Menguap Bisa Menular Itu Bukan Mitos, Ada Alasan Ilmiah di Baliknya. Pernah Ada Penelitiannya

Alasan menguap bisa menular

Seringkali kita ikutan menguap saat melihat orang lain sedang menguap, bahkan walau sebenarnya kita lagi nggak ngantuk-ngantuk amat. Nggak cuma pas melihat langsung aja, pas lagi nonton film, tayangan TV, atau iklan yang ada orang menguap pun kadang kita bisa ketularan menguap juga! Percaya nggak, waktu lagi nulis artikel ini dan baca-baca risetnya, saya pun bisa menguap berkali-kali lo! Asli, ajaib banget!

Advertisement

Kita mungkin selama ini menganggap kalau menguap menular itu cuma mitos belaka. TapiĀ ndilalahĀ ada kelompok peneliti yang penasaran banget sama fenomena ini. Mereka pun mengundang sejumlah orang untuk diajak bereksperimen demi menjawab rasa penasaran yang mungkin sekarang jadi rasa penasaran kita juga. Memangnya apa sih alasan di baliknya? Kok bisa gitu nguap doang nular??

Tak disangka, ternyata menguap itu memang termasuk perilaku menular. Ini ada kaitannya sama aktivitas otak manusia

Menguap itu menular via www.webmd.com

Tim peneliti dari University of Nottingham, Inggris, sebagaimana dilansir dari laman National Geographic , pernah mempelajari fenomena ini. Mereka memonitor perilaku 36 orang sukarelawan saat menyaksikan video orang lain menguap. Pada percobaan pertama, partisipan diminta untuk nggak menguap saat menonton video. Percobaan kedua, instruksinya sama, tapi kepala mereka dipasang alat untuk menstimulasi saraf motorik dalam otak.

Distimulasi via www.bbc.com

Ternyata semakin diberi rangsangan, semakin orang terdorong untuk meniru perilaku menguap. Ini menjawab dugaan awal bahwa memangĀ respons menguap ada kaitannya dengan aktivitas motorik dalam otak manusia. Temuan lain, semakin partisipan diminta buat menahan keinginannya menguap setelah nonton video, justru semakin mereka terdorong untuk menguap.

Advertisement

Peneliti juga menyebut penularan menguap ini sebagai echophenomena ā€” atau perilaku meniru secara otomatis kata-kata atau tindakan orang lain. EchophenomenaĀ erat kaitannya dengan epilepsi dan autisme.

Eh, tapi bukan berarti yang sering ketularan menguap ini epilepsi atau autisme ya. Soalnya penelitian lain menyebut kalau orang-orang dengan kondisi autis nggak bisa ketularan orang lain menguap

Berkaitan dengan empati via www.observerbd.com

Dikutip dari laman The Conversation , ada teori lain yang menyebutkan kalau kerentanan seseorang tertular menguap ini ada hubungannya sama tingkat empatinya. Semakin tinggi empatinya terhadap orang yang sedang menguap, maka semakin mungkin ia ketularan menguap. Makanya, ketika yang menguap itu teman atau kerabat dekat, katanya sih kita cenderung lebih mungkin tertular.

Advertisement

Fakta di atas berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak normal dan penderita autisme. Ternyata anak-anak dengan kondisi normal lebih sering ketularan menguap dibanding mereka yang autis. Ini karena orang dengan spektrum autis memiliki gangguan yang memengaruhi interaksi sosial termasuk kemampuannya berempati. Para psikopat juga katanya lebih sulit ketularan menguap lo.

Temuan lain juga menyebutkan kalau penularan ini nggak hanya terjadi pada manusia. Kalau berdasarkan penelitian ini , anjing yang dianggap sebagai hewan dengan rasa empati yang tinggi, ternyata juga bisa tertular juga ketika manusia menguap. Pun dengan simpanse!

Ternyata hewan juga bisa ketularan! via sites.psu.edu

Tuh, kan beneran bukan mitos belaka. Jadi selama baca artikel ini dan lihat foto-foto orang menguap, sudah berapa kali kamu ikutan nguap? Heheheā€¦

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE