KSM International Community UPN “Veteran” Yogyakarta Sukses Gelar Seminar Nasional ICOM 2020

International Community Colloquium 2020

Pada tanggal 17 Oktober 2020 lalu, KSM International Community UPN “Veteran” Yogyakarta telah menyelenggarakan Seminar Nasional tahunan International Community Colloquium (ICOM). Dikarenakan situasi dan kondisi pandemi, maka konsep acara ICOM diubah menjadi sebuah webinar dengan tema “Maximizing Youth’s Contribution on Cultural Diplomacy in Digital Era”. Webinar yang diselenggarakan melalui fitur Zoom Conference ini dihadiri oleh lebih dari 200 peserta dari seluruh Indonesia.

Advertisement

Webinar kali ini dibawakan oleh tiga pembicara yang kompeten dalam bidang diplomasi budaya, yaitu Dr. Restu Gunawan, M.Hum yang merupakan Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ibu Alia Swastika selaku Direktur Eksekutif Yayasan Biennale Yogyakarta, dan Dr. Iva Rachmawati, M.Si. selaku Dosen Ilmu Hubungan Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta. Selain itu, acara ini dipandu oleh Ibu Dyah Lupita Sari, S.IP., M.Si. yang merupakan perwakilan dari Dosen Ilmu Hubungan Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta dan dibuka oleh Ibu Erna Kurniawati, S.IP., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta.

Pada sesi pertama, Dr. Restu Gunawan, M.Hum menyampaikan bahwa menurut UNESCO, kebudayaan sebenarnya mengendalikan atau menjamin adanya pembangunan yang berkelanjutan karena kebudayaan sifatnya tidak pernah merusak dan merupakan hal yang penting. Jika Amerika merupakan adidaya dalam bidang persenjataan, maka sebenarnya Indonesia adalah adidaya dalam bidang kebudayaan. Perlu kerja keras bersama antara seluruh stakeholder, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, mahasiswa, dan seluruhnya, yang mana mahasiswa memiliki peranan yang cukup penting. Merupakan tugas kita bersama untuk mengatasi permasalahan terkait kecenderungan dominasi budaya dari luar. Pemuda dapat memanfaatkan hal yang dekat dengan kehidupan kita, yaitu media. Novel karya Andrea Hirata, Laskar Pelangi, tiap tahun dipamerkan di Frankfurt Book Fair dan diterjemahkan di berbagai bahasa dan dijadikan film yang luar biasa sehingga Belitung bisa menjadi situs wisata dari pengaruh novel karya anak bangsa.

Materi yang kedua disampaikan oleh Direktur Eksekutif Yayasan Biennale Yogyakarta, Ibu Alia Swastika. Beliau menyampaikan bahwa Internasionalisme dalam seni biasanya terfokus pada Eropa atau Amerika, di mana para seniman merasa paling bangga jika sudah pernah berpameran di New York, Paris, atau Berlin. Mengapa di belahan dunia lain tidak menjadi kiblat padahal memiliki peran kesejarahan yang penting? Spirit untuk keluar dari gagasan imperialisme, pusat dunia bukan hanya di dunia Barat, sehingga Yayasan Biennale bekerja di wilayah khatulistiwa. Dari program Equator Series, Yayasan Biennale Yogyakarta mengajak pemuda untuk menjadi garis depan di bidang cultural diplomacy. Program tersebut banyak melibatkan seniman-seniman muda dan mahasiswa sebagai volunteer dalam kepanitiaannya.

Advertisement

Materi yang terakhir disampaikan oleh Akademisi Ilmu Hubungan Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta, Dr. Iva Rachmawati, M.Si.  Beliau menyampaikan bahwa generasi saat ini sudah sangat terbiasa dengan segala sesuatu yang harus dikomunikasikan melalui layar sehingga hal tersebut merubah cara berpikir, cara berbicara, dan cara berinteraksi. Diplomasi budaya melalui pertukaran dilakukan untuk memunculkan nilai-nilai seperti mutual respect, saling memahami, rasa nyaman untuk mengeluarkan pendapat dan mengekspresikan diri, munculnya kerjasama dalam menyelesaikan masalah dan tumbuhnya saling kepercayaan yang juga merupakan strategi diplomasi. Diplomasi yang secara formal disampaikan negara sering dianggap propaganda. Sedangkan jika pemuda menyampaikan nilai, berita, maka akan banyak orang yang percaya. Itulah yang mahal dari pertukaran pemuda, di mana dia akan melihat, mengalami sendiri, dan akan berbagi nilai, pengalaman, dan apapun yang dilihatnya. Oleh karena itu, peran pemuda dalam diplomasi budaya di era digital ini menjadi hal yang sangat krusial.

Dari pemaparan yang telah disampaikan ketiga pembicara di atas, harapannya pemuda dapat memaksimalkan perannya sebagai agen diplomasi budaya di era digital seperti saat ini. Panitia International Community Colloquium (ICOM) 2020 juga menyediakan link youtube yang berisikan seluruh rangkaian acara ICOM 2020 yang bisa diakses oleh semua orang. Selamat belajar: https://www.youtube.com/watch?v=l0u_zfxrFeo

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement
Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE