5 Fakta Erupsi Gunung Semeru, Puluhan Kali Letusan Sejak Naik Status Jadi Awas

Kabar bencana kembali membuat masyarakat berduka. Kali ini datang dari Gunung Semeru di Jawa Timur yang baru saja mengalami erupsi pada Minggu (4/12) kemarin. Erupsi Gunung Semeru ini terjadi tepat satu tahun setelah erupsi sebelumnya pada 4 Desember 2021 silam.

Advertisement

Semburan awan panas dan material hasil erupsi meluncur dari puncak Semeru dan menimbun rumah warga . Bahkan dua jembatan penghubung desa-desa di lereng Semeru pun ikut diterjang material panas hasil erupsi. Berikut ini Hipwee rangkum fakta-fakta erupsi Gunung Semeru.

1. Letusan awal erupsi Semeru terjadi pada Minggu dini hari

Erupsi Semeru kali ini pertama terjadi pada Minggu (4/12) pukul 02.46 WIB. Di mana saat letusan terjadi mayoritas penduduk sekitar lereng Semeru yang masuk wilayah Kabupaten Lumajang masih terlelap di dalam rumah. Erupsi tersebut terekam seismograf dengan amplitudo maksimum 35 mm dan durasi 0 detik.

Advertisement

Sementara tinggi kolom abu mencapai 1.500 meter di atas puncak gunung dan sekitar 5.176 meter di atas permukaan laut. Kolom abu tersebut teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan.

2. Status Gunung Semeru naik dari level 3 jadi level 4

Advertisement

Sejak terjadi erupsi pada dini hari tersebut, PVMBG Badan Geologi ESDM menaikkan status Gunung Semeru dari siaga atau level 3 menjadi awas atau level 4. Kenaikan tersebut tercatat mulai sejak Minggu (4/12) siang, sekitar pukul 12.00 WIB.

Kenaikan status tersebut menyusul adanya aktivitas gunung yang semakin signifikan dengan muntahan material erupsi yang semakin besar. Sebaran material erupsi berupa lontaran batuan pijar diperkirakan dapat mencapai radius 8 km dari puncak. Sementara material lontaran berukuran abu mencapai 12 km ke arah tenggara.

3. Terjadi 22 kali letusan sejak kenaikan status menjadi level 4

Melansir dari Antara News, berdasarkan laporan tertulis Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Sawur, Mukdas Sofian menyebutkan pengamatan aktivitas Semeru pada periode 4 Desember 2022 pukul 12.00-18.00 WIB tercatat 22 kali gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo 10-35 mm dan lama gempa 60-140 detik. Selain itu, juga terjadi gempa guguran dan gempa harmonik akibat erupsi tersebut.

“Gunung Semeru juga mengalami suatu kali gempa guguran dengan amplitudo 17 mm dan lama gempa 210 detik, serta dua kali gempa harmonik dengan amplitudo 3-12 mm dan lama gempa 26-105 detik,” tutur Mukdas Sofian.

4. Ribuan warga berhasil dievakuasi ke pengungungsian dan belum ada laporan korban jiwa

Melansir dari DetikJateng, Kepala PVBG Badan Geologi Hendra Gunawan mengimbau penduduk supaya nggak melakukan aktivitas di radius 8 km dari puncak Gunung Semeru sejak kenaikan status gunung menjadi awas. Apalagi jangkauan awan panas dan guguran material erupsi sudah semakin jauh.

“Tidak ada aktivitas dalam radius 8 km dari puncak, dan sektoral arah Tenggara (Besuk Kobokan dan Kali Lanang) sejauh 19 km dari puncak,” ujar Hendra Gunawan.

Sementara itu, penduduk dalam zona merah sudah berhasil dievakuasi ke pengungsian. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut hingga saat ini tercatat ada 1.979 warga mengungsi yang tersebar pada 11 titik lokasi. Jumlah titik lokasi pengungsian dipastikan akan bertambah.

“Saat ini setidaknya ada sebelas titik pengungsian dengan jumlah pengungsi 1.979 jiwa yang masih dalam proses pendataan. Lokasi pengungsian pun akan bertambah menyusul pantauan dari BPBD Jatim,” tutur Khofifah, dinukil dari DetikNews.

Kendati erupsi terjadi sejak dini hari dan menimbun pemukiman penduduk di Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, Candipuro, Lumajang, tapi hingga saat ini pihak BPBD belum menerima laporan korban jiwa.

5. Badan Meteorologi Jepang sempat mengeluarkan ancaman tsunami di wilayahnya akibat erupsi Semeru

Erupsi Semeru memang menyita perhatian media internasional. Hingga saat kabar erupsi Minggu (4/12) kemarin terjadi, sebauh media lokal Jepang Kyodo News memuat laporan dari Badan Meteorologi Jepang yang memperingati bahwa tsunami dalat tiba di Pulau Miyako dan Yaeyama di prefektur selatan Okinawa sekitar pukul 14.30 waktu sempat.

Badan Meteorologi Jepang memang sempat menyatakan bahwa mereka sedang menyelidiki kemungkinan ancaman tsunami di dua wilayah Okinawa tersebut, akibat erupsi Gunung Semeru.

“Terjadi letusan besar di Gunung Api Semeru, jika terjadi akibat erupsi ini, waktu kejadiannya dalam waktu dekat,” tulis pernyataan Badan Meteorologi Jepang, dinukil dari CNN.

Namun, berdasarkan pantauan awal citra satelit Himawari tak menunjukkan perubahan signifikan pada tekanan gelombang laut akibat erupsi Gunung Semeru. Melansir dari NHK, seorang pejabat Badan Meteorologi Jepang menyampaikan bahwa nggak ada dampak tsunami dari erupsi Gunung Semeru. Namun, pihak mereka nggak menjelaskan mengenai dasar pernyataan awal yang sudah dikeluarkan.

Sementara itu Koordinator Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Oktory Prambada mengatakan erupsi Gunung Semeru nggak ada hubungannya dengan tsunami lantaran Semeru berada di darat dan hanya berdampak 13 kilometer ke arah selatan dan tenggara. Sehingga, sama sekali nggak ada hubungannya dengan perkiraan stunami di Jepang.

Hingga saat artikel ini Hipwee terbitkan, kondisi wilayah yang termasuk zona merah terdampak erupsi Semeru masih dalam pantauan jarak jauh, karena material erupsi yang masih panas. Semoga nggak terjadi erupsi susulan dan menyebabkan korban jiwa ya SoHip.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat buku dan perjalanan

Editor

Learn to love everything there is about life, love to learn a bit more every passing day

CLOSE