Cangkang Kepiting dan Udang Sebagai Penyembuh Glaukoma

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2002, glaukoma merupakan penyebab kebutaan paling banyak kedua dengan prevalensi sekitar 4,4 juta, atau sekitar 12,3% dari jumlah kebutaan di dunia. Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan meningkatnya tekanan intraokular secara patologis.

Advertisement

Dengan tekanan intraokular normal sekitar 15mmhg, pada glaukoma dapat meningkat cepat sampai 60 hingga 70mmhg. Tekanan yang sangat tinggi tersebut dapat menyebabkan kebutaan dalam beberapa hari atau beberapa jam.

Berdasarkan data dari American Academy of Ophthalmology tahun 2010, terapi konvensional untuk glaukoma membutuhkan satu atau lebih obat tetes mata topikal yang dirancang untuk menurunkan intraocular pressure (IOP) setidaknya 25%.

Sejauh ini, glaukoma bisa ditangani dengan beberapa penanganan. Diantara penanganan itu adalah dengan menggunakan pengobatan secara oral, obat tetes mata, dan pengobatan laser atau prosedur operasi. Pengobatan glaukoma saat ini dapat dilakukan dengan mengimplementasikan drug delivery system pada mata.

Advertisement

Kelemahan implementasi drug delivery system dan pengobatan yang sudah ada saat ini yaitu karena dilakukan secara invasif. Pengobatan dapat menyebabkan infeksi, sehingga harus dilakukan operasi kedua. Hal inipun membutuhkan biaya yang tak sedikit.

Berdasarkan latar belakang di atas, lima mahasiswa Universitas Airlangga memberikan solusi untuk membantu penyembuhan glaukoma. Solusi itu adalah dengan memanfaatkan bahan alam chitosan yang berasal dari cangkang kepiting atau udang.

Advertisement

Kelebihan chitosan gliserophosphate dan alginate yaitu memiliki kemampuan antibakteri yang mampu mencegah infeksi. Pada chitosan ditambahkan alginate yang berasal dari alga coklat dan dikemas dalam bentuk hydrogel yang memiliki sistem drug deliver.

Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) bidang eksakta yang mendapatkan pendanaan dari Kemenristek Dikti ini diketuai oleh Nadia Rifqi Cahyani dengan anggota Annisa Wahyu Alifiany, M. Bagus Lazuardi, Marsya Nilam Kirana, dan Iffa Aulia Fiqrianti. Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.kes, S.Bio, CCD bertindak sebagai dosen pembimbing.

Produk mahasiswa UNAIR ini dikemas dalam bentuk hydrogel yang memiliki sistem drug delivery. Produk ini dikemas dalam bentuk seperti butiran yang apabila diteteskan ke dalam mata, butiran akan menyebar ke mata bagian retina. Sehingga, dapat mengurangi cairan yang dapat meningkatkan tekanan intraokuler pada mata glaukoma.

Langkah ini diharapkan akan memperpanjang jangka waktu penghantaran obat mata pada retina sehingga pasien tidak perlu meneteskan obat mata berulang kali.

“Mata merupakan organ vital yang sangat penting bagi kehidupan. Dengan solusi yang kami buat, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan memberi harapan bagi penderita glaukoma yang memiliki potensi besar terhadap kebutaan,” ujar Nadia selaku ketua tim.

Inovasi ini telah melalui uji Fourier Transform Infra Red (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM), swelling, dan drug delivery sehingga diharapkan dapat menjawab persoalan yang ada.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE