bau lagi. Daddy Mommy keren tapi ngga ngerokok kok. “bercanda kok kayak gitu sih itu kan jahat.” “aku sih nggamau kayak begitu kan salah.” Semuanya adalah hal hal yg kita tanamkan sehari hari di hidup anak sehingga jadi kebiasaan. Kita harus terus menerus mengisi nilai dan ilmu supaya waktu anak dihadapkan di situasi tertentu mereka sudah punya pegangan apa yg benar utk dilakukan. Seberapa banyak kita sudah kasih senjata ke anak anak kita untuk melawan pengaruh jahat di luaran? ?

Sebuah kiriman dibagikan oleh Maya Septha (@mayaseptha7) pada

Advertisement

“Saya percaya semuanya dimulai dari dalam rumah.
Tugas saya untuk mencintai. Membuat mereka merasa dikasihi. Diterima apa adanya. Dihargai. Dianggap mampu. Dianggap pintar. Cukup baik.

Tugas saya untuk memberi rasa aman. Bahwa orangtuanya saling mengasihi dan menghormati. Bahwa kami akan selalu ada disini. Tidak ada yang meninggalkan atau ditinggalkan.
Tugas saya memberi didikan. Apa yang benar dan salah. Apa yang baik dilakukan. Memberi teladan dan contoh. Ibaratnya robot di dalam gudang yang sudah diprogram maka bisa mencari solusi untuk barang yg ingin diambil. Didikan dan contoh yang kita berikan secara konsisten akan jadi perbendaharaan senjata mereka menjalani kehidupan.
Sehingga saat dunia luar bilang “kamu bodoh” Maka dari dalam hatinya akan mengeluarkan program senjata dari mama yg sudah ditanamkan setiap hari bahwa “anak mama pintar dan baik hati. Nggapapa nggabisa salto, tapi kamu pinter nyanyi. Kamu unik. Ngga perlu sama kayak yg lain.” “kalo ngga ngerokok ngga keren.”
“ih ngerokok kan ngga baik buat kesehatan. Bau lagi. Daddy Mommy keren tapi ngga ngerokok kok. “bercanda kok kayak gitu sih itu kan jahat.”
“aku sih nggamau kayak begitu kan salah.” Semuanya adalah hal hal yg kita tanamkan sehari hari di hidup anak sehingga jadi kebiasaan.

Kita harus terus menerus mengisi nilai dan ilmu supaya waktu anak dihadapkan di situasi tertentu mereka sudah punya pegangan apa yg benar utk dilakukan.

Seberapa banyak kita sudah kasih senjata ke anak anak kita untuk melawan pengaruh jahat di luaran?”

3. Unggahan Maya ini pasti bisa jadi bekal tambahan bagi yang sedang ada rencana anak kedua. Ingat, memberikan adik pada sang kakak lebih dari sekedar nambah biaya keluarga lo

Lihat postingan ini di Instagram

1. Untuk kakak mengasihi si adik, ia harus yakin bahwa adiknya bukan sebuah ancaman. Jika ia selalu dimarahi dan si adik selalu dibela, kemungkinan besar pasti dia sebel ? 2. Jika keberadaan adik membuatnya merasa tersingkir atau dinomorduakan maka ia akan mulai berpikir bahwa si adik penyebab berkurangnya kasih sayang. Dan pasti sulit untuk si kakak memperlakukan adiknya dengan manis. Saya meluangkan waktu berduaan dgn Devon. 3. Yes. Ortu harus jungkir balik secara konsisten membuat ia merasa aman. Merasa disayang. Merasa diperhatikan sama banyak. Dan bahwa semuanya mendapatkan kasih sayang yang sama. (Mudah dikatakan sulit dikerjakan apalagi dgn keterbatasan waktu dan tenaga ?) 4. Melibatkan si kakak waktu ngurus adiknya. Kita ajak dede main yuk Kak. Temenin Mama bikin susu yuk. 5. Sesekali membelanya di depan adiknya. Kakak ngga selalu harus mengalah. Adik tidak harus selalu menang meskipun lebih kecil. Meskipun perlu kesabaran extra melewati dramanya ? 6. Mengajarkan bahwa mereka bisa jadi teman baik seumur hidup asalkan saling berbaikhati. Ngga ada yang mau temenan sama orang nyebelin dan selalu mau menang sendiri. 7. Mengajarkan si kakak untuk memberikan teladan baik supaya kemudian adiknya meniru. Misalnya berbagi biskuit dan meminjamkan mainan. Karena biasanya adik meniru kakak. Saya selalu bilang ke Devon bahwa Kathleen wants to be like you. Ajarin ya biar Kay pinter kayak Devon. Hebat kayak Devon. Dia merasa bangga dan itu bisa jadi motivasi ? 8. Saya selalu bilang Mommy love Devon and Kathleen. Saya juga bilang begitu secara pribadi kpd mereka satu satu dan sangat sering. Kalau saya peluk yang satu maka saya akan kemudian peluk satunya lagi. Kalau saya pulang shooting panggil nama Kathleen, saya juga akan panggil Devon. Saya sambut mereka dengan antusias yang sama banyak. Saya berusaha sama senangnya. Sama banyak mengelus kepala dan memeluk. Karena saya tau Devon meskipun diam tapi dia memperhatikan. Dia ngeliatin kita bersikap gimana sama adiknya. Saya nggamau dia merasa kurang atau ngga sama. Meskipun capek, I try hard ??? Ini teori saya sendiri ya ? Yang punya pengalaman pribadi yang sama atau berbeda silahkan berkomentar ???

Sebuah kiriman dibagikan oleh Maya Septha (@mayaseptha7) pada

“1. Untuk kakak mengasihi si adik, ia harus yakin bahwa adiknya bukan sebuah ancaman. Jika ia selalu dimarahi dan si adik selalu dibela, kemungkinan besar pasti dia sebel ?

2. Jika keberadaan adik membuatnya merasa tersingkir atau dinomorduakan maka ia akan mulai berpikir bahwa si adik penyebab berkurangnya kasih sayang. Dan pasti sulit untuk si kakak memperlakukan adiknya dengan manis. Saya meluangkan waktu berduaan dgn Devon.

3. Yes. Ortu harus jungkir balik secara konsisten membuat ia merasa aman. Merasa disayang. Merasa diperhatikan sama banyak. Dan bahwa semuanya mendapatkan kasih sayang yang sama. (Mudah dikatakan sulit dikerjakan apalagi dgn keterbatasan waktu dan tenaga ?) 4. Melibatkan si kakak waktu ngurus adiknya. Kita ajak dede main yuk Kak. Temenin Mama bikin susu yuk.
5. Sesekali membelanya di depan adiknya. Kakak ngga selalu harus mengalah. Adik tidak harus selalu menang meskipun lebih kecil. Meskipun perlu kesabaran extra melewati dramanya ?

6. Mengajarkan bahwa mereka bisa jadi teman baik seumur hidup asalkan saling berbaikhati. Ngga ada yang mau temenan sama orang nyebelin dan selalu mau menang sendiri.

7. Mengajarkan si kakak untuk memberikan teladan baik supaya kemudian adiknya meniru. Misalnya berbagi biskuit dan meminjamkan mainan. Karena biasanya adik meniru kakak. Saya selalu bilang ke Devon bahwa Kathleen wants to be like you. Ajarin ya biar Kay pinter kayak Devon. Hebat kayak Devon. Dia merasa bangga dan itu bisa jadi motivasi ?

8. Saya selalu bilang Mommy love Devon and Kathleen. Saya juga bilang begitu secara pribadi kpd mereka satu satu dan sangat sering. Kalau saya peluk yang satu maka saya akan kemudian peluk satunya lagi. Kalau saya pulang shooting panggil nama Kathleen, saya juga akan panggil Devon. Saya sambut mereka dengan antusias yang sama banyak. Saya berusaha sama senangnya. Sama banyak mengelus kepala dan memeluk.
Karena saya tau Devon meskipun diam tapi dia memperhatikan. Dia ngeliatin kita bersikap gimana sama adiknya. Saya nggamau dia merasa kurang atau ngga sama. Meskipun capek, I try hard ??? Ini teori saya sendiri ya ?
Yang punya pengalaman pribadi yang sama atau berbeda silahkan berkomentar ???”

4. Punya anak akan mengajarkanmu lebih banyak hal di dunia. Belajar sabar, belajar bersyukur, sampai belajar berkorban. Yup, bukan cuma mengajar ternyata jadi orangtua itu juga bikin kamu lebih banyak belajar!

“My best teachers in life. My kids.

Punya anak bikin saya hati hati bersikap dan berbicara karena sadar saya ditiru.
Berusaha menciptakan lingkungan yang sehat, kebiasaan yang baik, supaya karakter anak saya baik. Supaya di masa depan ngga terseok seok memperbaiki kebiasaan.

Ingin selalu jadi lebih baik lagi supaya mereka punya contoh yang baik. Berusaha punya pernikahan yang baik supaya mereka secure. Belajar terus jadi orangtua yang bagus supaya masa depan mereka ngga salah didik.

Luar biasanya punya anak.
Bekerja supaya mereka punya hidup yang baik. Nolakin kerjaan pun supaya mereka punya hidup yang baik juga ?

Siapa yang merasakan hal yg sama? ???”

5. Siapa sih yang suka dihakimi? Maya Septha ternyata punya trik jitu mengakali supaya saat menegur anak, si anak nggak merasa dihakimi sang Mama. Jangan remehkan anak-anakmu lo, mereka juga bisa diajak komunikasi yang baik sejak masih balita bahkan sejak bayi!

Lihat postingan ini di Instagram

Happy Saturday from us! Setiap Devon sengaja nakal saya ngga pernah bosan tanya Do you think its the right thing to do? Ambil barang yg bukan milik itu benar atau salah? Sengaja gangguin orang itu bener apa salah? Bikin orang repot ini bener apa salah? Saya nanya bukan untuk menghakimi. Karena Devon anak kecil, saya betul betul ingin tahu apakah dia pikir itu salah atau engga. Bisa aja dia gatau itu salah kan. Kalau dia ngga merasa itu salah, saya harus kasitau. Kalau dia tau itu salah, kenapa dilakukan? Devon ngga pernah bisa jawab. Tapi saya ngga akan bosan untuk bilang Please do the right thing. Kalau udah tau salah jangan dikerjain. Saya berharap supaya membiasakan berpikir dan memilih melakukan hal yang BENAR ini akan meresap sampai sanubari ??? Saya yakin kebiasaan baik ini akan menyelamatkan banyak hal di masa depannya.

Sebuah kiriman dibagikan oleh Maya Septha (@mayaseptha7) pada

“Happy Saturday from us!

Setiap Devon sengaja nakal saya ngga pernah bosan tanya Do you think its the right thing to do?
Ambil barang yg bukan milik itu benar atau salah? Sengaja gangguin orang itu bener apa salah? Bikin orang repot ini bener apa salah?

Saya nanya bukan untuk menghakimi. Karena Devon anak kecil, saya betul betul ingin tahu apakah dia pikir itu salah atau engga. Bisa aja dia gatau itu salah kan. Kalau dia ngga merasa itu salah, saya harus kasitau. Kalau dia tau itu salah, kenapa dilakukan? Devon ngga pernah bisa jawab.
Tapi saya ngga akan bosan untuk bilang Please do the right thing. Kalau udah tau salah jangan dikerjain.
Saya berharap supaya membiasakan berpikir dan memilih melakukan hal yang BENAR ini akan meresap sampai sanubari ??? Saya yakin kebiasaan baik ini akan menyelamatkan banyak hal di masa depannya.”

6. Kepercayaan itu hal yang mahal. Maya percaya itu wajib ditanamkan sejak kecil, supaya besarnya nggak bingung lagi soal menjaga integritas. Kamu setuju juga nggak?

Lihat postingan ini di Instagram

BISA DIPERCAYA adalah sebuah aset berharga utama dalam hubungan apapun. Sejak kecil saya mengajarkan anak anak harus selalu mengatakan yg sebenarnya. Dan untuk itu saya berusaha jadi pendengar yg baik supaya Devon mau cerita apa aja meskipun saya blm tentu suka apa yang dia bilang. Tapi saya mau dengerin dulu. Saya juga selalu melakukan apa yg saya katakan. Kalau sudah janji pasti saya tepati. Kalau saya meleset ngga bisa, saya akan minta maaf dan saya reschedule lain waktu lalu saya tepati. Saya ngga gampang janji. Saya ngga mau bilang apa yg gaakan saya kerjakan. Karena saya dicontoh. Devon ingat SEMUA yg saya janjikan. Dan dia percaya setiap saya bilang sesuatu karena saya bisa dipercaya. Saya selalu tepati omongan saya. Dan dia mencontoh saya. Kalau dia janji nonton cuma 5menit maka waktu diingetin dia langsung matiin tv. Kalau janji makan permen cuma 1 maka dia makan cuma 1 walau di kantong ada 3. DAN SAYA SANGAT BANGGA. Integritas dibangun dari kecil dan perlu waktu lamaaaa untuk menerapkannya sampai jadi kebiasaan. Saya mau mereka bisa dipercaya. Kita ngga akan mau terlibat bisnis sama penipu. Kita ngga mau terikat hubungan sama orang yg suka selingkuh. Kita nggamau mempekerjakan orang yg tukang bohong. Segala kepandaian dan kelebihan ngga berguna kalau ngga bisa dipercaya. Mengapa kita bisa percaya atau tidak percaya dengan sebuah cerita? Tergantung orangnya kayak apa yg cerita. Suka bohong ga? Seneng tambahin bumbu lebih ngga? Hobi ngomong gede ga? Biasanya bener ditepatin ngga? Saya mau anak anak saya jadi orang yang bisa dipercaya. Dan apa yang dikatakan adalah benar sehingga ngga diragukan.

Sebuah kiriman dibagikan oleh Maya Septha (@mayaseptha7) pada

“BISA DIPERCAYA adalah sebuah aset berharga utama dalam hubungan apapun.
Sejak kecil saya mengajarkan anak anak harus selalu mengatakan yg sebenarnya. Dan untuk itu saya berusaha jadi pendengar yg baik supaya Devon mau cerita apa aja meskipun saya blm tentu suka apa yang dia bilang. Tapi saya mau dengerin dulu.
Saya juga selalu melakukan apa yg saya katakan. Kalau sudah janji pasti saya tepati. Kalau saya meleset ngga bisa, saya akan minta maaf dan saya reschedule lain waktu lalu saya tepati. Saya ngga gampang janji. Saya ngga mau bilang apa yg gaakan saya kerjakan. Karena saya dicontoh.

Devon ingat SEMUA yg saya janjikan. Dan dia percaya setiap saya bilang sesuatu karena saya bisa dipercaya. Saya selalu tepati omongan saya. Dan dia mencontoh saya. Kalau dia janji nonton cuma 5menit maka waktu diingetin dia langsung matiin tv. Kalau janji makan permen cuma 1 maka dia makan cuma 1 walau di kantong ada 3. DAN SAYA SANGAT BANGGA. Integritas dibangun dari kecil dan perlu waktu lamaaaa untuk menerapkannya sampai jadi kebiasaan. Saya mau mereka bisa dipercaya.

Kita ngga akan mau terlibat bisnis sama penipu. Kita ngga mau terikat hubungan sama orang yg suka selingkuh. Kita nggamau mempekerjakan orang yg tukang bohong. Segala kepandaian dan kelebihan ngga berguna kalau ngga bisa dipercaya.

Mengapa kita bisa percaya atau tidak percaya dengan sebuah cerita? Tergantung orangnya kayak apa yg cerita. Suka bohong ga? Seneng tambahin bumbu lebih ngga? Hobi ngomong gede ga? Biasanya bener ditepatin ngga?

Saya mau anak anak saya jadi orang yang bisa dipercaya. Dan apa yang dikatakan adalah benar sehingga ngga diragukan.”

Menikah bukanlah perkara mudah, tapi percayalah saat kamu kelak sudah punya anak, hidupmu bakal jauh lebih kompleks dan banyak tantangan yang nggak kamu duga. Belajar dari buku itu penting, tapi belajar dari pengalaman orang lain juga nggak kalah penting, terlebih soal parenting bukanlah sebatas soal benar atau salah tapi juga soal cocok atau nggak jadi banyak referensi jelas akan sangat membantu. Intinya sih, jadi orangtua yang sempurna itu nyaris mustahil. Tapi jelas kamu harus selalu berusaha jadi orangtua yang baik dan bertanggungjawab kan? Happy parenting!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An avid reader and bookshop lover.

CLOSE