Untuk Kita yang Pernah Saling Mencinta, namun Tak Pernah Saling Berucap Cinta

 

Kebersamaan kita dahulu membuatku merasa memiliki arti dalam hidup. Kebersamaan itu pula yang memberi kenangan yang tak bisa disingkirkan begitu saja. Awalnya, kumulai mencoba untuk melupa. Nyatanya, kenangan itu enggan terlupa. Andaikan waktu kembali berputar, aku tetap ingin mencoba menjalin rasa denganmu.

Seringkali kita tak pernah mengerti, kenapa kita dipertemukan tapi tak ditakdirkan untuk bersama. Tapi waktu telah membagi kesempatan untuk memahami. Bahwa kita memang harus dipertemukan untuk saling mengerti. Bahwa rasa yang pernah hadir, tak harus saling berjanji.

1. Dahulu kita pernah saling mencinta. Tapi entah kenapa, kita tak pernah bersama.

Woman Street via http://www.pexels.com

Advertisement

Masih teringat jelas ketika kita saling bercerita mengenai impian masing-masing. Kamu dan aku menjadi sok tahu akan masa depan. Seakan masa depan ada dalam genggaman kita. Seakan di masa depan nanti, ada kau dan aku.

Mengukir masa depan terasa indah bila kita bersama. Kita berjanji untuk saling setia, menemani sampai tua.

Namun, kenyataannya…

Advertisement

2. Kamu dan aku hanyalah dua kata yang tak pernah terangkai dalam satu kalimat.

Sea Beach Holiday via http://www.pexels.com

Mata kita pernah saling menatap. Bibir kita pernah saling melempar senyum. Bahkan jemari kita pernah saling bertaut. Tapi ada sesuatu yang tak bisa kita jelaskan.

Mengapa kamu dan aku tak pernah sejalan?

Pernah kutanyakan diri sendiri. Siapa yang mulai mengakhiri dan siapa yang pertama kali pergi? Kemudian aku mengerti. Kedekatan kita tak untuk saling mengikat janji.

3. Seandainya kalimat itu pernah saling terucap, akankah kita bersama?

Advertisement

Couple Love via http://www.pexels.com

Aku sering memintamu untuk mengajari pelbagai hal. Dari soal matematika yang tak pernah kupahami hingga zat-zat kimia yang tak pernah kumengerti. Begitu pula dengan cinta. Kita selalu bersama seakan-akan nantinya ditakdirkan bersama. Sayangnya, kata cinta tak pernah terlontar dari bibir masing-masing.

Cinta yang seharusnya hadir – atau mungkin sudah hadir – di antara kita, tak kunjung mengutarakan keberadaannya. Hingga pada akhirnya, kita mulai bosan dalam ikatan yang tak satu pun mengerti.

Adakah kata lain yang bisa menjelaskan hubungan kita?

4. Aku tak pernah memintamu hadir di hidupku. Tapi aku berterima kasih atas rasa yang pernah kamu bagi.

Sea Sunny Man via http://www.pexels.com

Kita saling mengenal dari seorang teman. Dari dia lah kita saling bersalaman. Untuk pertama kalinya, tangan kita saling berjabat. Tak pernah terbersit dalam pikiran bahwa nantinya kita akan semakin dekat. Rasa itu pun tiba-tiba saja hadir di antara kita yang awalnya hanya teman biasa. Namun kita tak bisa saling menjelaskan arti senyum dan tatapan yang saling memikat.

Aku dan kamu hadir dalam hidup satu sama lain sebagai cerita di masa depan. Sayang, masa itu telah berlalu. Namun terima kasihku atas rasa yang pernah kau bagi denganku, tak akan pernah hilang.

5. Kuakui rasa sesal pernah bersemayam. Dengan hati legawa, kuterima itu sebagai jalan kita.

Sea Dawn Sunset via http://www.pexels.com

Mari kita menggunakan kata pengandaian. Seandainya saat itu aku lebih berusaha untuk mendekatimu, akankah jalan cerita kita lain? Seandainya saat itu aku lebih membuka diri, akankah jemari kita tetap saling bertaut?

Pernah kumenyesali karena telah melewatkanmu. Namun aku mengerti. Ini sudah menjadi pilihan kita masing-masing.

6. Kita ada di persimpangan. Saat takdir mempertemukan kita kembali, akankah kita saling mengingat kembali?

Couple Love Feeling via http://www.pexels.com

Mungkin, membiarkan masa lalu tetap pada tempatnya akan terasa benar. Tapi, akankah kamu memungkiri nostalgia yang tercipta ketika kita saling bersitatap kembali? Akankah kamu melupakanku, meskipun kamu tengah memegang jemari orang lain?

Kukatakan padamu, kisah yang terjadi di masa itu hingga detik ini tak pernah kulupa. Kisah itu mengingatkanku bahwa aku pernah memiliki kisah manis dalam hidupku.

7. Setelah tahun demi tahun berlalu, masih adakah perasaan itu?

Tak kupungkiri bahwa kerap kali kutanyakan keberadaanmu. Aku hanya sekedar ingin tahu keadaanmu dan apa yang kamu lakukan setelah kepergiaanku. Bagaimana caramu tersenyum saat ini, bagaimana caramu menatap, dan bagaimana perasaanmu.

Setelah tahun demi tahun berlalu, perasaan yang telah kubiarkan memudar, sedikit demi sedikit meminta jawaban.

Pernahkah kau mencintaiku walau sebentar?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis Melankolis | www.wulansari.net | @NonaKenanga

13 Comments

  1. Wulan Kenanga berkata:

    Terima kasih ^_^

  2. Vera Astanti berkata:

    Duh mbak. Bikin baper euy.. Hihi

CLOSE