Atap JPO Sudirman Dicopot Biar Bisa Buat Selfie, Justru Jadi Siksaan Baru Buat Pejalan Kaki

Atap JPO Sudirman dicopot

Cerita soal perseteruan pejalan kaki dengan pengendara motor di Jakarta sepertinya bukan sesuatu yang baru lagi. Sering banget ada berita di media sosial atau video-video amatir beredar di mana ada pejalan kaki menegur pengendara motor yang melintas di atas trotoar hanya demi terhindar dari kemacetan. Tapi teguran itu malah berujung cekcok hingga banting-banting helm gara-gara pemotornya nggak terima.

Advertisement

Sepelik itu memang nasib pejalan kaki di Jakarta. Saat ingin merebut kembali haknya, malah kena semprot. Trotoar di ibu kota memang sudah banyak yang beralih fungsi, nggak cuma jadi jalan alternatif buat pengendara motor, tapi juga tempat pedagang kaki lima berjualan. Tak cukup sampai di situ, penderitaan pejalan kaki seolah makin bertambah dengan dicopotnya atap Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Sudirman oleh Gubernur DKI. Alasannya biar banyak orang selfie. Lah…?

Keputusan Anies Baswedan untuk melepas atap JPO Sudirman menuai pro-kontra. Ini karena alasan Pak Gubernur itu dianggap kurang rasional

Anies Baswedan di JPO Sudirman via news.detik.com

JPO yang terletak di kawasan Sudirman, Jakarta , berubah tampilannya setelah Gubernur Anies memutuskan untuk melepas atap yang memayunginya. Ide itu datang saat Anies sedang melintas di Sudirman. Ia melihat kawasan itu cukup unik karena dipenuhi gedung-gedung tinggi. Tapi pemandangan itu justru nggak terlihat dari atas JPO, padahal view-nya justru lebih bagus kalau dilihat dari jembatan.

Akhirnya, Anies pun memutuskan melepasnya, biar menarik orang dan bisa jadi atraksi baru. Memang sih, baru 2 hari JPO itu dicopot atapnya, sudah banyak orang yang datang dan foto-foto.

Advertisement

Tapi kan… orang yang mau menyeberang JPO itu siang-siang jadi kepanasan. Belum lagi kalau hujan, pejalan kaki jadi makin tersiksa dong?

Bikin pejalan kaki tersiksa via www.suara.com

Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus menyayangkan keputusan Anies. Menurutnya itu cuma bakal makin menambah penderitaan pejalan kaki atau penyeberang jalan. Kalau memang mau melihat pemandangan Kota Jakarta ya dari atas gedung, bukan dari JPO. Malah Alfred beranggapan JPO Sudirman itu diganti pelican crossing aja biar kendaraan yang melintas nggak pada ngebut.

Pejalan kaki di Jakarta memang sudah menderita sejak lama. Selain banyak trotoar yang sudah beralih fungsi, masih banyak transportasi publik yang kurang efektif dan efisien

Nasib pejalan kaki di Jakarta via wartakota.tribunnews.com

Kayak yang sudah dibahas di atas, pejalan kaki di Jakarta sebenarnya sudah cukup tersiksa dengan beralih fungsinya trotoar jadi lintasan pengendara motor untuk menghindari kemacetan. Belum lagi pedagang-pedagang kaki lima yang justru bakal terbakar api emosi ketika dilarang berjualan di trotoar.

Advertisement

Selain itu, masih banyak transportasi atau fasilitas publik yang dianggap kurang mengakomodir kepentingan pejalan kaki. Atau asap kendaraan yang bikin dada sesak. Jadinya niat hidup sehat malah nggak bisa tersalurkan, ujung-ujungnya ya bawa kendaraan sendiri aja, atau naik transportasi online.

Ya, begitulah nasib pejalan kaki di Jakarta. Kalau memang pemerintah bercita-cita mewujudkan kota yang ramah pejalan kaki seperti banyak kota di luar negeri, harusnya sih didukung sama fasilitas-fasilitas yang memadai. Sebagai warga, kita sebenarnya mau-mau aja lo jalan kaki, asal ya itu tadi, fasilitas dan suasananya mendukung. Pokoknya bikin nyaman gitu lah~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE