Skenario yang Mungkin Dialami Indonesia Kalau Konflik Iran-AS Beneran Berujung Perang Dunia III

Konflik Iran-AS Perang Dunia III

“Kalau sampai ketahuan emak nilep uang sekolah lagi, bisa pecah Perang Dunia III nih”

Advertisement

Kamu pasti pernah kan, menggunakan kalimat tersebut untuk menjelaskan kekacauan yang terjadi dalam hidupmu? Entah untuk kemarahan emak saat tahu kamu nilep uang bayar LKS, atau kemarahan bapak saat kamu kepergok ngerokok di belakang rumah. Padahal kekacauan akibat perang dunia terstruktur dan melebihi bayanganmu.

Belakangan, Perang Dunia III nggak sekadar jadi guyonan belaka. Jumat, 3 Januari 2020 kemarin, militer Amerika Serikat di bawah komando Presiden Donald Trump membuat serangan udara di Irak yang menewaskan komandan tinggi militer Iran, Qassem Soleimani. Di Iran, Jenderal Soleimani ini dianggap orang penting nomor dua setelah Ali Khamenei, Pemimpin Agung Iran. Makanya kematian Soleimani jadi berita super heboh yang memunculkan desas-desus masyarakat global bahwa PD III beneran bakal terjadi.

Qassem Soleimani via edition.cnn.com

Setelah serangan itu, Iran mengancam akan balas dendam. Bendera merah berkibar di atas masjid Qom, pertanda Iran begitu marah. Dan benar aja, pada Rabu (08/01), sembilan roket membombardir pangkalan militer AS di Irak. Bahkan televisi Iran menyiarkan sayembara berhadiah uang jutaan dolar bagi siapa yang bisa membawa kepala Donald Trump, seperti dilansir dari CNBC .

Advertisement

Jika kamu membayangkan konflik antara AS-Iran hanya akan membawa kekacauan di dua negara tersebut, menurut pakar, Indonesia juga akan terdampak meski perang belum tentu terjadi.

Meski hubungan bilateral Indonesia dengan Iran dan AS nggak terpengaruh, konflik yang memanas tetap akan membawa beberapa dampak, terutama di bidang ekonomi

Amerika Serikat serang Irak dan tewaskan Qasem Soleimani via www.cnbcindonesia.com

Menurut pakar, ancaman perang dari konflik AS-Iran masih sebatas kemungkinan terburuk. Kalau pun terjadi, perang nggak akan melibatkan seluruh dunia. Indonesia juga kayaknya nggak punya kepentingan untuk membela satu di antara dua negara yang terlibat konflik deh.

Kalau kata pakar Timur Tengah dari Universitas Padjajaran, Dina Sulaeman , hubungan Indonesia dengan AS dan Iran baik. Sehingga untuk dampak bilateral sebenarnya nggak akan terpengaruh. Namun menurut Dina, jika konflik AS-Iran terus memanas hingga terjadi perang, Indonesia harus menerima dampak salah satunya di bidang ekonomi.

Advertisement

Konflik dan perang jelas akan membuat ekonomi dunia terguncang. Indonesia pun diprediksi akan terkena imbas seperti naiknya harga BBM. Waduh…

Kilang minyak Iran via www.elpais.cr

Iran adalah negara penghasil minyak terbesar di dunia, dan Indonesia harus khawatir karena konflik yang terjadi beresiko menekan perekonomian bangsa dengan lonjakan harga minyak dunia. Sebelumnya Iran telah mengeluarkan ancaman akan menutup sebuah selat di wilayahnya, yang dilalui pengangkutan sekitar sepertiga minyak dunia. Hal ini diyakini akan menciptakan resesi atau kelesuan perdagangan global. Ngeri 🙁

Ekonom dari Universitas Indonesia, Fithra Faisal, minta pemerintah waspada mengingat Indonesia bergantung pada minyak sebagai dasar bahan baku industri dalam negeri. Sementara ekonom dari INDEF, Bhima Yudhistira, mengatakan kalau PD III beneran pecah, kenaikan harga BBM khususnya yang non-subsidi nggak bisa dielakkan. Dan, kenaikan harga BBM otomatis akan berimbas pada naiknya harga bahan pokok lain.

Selain masalah ekonomi, pakar khawatir ISIS akan bangkit pasca musuh terbesar mereka, Qassem Soleimani tewas

Pemimpin ISIS Abu Bakr al Baghdadi via news.detik.com

Soleimani adalah kepala pasukan elite Iran bernama “the Iranian Revolutionary Guards’ Quds Force” atau Pasukan Quds. Pasukan ini bertugas melakukan operasi militer di luar Iran, khususnya di wilayah Timur Tengah. Soleimani berperan sangat penting dalam melawan serangan dari luar yang datang ke Iran dan Timur Tengah. Sebut saja perlawanan terhadap kelompok radikal di Suriah dan Irak, serta misi khusus dalam melawan Al-Qaeda dan ISIS.

Belakangan sebelum ajalnya, Soleimani sangat aktif melawan ISIS baik di Suriah maupun di Irak. Meski begitu, Amerika lah yang berhasil membunuh pemimpin ISIS, Abu Bakr al Baghdadi. Dua negara yang sedang konflik ini adalah musuh terbesar jaringan teroris yang sempat mekar di Indonesia. Setelah beberapa serangan besar yang mereka lakukan, ISIS di Indonesia dapat dikatakan mati suri. Berdasarkan itu, pakar jadi khawatir kematian Soleimani dapat memicu bangkitnya jaringan teroris ini. Kematian salah satu musuh terbesar ISIS bisa jadi semangat moral untuk mereka kembali bergerak dan nggak menutup kemungkinan juga di Indonesia. Duh, serem nggak sih…

Indonesia berharap AS dan Iran menahan diri serta mengimbau WNI yang tinggal di Irak dan Iran memperhatikan situasi politik di sana

Proses Pemakaman Qasem Soleimani via www.cnnindonesia.com

Meski Indonesia nggak punya kepentingan untuk membela satu di antara dua negara yang terlibat konflik, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berharap agar kedua pihak dapat menurunkan tensi konflik. Hal ini ia sampaikan saat menemui Duta Besar Iran Mohammad Azad dan Duta Besar Amerika Serikat Joseph R. Donovan masing-masing secara terpisah.

Nggak hanya itu, Kemenlu melalui laman resminya mengimbau WNI yang tinggal di Irak, Iran, dan negara sekitarnya untuk memerhatikan situasi politik dan keamanan di wilayah-wilayah tersebut. Hal ini untuk memudahkan langkah-langkah penyelamatan WNI jika konflik meledak (tapi berdoa aja biar nggak meledak beneran). Kemenlu juga telah menyiapkan kontijensi bersama perwakilan-perwakilan RI di sana.

Duh, jadi deg-degan. Semoga nggak terjadi hal-hal yang membahayakan kita deh..

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

An amateur writer.

CLOSE